Tanpa “Junnah” Umat Islam Senantiasa Teraniaya

Daftar Isi

Komunitas Internasional sering berbicara tentang HAM dan keadilan

Dalam praktiknya, mereka sering kali gagal melindungi pihak-pihak yang paling rentan


Penulis Noneng Trisnawati, S.Ars Pegiat Literasi


Siddiq-news.com, OPINI -- Sangat memprihatinkan, kejahatan dan kebiadaban terhadap kaum muslim saat ini masih terus terjadi. Segala penindasan dan pelecehan tidak manusiawi dialami oleh umat Islam. Hal ini akan terus terjadi selama tidak ada junnah yang melindungi.

Dilansir dari Tribunews (11/8/2024), setidaknya 150 warga sipil dari minoritas Muslim Rohingya di Miyanmar tewas. Tewas dalam serangan Altileri dan pesawat tak berawak di Negara bagian Rakhine, Miyanmar. Serangan dilakukan terhadap warga Rohingya yang mencoba melarikan diri dari pertempuran sengit di kota Maungdaw. 

Bukan hanya di Myanmar kejadian serupa juga terjadi terhadap warga sipil Gaza Palestina. Badan Pertahanan Sipil Gaza mengungkapkan bahwa sedikitnya 90 orang tewas dalam serangan Israel terhadap sebuah sekolah yang menampung pengungsi di wilayah Palestina yang terkepung. Tiga roket Israel menghantam sekolah di kota Gaza, menggambarkan insiden tersebut sebagai “pembantaian yang mengerikan”. Sejumlah jenazah terbakar. 

Terjadi pada Sistem Rusak

Kondisi yang dialami Muslim Rohingya di Myanmar dan warga Gaza di Palestina saat ini, menjadi simbol nyata dari ketidakadilan global dan kegagalan sistem internasional dalam melindungi hak asasi manusia (HAM).  Penindasan, penganiayaan, dan pembunuhan yang terus mereka alami merupakan cerminan dari lemahnya perlindungan yang diberikan kepada kaum Muslim di dunia. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun komunitas Internasional sering berbicara tentang HAM dan keadilan, dalam praktiknya, mereka sering kali gagal melindungi pihak-pihak yang paling rentan.

Muslim Rohingya di Myanmar telah lama menjadi sasaran kebijakan diskriminatif dan kekerasan yang sistematis. Mereka dipaksa meninggalkan rumah mereka, hidup dalam ketakutan, dan menghadapi kondisi yang tidak manusiawi di kamp-kamp pengungsi. Di sisi lain, warga Gaza di Palestina terus menerus hidup di bawah bayang-bayang kekerasan yang disebabkan oleh konflik yang berkepanjangan. Serangan militer yang terus berulang, seperti yang baru-baru ini terjadi, memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah sangat memprihatinkan.

Keadaan ini menunjukkan betapa sulitnya bagi kaum muslimin di belahan dunia lain untuk menjalani kehidupan yang layak. Mereka tidak hanya kehilangan tempat tinggal dan keamanan, tetapi juga kehilangan harapan akan masa depan yang lebih baik. Kehidupan sehari-hari mereka diwarnai oleh ketidakpastian, ketakutan, dan penderitaan yang tiada henti.

Apa yang memperburuk situasi ini adalah dukungan yang diberikan oleh negara-negara adidaya, seperti Amerika Serikat, kepada pihak-pihak yang terlibat dalam penindasan tersebut. Dukungan dalam bentuk bantuan militer dan ekonomi tidak hanya memperkuat kemampuan pihak-pihak ini untuk terus melakukan kekerasan, tetapi juga memberikan legitimasi terhadap tindakan mereka. 

Untuk diketahui, Amerika Serikat akan menguncurkan bantuan senilai Rp3,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp55,8 triliun untuk memperkuat persenjataan dan peralatan militer Israel. Hal ini adalah contoh nyata dari bagaimana kepentingan geopolitik sering kali diutamakan dari pada HAM. 

Pandangan Islam

Berbeda dengan sistem yang dianut saat ini yaitu Kapitalisme, pada sistem Islam, umat manusia terhormat dan dimuliakan.  Kemuliaan dan kehormatan ini telah ada sejak Rasulullah saw. membangun Negara Islam pertama di Madinah. Kebaikan ini terus terjadi  hingga berakhirnya Daulah Islam, karena negara berperan sebagai junnah (pelindung) bagi kaum muslimin. 

Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya imam/kholifah adalah perisai, orang-orang berperang di belakangnya dan menjadikannya pelindung. Jika ia memerintahkan ketakwaan kepada Allah ‘Azza Wajalla dan berlaku adil, baginya terdapat pahala dan jika ia memerintahkan yang selainnya, ia harus bertanggung jawab atasnya” (HR Muslim).

Di dalam khilafah seorang imam harus menjadi perisai sebagai pelindung bagi rakyatnya, dari ancaman, penganiayaan, penindasan, dan bentuk kekerasan lainnya. Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa imam/kholifah adalah junnah (perisai), seperti tirai/penutup karena menghalangi musuh menyerang kaum muslim, menghalangai sebagian masyarakat menyerang sebagian yang lain, melindungi kemurnian islam, dan tempat orang-orang berlindung kepadanya. []


Saat ini sudah waktunya umat Islam sadar, bahwa Islam dan umatnya akan mulia dalam naungan Khilafah. Saatnya muslim bangkit dan berjuang agar perisai hakiki tegak kembali melindungi kaum muslim diseluruh dunia.  Semoga Khilafah kembali tegak.  Wallahualam bissawab. []