Palestina Butuh Aksi Nyata
Kecaman, narasi perundingan, gencatan senjata, atau solusi dua negara bukanlah solusi untuk Palestina
Yang terjadi di Palestina bukanlah konflik biasa, tetapi pendudukan dan perampasan
Penulis Faizatul Adnin
Pegiat Literasi
Siddiq-news.com, SURAT PEMBACA -- "Di negara demokrasi, parlemen akan berperan dalam menentukan kebijakan suatu negara apakah akan memulai perang atau menempuh jalan damai," ujar Puan Maharani, Ketua DPR RI. "Termasuk dalam hal ini, kita perlu memperjuangkan kemerdekaan penuh Palestina, menghentikan perang di Gaza, Ukraina, dan berbagai wilayah yang dilanda perang dan konflik," imbuh Puan.
Tepuk tangan bergemuruh dari para tamu undangan di IAPF (Indonesia Afrika Parliamentary Forum) yang digelar dari tanggal 1-3 September 2024 di Nusa Dua, Bali. Total peserta diperkirakan sekitar 1.500 delegasi dari 20 negara Afrika dan Global South lainnya. (Suarabali[dot]id, 01/09/2024).
Hampir setahun sejak awal dimulainya genosida mengerikan oleh Zionis Yahudi kepada penduduk Palestina, kecaman demi kecaman dilayangkan kepada Zionis Yahudi oleh penduduk dan pemimpin negeri-negeri yang ada di dunia. Ibarat kata, mulut mereka sudah berbusa-busa untuk mengecam dan mengutuk Zionis Yahudi. Namun, alih-alih berhenti, mereka justru makin brutal, membabi buta hingga kondisi beberapa daerah hancur lebur.
Selain itu, mereka juga memblokade bantuan kemanusiaan dan menyerang suplay logistik untuk penduduk Palestina. Siasat mereka amat keji dengan membunuh warga tak bersenjata, melaparkan yang hidup, dan menyusahkan perawatan dan pengobatan bagi yang terluka.
Sungguh, kecaman demi kecaman yang dilontarkan dunia internasional dan PBB, serta pemimpin negeri-negeri Muslim tidak membawa kebaikan apapun untuk Palestina, kecuali membuat Palestina makin menciut, bahkan pintu Rafah sebagai pintu satu-satunya untuk menyalurkan logistik terkunci rapat dan dikuasai oleh Zionis Yahudi. Mesir pun tak mampu berbuat apa-apa untuk menolong saudaranya. Tembok tinggi dan tebal dibangun dengan alasan keamanan. Sangat menyesakkan dada.
Sebenarnya penguasaan atas Palestina oleh Zionis Yahudi sudah digagas sejak tahun 1897 oleh Bapak Zionis, Theodore Herzl. Penindasan yang dialami di berbagai tempat dijadikan alasan permohonan agar kaum Yahudi diberikan negara sendiri. Belum lagi doktrin tanah terjanji, seolah mereka adalah bangsa pilihan yang diserahi Palestina oleh Tuhan. Sehingga bagi yang tidak paham fakta menjadi simpati dan membenarkan apa yang dilakukan oleh Israel.
Fakta yang sebenarnya adalah Yahudi tidak memiliki sejengkal tanah pun di muka bumi, karena ulah mereka sendiri yang gemar mengkhianati janji, membunuh para nabi, dan berbuat kerusakan di bumi.
Kecaman, narasi perundingan, gencatan senjata, atau solusi dua negara bukanlah solusi untuk Palestina. Sebab yang terjadi Palestina bukanlah konflik biasa, tetapi pendudukan dan perampasan secara paksa oleh Zionis. Maka solusi satu-satunya adalah merebut kembali apa yang mereka rampas dan mengusir Zionis dari bumi Palestina.
Allah Swt. berfirman, “Dan bunuhlah mereka di mana kamu temui mereka, dan usirlah mereka dari mana mereka mengusir kamu." (TQS Al-Baqarah: 191)
Sudah seharusnya umat Islam bersatu menolong saudaranya di Palestina dengan mengirimkan tentara untuk membebaskan Palestina. Solusi strategisnya adalah mengembalikan junnah (perisai) umat Islam, yaitu Khilafah Rasyidah ala minhajin nubuwwah yang akan mengomando dan merealisasikan kemerdekaan Palestina. Wallahualam bissawab. []