Sekularisme Kapitalisme Sebab Matinya Naluri Ibu
Sekularisme kapitalisme telah membawa dampak besar terhadap peran dan naluri keibuan dalam masyarakat modern
Oleh. Ummu Aqila
Kontributor Media Siddiq-News
Siddiq-News.com, OPINI -- Berkedok "ritual penyucian diri." miris seorang ibu, E (41), di Sumenep tega menyerahkan putrinya yang masih berusia 13 tahun untuk diperkosa selingkuhan sang ibu. Kasus ini terungkap setelah ayah korban mengetahui bahwa anaknya sering diantar oleh ibunya ke rumah kepala sekolah. Korban diketahui telah dicabuli berulang kali, termasuk di salah satu hotel di Surabaya. Pelaku J mengakui telah melakukan pencabulan sebanyak lima kali, dengan alasan untuk memuaskan nafsu biologis. Kedua pelaku telah diamankan oleh pihak kepolisian. kumparanNEWS, 1/09/2024.
Jahiliah modern menampakkan kekejamannya, pantaskah seorang ibu mengorbankan buah hatinya menjadi pemuas nafsu diri? Di manakah naluri ibu E dengan peribahasa kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah? Tampaknya peribahasa tersebut tidak berlaku bagi E yang tega menyerahkan anaknya kepada J untuk diperkosa. Kasus ini bukti nyata betapa kebobrokan moral akibat kehidupan sekuler sudah sangat parah. Ibu yang seharusnya menjadi pendidik utama dan pertama justru melakukan kekejian luar biasa. Ini menunjukkan matinya naluri keibuan nyata adanya, dan menambah panjang deretan potret buram rusaknya pribadi ibu dan rusaknya masyarakat.
Sekularisme kapitalisme telah membawa dampak besar terhadap peran dan naluri keibuan dalam masyarakat modern. Ideologi ini, yang berfokus pada pemisahan agama dari kehidupan publik dan mengedepankan keuntungan materi sebagai tujuan utama, telah mengubah cara pandang dan perilaku perempuan, terutama dalam konteks keluarga dan keibuan. Naluri ibu, yang seharusnya menjadi dorongan alami bagi seorang perempuan untuk merawat, melindungi, dan mendidik anak-anaknya, kini sering kali tergantikan oleh tuntutan ekonomi dan ambisi karier yang diutamakan dalam sistem kapitalis.
Dalam kapitalisme, nilai seorang individu sering kali diukur dari kontribusinya dalam pasar tenaga kerja dan kemampuannya menghasilkan pendapatan. Akibatnya, perempuan didorong untuk terjun ke dunia kerja dan mengejar kesuksesan materi, sering kali dengan mengorbankan waktu dan perhatian yang seharusnya diberikan kepada anak-anak mereka. Peran sebagai ibu yang seharusnya mulia dan tak tergantikan, kini sering kali dipandang sebelah mata atau dianggap sebagai hambatan bagi pencapaian pribadi. Hal ini menyebabkan banyak ibu merasa tertekan untuk membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga, yang akhirnya mempengaruhi kualitas interaksi mereka dengan anak-anak.
Sistem kapitalisme sekuler juga cenderung memperlakukan anak-anak sebagai beban ekonomi. Dengan biaya hidup yang makin tinggi, banyak keluarga yang memandang anak sebagai penghalang bagi kestabilan finansial. Ini menyebabkan naluri ibu yang seharusnya penuh kasih dan pengorbanan menjadi tereduksi. Perempuan dipaksa untuk mempertimbangkan aspek finansial sebelum memutuskan untuk memiliki atau merawat anak. Perasaan kasih sayang yang seharusnya murni terkikis oleh ketakutan akan kesulitan ekonomi dan tekanan sosial yang mengutamakan kepentingan pribadi di atas kepentingan keluarga.
Selain itu, sekularisme yang memisahkan nilai-nilai agama dari kehidupan sehari-hari telah menyebabkan hilangnya panduan moral yang kuat dalam peran keibuan. Dalam masyarakat sekuler, pengasuhan anak sering kali diserahkan pada institusi seperti sekolah atau pengasuh, dengan alasan efisiensi atau karena tuntutan pekerjaan. Kehadiran ibu dalam kehidupan anak-anak menjadi terpinggirkan, dan peran mendidik anak dalam nilai-nilai moral dan spiritual menjadi makin diabaikan.
Fenomena ini tidak hanya merusak hubungan ibu dan anak, tetapi juga berkontribusi pada hilangnya rasa aman, kasih sayang, dan perhatian yang seharusnya dirasakan oleh anak dari orang tua mereka. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang kurang perhatian dari ibunya berpotensi mengalami masalah emosional, rendahnya kepercayaan diri, dan kesulitan dalam membangun hubungan sosial yang sehat. Mereka kehilangan sosok ibu yang seharusnya menjadi pelindung, pendidik, dan teladan dalam hidup mereka.
Naluri ibu yang hilang atau terpinggirkan ini menciptakan dampak negatif yang berlapis-lapis dalam masyarakat. Anak-anak yang kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari ibunya lebih rentan terhadap pengaruh buruk dari luar, termasuk pergaulan bebas, narkoba, dan kejahatan. Sementara itu, ibu yang kehilangan kesempatan untuk menjalankan peran alami mereka mungkin mengalami penyesalan, kecemasan, dan krisis identitas, karena merasa tidak dapat menjalankan peran keibuan dengan sepenuh hati.
Sudah saatnya kita merefleksikan kembali posisi perempuan sebagai ibu dalam masyarakat dan mengupayakan sistem yang mendukung peran keibuan dengan seutuhnya, sehingga naluri ibu dapat hidup kembali dan berperan dalam membentuk generasi masa depan yang lebih baik. Sistem sekuler kapitalisme telah nyata menjauhkan individu dari ketaatan kepada Allah Taala.
Sistem Islam dalam menjaga Fitrah Ibu
Islam menetapkan peran dan fungsi ibu, yaitu sebagai pendidik yang pertama dan utama. bagi anak-anaknya. Peran ibu tidak sekadar perawatan fisik, tetapi juga menanamkan akidah Islam yang kuat. Oleh karena itu, Islam memberikan perhatian besar terhadap peran strategis ibu dengan membangun sistem dukungan yang melibatkan negara. Untuk menjaga keutuhan keluarga dan masyarakat, diperlukan penerapan sistem politik Islam, seperti Khilafah, yang mampu mengatasi masalah individu, keluarga, dan masyarakat secara menyeluruh.
Negara berperan sebagai penjaga dan pelindung dengan menyediakan dukungan ekonomi bagi keluarga, menerapkan sistem pendidikan berbasis akidah Islam, dan menjaga pergaulan masyarakat dengan batasan-batasan sesuai syariat.
Pentingnya peran sistem dalam mendukung pelaksanaan hukum syarak dalam keluarga. Meskipun keluarga berusaha menerapkan aturan Islam, jika sistem yang berlaku di masyarakat tidak berlandaskan Islam, keluarga akan menghadapi berbagai tantangan, seperti pemikiran yang menyimpang dan kesulitan ekonomi. Hal ini sering kali menyebabkan penyimpangan dalam keluarga.
Penerapan sistem ekonomi Islam juga akan memastikan pengelolaan sumber daya milik umum untuk kesejahteraan rakyat, menyediakan lapangan kerja, dan mendukung para janda. Sejarah menunjukkan bahwa di bawah Khilafah, sistem ini mampu menyejahterakan rakyat dan menjaga peran keluarga. Sistem pergaulan yang diatur dengan sempurna akan melindungi keluarga dari pengaruh negatif dan menjaga agar naluri kasih sayang tersalurkan dengan benar sesuai tuntunan syarak. Sistem Islam yang diterapkan secara kafah akan menciptakan masyarakat yang sejahtera dan berada dalam keridaan Allah. Wallahualam bissawab. []