Maraknya Mahasiswa Bunuh Diri, Ada Apa Ini?
Generasi akan selamat dan menjadi pemegang estafet perjuangan hanya dengan menerapkan Islam secara sempurna
Daulah Islam yang akan meriayah secara sungguh-sungguh seluruh rakyat
Penulis Mulyaningsih
Pemerhati Masalah Anak dan Keluarga
Siddiq-news.com, OPINI -- Lagi dan lagi, bunuh diri di kalangan mahasiswa makin menjadi. Sedih sekaligus miris melihatnya. Karena kita semua menyadari bahwa mahasiswa sebagai pemegang tongkat estafet selanjutnya untuk melanjutkan keberadaan negeri ini. Fakta menunjukkan bahwa dalam rentang waktu kurang lebih enam tahun (2018-2024) di Semarang telah terjadi 8 kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa. Hal tersebut terjadi di berbagai universitas. (radarsemarang.id, 15/08/2024)
Di sisi lain, di kota hujan (Bogor) tercatat setidaknya 5 kasus bunuh diri mahasiswa. Kasus tersebut terjadi dalam rentang waktu 2015-2024.(rejabar.republika.co.id 9/8/2024)
Sungguh sedih melihat fakta di atas. Salah satu persoalan dari sekian banyak masalah yang ada di negeri ini. Sejatinya sebagai generasi penerus harusnya para mahasiswa tersebut menyadari bahwa di tangan mereka perjuangan ini akan berlanjut. Termasuk pula untuk menyelesaikan segala persoalan yang ada. Yang terjadi justru sebaliknya, malah dari mereka akhirnya muncul satu persoalan yang begitu serius. Tak bisa dibayangkan bagaimana kelanjutan nasib negeri ini jika para penerusnya bermental cetek alias dangkal. Sedikit ada persoalan yang ditempuh malah mengakhiri hidup, bukan berusaha mencari akar masalah untuk kemudian menemukan solusinya.
Kejadian pada fakta di atas mengkonfirmasi kepada kita semua bahwa pendidikan saat ini tak mampu membuat para generasi mempunyai mental kuat. Justru yang tercipta adalah mental illness. Hal tersebut wajar saja terjadi, karena sistem yang diterapkan saat ini menjauhkan manusia dari tuntunan agama. Sekuler telah menjadikan individu-individu muslim mencampakkan sisi agama dari kehidupan. Akhirnya mereka tak punya modal cukup untuk mengarungi kuatnya ombak pada samudera kehidupan. Keimanan mereka mudah terkikis hanya karena masalah sepele. Mudah untuk berputus asa dan mengambil jalan cepat untuk menyelesaikan masalah, tanpa berpikir panjang apakah hal tersebut sesuai dengan agama atau tidak. Karena standar halal haram tak dijadikan sebagai patokan lagi.
Ditambah lagi, kapitalisme menjadikan roda perekonomian dikuasai oleh segelintir orang saja. Tentu hal tersebut akan berdampak jenjang antara si miskin dan kaya makin tinggi. Dari sini pula akhirnya muncul kemiskinan parah yang akhirnya membuat masyarakat tak lagi mampu untuk membayar biaya pendidikan yang mahal. Belum lagi pendidikan dijadikan lahan bisnis. Artinya, tujuan utama pendidikan sudah bergeser ke arah ekonomi bukan lagi untuk benar-benar mencetak generasi agar pandai. Sehingga menjadi wajar bila biaya pendidikan di perguruan tinggi sangat mahal. Diperparah dengan kondisi universitas yang terkenal alias berkualitas tidak di setiap daerah ada. Hal tersebut memaksa pada mahasiswa untuk bermukim di wilayah universitas. Tentunya mereka harus menyewa kos untuk dijadikan tempat tinggal. Ini salah satu komponen yang akan menambah biaya hidup mereka di perantauan. Dengan biaya yang ala kadarnya, mahasiswa dituntut untuk dapat bertahan hidup. Ini menjadikan satu beban yang harus dipikul. Alhasil, dengan beban seperti itu tidak menutup kemungkinan mereka akhirnya mengakhiri hidup untuk menyelesaikannya. Inilah gambaran depresi yang dialami oleh para mahasiswa di negeri ini.
Berbeda ketika Islam dijadikan sebagai patokan dalam kehidupan di dunia. Islam tak hanya mengatur persoalan ibadah ritual saja, melainkan seluruh komponen dalam kehidupan manusia diatur. Baik itu ekonomi, pendidikan, kesehatan, pergaulan, dan yang lainnya. Dalam hal ini peran negara begitu penting untuk mewujudkannya. Karena hanya dengan tangan negara, seluruh aturan Islam dapat diterapkan secara sempurna.
Dalam hal pendidikan, Islam mempunyai pedoman yang harus diterapkan oleh seluruh sekolah termasuk perguruan tinggi. Akidah Islam dijadikan sebagai fondasi dalam kurikulum pendidikan. Artinya bahwa sekolah akan terus memberikan dan menguatkan dari sisi keimanan peserta didik. Karena hal tersebut menjadi modal utama dan pertama. Selain itu, mereka juga mendapatkan pendidikan pertama yang telah ditanamkan di keluarga masing-masing. Dengan begitu, keimanan tak lagi diragukan karena sudah terbentuk polanya. Alhasil dari sini akan dihasilkan pola pikir dan sikap individu muslim yang sesuai dengan Islam. Inilah yang akan dijadikan sebagai modal dalam mengarungi kehidupan.
Pendidikan dalam Islam menjadi tanggung jawab negara. Seluruh fasilitas, guru, tranportasi, dan yang lainnya menjadi tanggungan negara. Bahkan dalam negara Islam, biaya pendidikan adalah nol alias gratis. Dananya tentu akan diambil dari kas negara yaitu baitulmal yang mempunyai pemasukan setidaknya dari 13 pos. Wajar saja jika akhirnya tidak dikenakan biaya karena kas negara mampu menanggungnya. Ditambah lagi bahwa negara menyadari benar bahwa belajar menjadi kewajiban atas setiap individu muslim baik laki-laki ataupun perempuan.
Dengan kondisi yang ada, maka rasanya tak mungkin mental peserta didik lemah. Karena sokongan dari negara begitu luar biasa pada sisi pendidikan. Yang ada justru mereka giat belajar karena akan mendapat sisi pahala di mata Allah. Tak lagi mengedepankan sisi materi atau keuntungan belaka. Yang mereka pikirkan adalah bagaimana diri bisa bermanfaat untuk kemaslahatan umat. Sebagaimana para pendahulu yang begitu masyhur namanya. Sebut saja Ibnu Sina, Al khawarijmi, dan ilmuwan lainnya. Dari kepemimpinan Islam lahir pula para kesatria yang mempunyai pasukan kuat namun penuh kasih sayang seperti bawah Muhammad Al Fatih dan yang lainnya. Dari sisi bangunan pun Islam telah menciptakan sesuatu yang luar biasa. Seperti perguruan tinggi, perpustakaan, dan lainnya. Bahkan sampai kini masih bisa kita lihat dengan jelas bangunan-bangunan tersebut.
Itulah gambaran secara singkat peradaban Islam yang dibangun dengan fondasi akidah. Dengannya itu insyaAllah akan tercipta generasi emas lagi tangguh. Yang mempunyai pola pikir dan sikap sesuai dengan tuntunan Islam. Generasi akan selamat dan menjadi pemegang estafet perjuangan hanya dengan menerapkan Islam secara sempurna dalam kehidupan dunia. Tentunya dengan benteng institusi Daulah Islam yang akan meriayah secara sungguh-sungguh seluruh rakyat dan menerapkan aturan Islam secara sempurna-menyeluruh. Wallahualam bissawab. []