Genosida Palestina, Siapa yang Membela?
Akar permasalahan Palestina, yaitu penjajahan
Solusinya adalah jihad fii sabilillah di bawah komando pemimpin Islam
Oleh. Verawati S.Pd.
(Kontributor Media Siddiq-News)
Siddiq-News.com-A''touna Et-Tufoole
A'touna Et-Tufoole
A'touna Et-Tufoole
A'touna, 'Atouna, 'Atouna Es-Salam
"Berikan kami masa kecil yang damai" demikian arti dari bait lagu di atas. Mereka anak-anak Palestina telah kehilangan masa kecilnya yang indah sekaligus masa depannya yang cerah. Sudah puluhan tahun hidup terus diwarnai peperangan. Penderitaan mereka belum juga berakhir. Bahkan kini makin hancur. Palestina, khususnya jalur Gaza seperti kota mati yang tak berpenghuni. Lumpuh akibat perang yang masih berlangsung hingga kini.
Mungkin kita pernah merasakan tidak ada listrik hanya seharian atau beberapa jam saja. Itu sudah membuat kita tidak nyaman. Bisa kita bayangkan bagaimana menderitanya saudara kita yang ada di sana? Kota lumpuh, tidak ada listrik, air, makanan dan lain sebagainya. Kondisi diperparah ketika meletus perang bulan Oktober 2023 lalu, yang masih berlangsung hingga kini. Korban pun terus berjatuhan dan jumlahnya sudah begitu banyak.
Dilansir media antaranews.com (28/08/2024) Sebanyak 21 warga Palestina tewas pada Senin (26/8) dalam serangkaian serangan intens Israel di berbagai wilayah Jalur Gaza. Kini, korban tewas warga Palestina akibat serangan Israel di Jalur Gaza telah meningkat menjadi 40.435. (XINHUA/Farah Khadija/Satrio Giri Marwanto/Gracia Simanjuntak)
Genosida warga Palestina
Perang di Palestina bukan sekedar perang biasa. Yakni menginginkan kekayaan dan sumber daya alam. Perang Palestina adalah perang yang menginginkan semua warga Palestina mati atau genosida. Sudah terlihat jelas dengan apa yang telah dilakukannya. Mereka menyerang kaum muslimin Palestina tanpa memandang bulu. Bahkan tempat-tempat terlarang untuk diperangi pun mereka hancurkan. Seperti tempat ibadah, pemukiman, rumah sakit dan lain sebagainya. Bahkan tempat pengungsian pun mereka hancurkan. Seperti apa yang terjadi di Rafah beberapa waktu lalu. Hingga viral kata-kata "All eyes on Rafah".
Mengapa zionis Israel begitu berani melakukan pembantaian terhadap kaum muslimin Palestina? Di antaranya yaitu, pertama, mereka yakin bahwa negara-negara lain meski sama-sama Islam tidak akan memberikan bantuan militer. Tidak akan melakukan perlawanan atau pun balasan. Negara-nerara muslim paling keren membuat kecaman-kecaman semata. Sebab, hampir semua negara telah melakukan hubungan dengan Israel.
Kedua, mereka yakin bahwa mereka didukung penuh oleh Amerika Serikat dan juga negara-negara Eropa lainnya. Amerika telah mengirimkan bantuan yang sangat besar, pada mereka. Seperti bantuan senjata dan juga keuangan. Dua faktor inilah yang membuat mereka begitu berani membombardir dan menguasai tanah Palestina.
Sampai kapan kondisi ini akan berlangsung? Tidak ada yang bisa memastikan. Peperangan antara Zionis Israel dengan kelompok Hizbullah Palestina, sejatinya peperangan yang akan terus dikobarkan, terutama oleh negara adidaya Amerika Serikat. Sebab, AS dan Zionis Israel memiliki hubungan simbiosis mutualisme. AS banyak diuntungkan oleh Zionis dari sisi ekonomi, militer dan strategis. Zionis pun mendapatkan keuntungan dari AS yaitu diberikan dukungan penuh untuk menduduki Palestina dan melakukan penyerangan. Namun, jauh lebih diuntungkan adalah AS. Israel ibarat alat yang ditanam di wilayah kaum muslimin untuk terus melakukan peperangan.
Dalam kitab Nidzom Islam dikatakan bahwa perang atau penjajahan adalah metode dasar Amerika Serikat yang mengemban ideologi kapitalisme. Dengan perang, AS bisa mengambil banyak keuntungan. Pintarnya AS, tidak perlu perang dengan pasukannya sendiri, tetapi perang dengan menggunakan pasukan Israel. dengan demikian keuntungan yang didapatkan berkali-kali lipat. Tetap dan bahkan menguatkan posisinya sebagai negara adidaya, mengambil kekayaan dari negara-negara jajahannya, menyebarkan ide-idenya dan lain sebagainya ke seluruh dunia.
Hal ini menjadi penjelas, bahwa sejatinya ideologi kapitalisme adalah ideologi jahat. Tak layak diambil sebagai landasan dalam menjalani hidup, baik berbangsa ataupun secara pribadi. Kejahatan ini pun tampak pada negara-negara Islam yang menganut ideologi ini. Mesir, saudara seiman dan bertetangga dengan Palestina. Nyatanya malah membuat tembok pembatas yang sangat tinggi dan dalam, sehingga tak bisa dilewati. Gaza seperti digembok dari luar dan diserang dari dalam.
Bahkan diterangkan dalam sebuah tayangan Youtube akidah bahwa ada pejabat Mesir yang mengambil keuntungan besar dalam kondisi peperangan ini. Mereka melakukan bisnis tv ilegal, bisnis gudang penyimpanan bantuan hingga bisnis transportasi untuk menyalurkan bantuan. Dikatakan bahwa setiap orang yang mau keluar dari Gaza harus membayar 500 dolar dan 250 dolar untuk anak-anak. Padahal ada sekitar 30 orang atau lebih setiap harinya akan keluar dari Gaza.
Maka sejatinya perang dengan Israel adalah perang terhadap Amerika beserta ideologi yang diembannya. Untuk melawannya maka diperlukan pula tandingan yang sama yaitu sebuah negara yang mengemban ideologi. Ideologi tersebut tidak lain yaitu Islam. Hanya saja ideologi Islam baru diemban oleh individu-individu. Sebagaimana rakyat Palestina yang melakukan perlawanan.
Jihad Adalah Solusi
Berbagai upaya menyelesaikan perang sudah dilakukan di antaranya. Pertama, solusi dua negara (two state solution). Mengakui solusi ini sama artinya dengan memberikan tanah Palestina kepada Yahudi. Umat Islam tentu tidak mau dan Yahudi pun sebenarnya tidak mau. Terbukti mereka hingga saat ini terus mengusir dan membunuh rakyat Palestina. Hal ini tentu tidak lain adalah cara mereka untuk mendapatkan tanah Palestina secara menyeluruh.
Secara syariat pun, umat Islam diharamkan untuk menyerahkan tanah Palestina pada kafir. Sebab, tanah Palestina adalah berstatus tanah kharajiyyah. Yaitu tanah kaum muslimin yang diperoleh dengan cara jihad. Ibarat rumah, tentu rakyat Palestina pun tidak ingin tanah tersebut diserahkan pada Yahudi.
Pada akhirnya harus kita kembali pada akar permasalahan Palestina, yaitu penjajahan. Maka solusinya adalah dengan cara mengusir penjajah tersebut. Caranya tentu dengan menggunakan kekuatan yang besar, yang mampu menandingi bahkan lebih besar dari kekuatan yang dimiliki kafir penjajah. Solusinya adalah jihad fii sabilillah di bawah komando pemimpin Islam.
Kenapa harus jihad? Jihad adalah ajaran Islam, bahkan amalan tertinggi. Allah telah memerintahkan umat Islam untuk berjihad melawan musuh dan membesarkan manusia dari penyembahan yang salah. Seruan ini terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 191 yang artinya "Perangilah mereka dimana saja kalian menjumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian. (QS Al-Baqarah: 191)
Maka dari itu sudah sepatutnya para penguasa muslim di seluruh dunia mengirimkan tentara untuk berjihad. Mengusir Zionis Israel dari Palestina. Ini adalah amalan mulia dan meninggikan umat Islam di hadapan kaum kafir. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Umar bin Khattab dan juga Shalahuddin Al-Ayyubi.
Selanjutnya umat jangan lagi mau diatur oleh aturan dari Barat. Umat jangan lagi lemah dan menerima bantuan apa pun. Umat Islam harus kuat dan bersatu dengan ikatan akidah. Yaitu diikat dengan aturan Islam di bawah pimpinan seorang Khalifah. Keberadaannya akan menyatukan, melindungi dan memimpin umat Islam menjadi pemimpin dunia.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw.,
"Imam (Khalifah) adalah perisai, di belakang dia kaum muslim berperang dan berlindung." (HR al-Bukhari Muslim)
Wallahualam bissawab. []