Gagal Ginjal Anak, Warning Bagi Orang Tua dan Juga Negara
Pemerintah seharusnya, berupaya menyediakan makanan dan minuman yang halal dan tayib bagi rakyatnya
Pemerintah juga harus memberikan pemahaman tentang pola makan yang sehat
Penulis Verawati S.Pd
Pegiat literasi
Siddiq-news.com, OPINI -- Viral berita tentang kasus banyaknya anak kecil yang menjalani cuci darah akibat gagal ginjal. Salah satunya video wawancara ibu dan anak yang akan menjalani cuci darah. Ditanyakan apa penyebab anak tersebut gagal ginjal. Sang ibu menjawab, karena sering mengkonsumsi minum-minuman yang berpemanis buatan. Akhirnya anak tersebut harus menjalani cuci darah setiap minggunya.
Berita ini pun diklarifikasi oleh Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso menegaskan tak ada laporan peningkatan kasus gagal ginjal pada anak.(27/07/2024, cnnindonesia.com).
Kasus anak yang melakukan cuci darah tidak hanya karena gaya hidup yang salah. Melainkan karena adanya kelainan bawaan pada ginjal itu sendiri. Namun begitu, Konsultan nefrologi anak dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr Eka Laksmi Hidayati, SpA(K) membenarkan adanya peran gaya hidup terhadap penyakit gagal ginjal. Gaya hidup yang buruk akan berdampak pada obesitas dan berisiko menurunkan fungsi ginjal. (detik, 27/07/2024)
Lain halnya berita teranyar dari Bogor. Di wilayah Bogor penderita gagal ginjal mengalami lonjakan di tahun 2024, dilansir mediaradarbogor.jawapos, (01/08/2024). Dikatakan bahwa Gagal ginjal sudah menjadi ancaman. Tidak hanya orang dewasa tapi juga anak-anak. Sudah ada sekitar 1.767 pasien yang menjalani cuci darah. Ada 916 pasien cuci darah di RSUD Bogor dan sisanya RSUD Cibinong.
Mengalami lonjakan atau tidak, faktanya hari ini kasus gagal ginjal memang ada. Hal ini tentunya menjadi warning bagi orang tua dan juga negara. Orang tua dan terutama negara harus berusaha mencegah dan menangani kasus ini. Upaya orang tua bisa dilakukan seperti memberikan pemahaman pada anak dan membiasakan pola makan dan hidup yang sehat. Membiasakan makan 4 sehat lima sempurna, istirahat yang cukup, olah raga yang cukup dan juga menjaga pikiran agar tetap tenang. Serta menghindari makan makanan yang banyak mengandung pemanis buatan dan pengawet.
Namun pola ini pun tidak akan semua masyarakat mampu menjalaninya. Dengan berbagai kondisi pada akhirnya anak-anak maupun orang dewasa terbawa pada life style yang sedang menjamur hari ini. Seperti banyak jajan yang berpengawet, minuman yang banyak mengandung pemanis buatan, mengonsumsi makanan cepat saji, tidak sempat atau malas olah raga, pola tidur yang salah. Malam jadi seperti siang dan siang jadi malam. Club dan tempat hiburan malam penuh.
Maka dari itu sejatinya yang paling bisa mencegah kasus gagal ginjal ini lebih utama yaitu pemerintah. Pemerintah seharusnya mengawasi terhadap minuman dan makanan yang beredar sekaligus menindak secara tegas terhadap pelaku usaha yang melanggar aturan. Misal dengan memberikan sanksi dan juga pelarangan ijin usaha atau edar. Bukan bersikap biasa-biasa saja atau bahkan cenderung membiarkan.
Dilansir media tempo (2/03/2011) Badan Pengawas Obat dan Makanan Jakarta, Kustantinah mengatakan dari hasil pengujian yang telah dilakukan di laboratorium menunjukkan 40-44 persen jajanan anak tercemar zat kimia. Menurut dia, permasalahan ini jelas mengkhawatirkan. Namun demikian barang yang beredar dan pelakunya tidak ditindak apa pun.
Hal ini menunjukkan lemahnya pengawasan negara dalam masalah makanan dan minuman. Bahkan lebih hanya sekedar pengawasan. Pemerintah seharusnya, berupaya menyediakan makanan dan minuman yang halal dan tayib bagi rakyatnya, memberikan pemahaman tentang pola makan yang sehat. Namun semua itu tidak tampak.
Ini semua adalah buah busuk dari penerapan sistem kapitalisme. Sistem ini meniscayakan negara hanya sebagai regulator semata. Bukan sebagai pengurus rakyat. Masalah makan dan minum rakyat diserahkan kepada pihak swasta atau industri swasta. Bagi pelaku usaha /industri kapitalis, pastinya mereka menggunakan kaidah ekonomi kapitalis. Dengan slogan "dengan modal sekecil-kecilnya, mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya". Yaitu dengan cara mengurangi ongkos produksi. Akhirnya menggunakan bahan-bahan sintesis seperti pemanis dan berpengawet buatan, yang tentu dari sisi harga sangat murah.
Selain itu, sistem kapitalisme telah menciptakan gap yang jauh antara si kaya dan si miskin. Sistem ini menciptakan kemiskinan yang struktural, seperti sulitnya akses ekonomi karena sudah dikuasai oleh pemilik modal besar, PHK di mana-mana dan biaya hidup makin hari makin tinggi. Saat ini terutama bagi si miskin, perut bisa kenyang saja sudah senang. Entah apa yang dimakan tidak terlalu perduli, yang penting enak dan murah. Padahal yang enak dan murah biasanya berbahan dasar yang bukan yang alami. Melainkan banyak mengandung zat kimia. Misal mi instan atau makanan instan lainnya. Karena untuk menjangkau makanan yang sehat, apalagi sehat dan enak seperti daging. Itu sangat sulit didapatkan.
Berbeda halnya dengan sistem Islam. Islam memiliki seperangkat aturan untuk menciptakan masyarakat yang sehat. Di antaranya adalah pertama, memahamkan untuk mengonsumsi makanan yang halal dan tayib. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Surah Al-Baqarah ayat 168. Artinya :"Wahai manusia, makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu."
Selain itu dalam Islam, makan tidak hanya sekedar mendapatkan kenyang, tenaga dan sehat saja. Melainkan juga dengan mengonsumsi makanan yang halal dan baik mendapatkan pahala dan keberkahan hidup.
Kedua, negara Islam akan menyediakan makanan dan minuman dalam jumlah yang cukup, mudah dan murah untuk dibeli. Terutama adalah menyediakan makanan yang sehat dan bergizi.
Ketiga, pemerintah akan melakukan pengawasan terhadap barang yang beredar di pasar. Hal ini dilakukan oleh pihak polisi ataupun qodhi pasar. Mereka akan berkeliling pasar dan mengecek terhadap barang yang dijual.
Hal ini sebagaimana kisah pencampuran susu pada masa Umar Bin Khattab. Ada seorang pedagang susu yang mencampur susunya dengan air. Kemudian Umar yang pada saat itu sedang berkeliling mengetahuinya.
Empat, Islam akan menghilangkan kemiskinan struktural. Siapa saja terutama laki-laki akan dipermuda untuk bisa bekerja. Misalnya dengan memberikan lahan kosong, menghidupkan tanah mati atau negara secara langsung memberikan bantuan modal.
Secara pendidikan, negara akan memberikan pendidikan dan pemahaman pada masyarakat terkait pola hidup yang sehat, rajin olah raga dan mengonsumsi makanan yang sehat. Kalau pun sakit, negara akan memberikan pengobatan secara gratis.
Demikian upaya Islam dalam mencegah terjadinya lonjakan penderita gagal ginjal. Semoga kembalinya sistem Islam tegak di muka bumi segera terwujud kembali. Wallahualam bissawab. []