Euforia Konser "Berdendang Bergoyang", Bagaimanakah Nasib Para Pemuda?
Siddiq-News.com - Generasi muda saat ini telah menjadi budak gaya hidup hedonisme, pragmatis, dan liberal, yang sangat jauh dari nilai-nilai Islam. Akibat dari sistem sekuler kapitalisme yang telah membajak potensi mereka sehingga kesehariannya adalah berorientasi kesenangan dunia semata.
Seperti yang penulis kutip dari tvone.com (30/10/2022) bahwa pembubaran pada acara konser "Berdendang Bergoyang" dilakukan karena melampaui batas kapasitas 10.000 ribu orang. Polisi menyebutkan bahwa penonton yang hadir mencapai 21.000 ribu orang. Namun, kondisi di lapangan juga dinilai sudah tidak kondusif. Sementara surat izin yang masuk hanya 3.000 ribu penonton saja.
Konser "Berdendang Bergoyang" yang diselenggarakan di Istora Senayan, di Jakarta Pusat diberhentikan pada hari Sabtu, 29 Oktober 2022 malam karena membludaknya penonton serta banyaknya kekacauan. Aparat pemerintah akhirnya memutuskan untuk menghentikan konser tersebut. Semestinya aparat memberikan peringatan atau mitigasi acara sehingga penjualan tiket over kapasitas bisa diketahui lebih awal. Terlebih lagi di acara konser tersebut terdapat kemaksiatan yaitu adanya minuman keras.
Adapun kejadian yang serupa mengenai fenomena tumpahnya ribuan orang akibat desakan juga terjadi di beberapa negara. Sedihnya, kejadian ini sudah merenggut nyawa orang yang berada di dalamnya. Seperti tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, yang sudah memakan korban kurang lebih sebanyak 678 orang yang menjadi korban, dengan 131 di antaranya meninggal, dan tragedi pada sebuah konser di stadion yang melebihi kapasitas di Kinshasa, Kongo. Sebanyak 11 orang tewas dalam petaka itu, termasuk dua petugas kepolisian, dan terakhir tragedi Halloween dalam satu ruas jalan yang sempit di ibu kota Korea Selatan, Seoul, pada Sabtu, 30 Oktober 2022. Pada acara tersebut terdapat 156 orang yang meninggal akibat berdesak-berdesakan di kawasan hiburan malam Itaewon yang menggelar perayaan Halloween pertama sejak pandemi Covid-19 dua tahun yang lalu.
Tragedi yang terjadi di atas, seharusnya membuat kita sadar bahwa musibah bisa saja datang di saat tidak terduga-duga. Namun, apalah daya dengan kehidupan sekularisme kapitalis yang sudah mengajarkan manusia lebih liberal, hedonisme, dan sampai membuat mereka terlena akan dunia. Dengan konser "Berdendang Bergoyang" para pemuda diajak terlena dengan kesenangan sesaat yang dicampur dengan adanya minuman keras. Sehingga para pemuda, terlebih muslim, menjadi kehilangan jati dirinya, dan lupa akan tujuan hidupnya.
Sayangnya, inilah potret sistem kehidupan Kapitalisme yang berasaskan sekuler (agama dipisahkan dari kehidupan dunia). Akibatnya anak-anak muda terlena dengan gaya hidup senang-senang, mabuk-mabukan, hingga foya-foya. Sementara para kapitalis berinvestasi pada industri hiburan. Dan agama tidak boleh mengatur kehidupan manusia, mulai dari ranah pribadi hingga tataran negara.
Di tengah keterpurukan bangsa dalam berbagai aspek, kehadiran pemuda sangat dibutuhkan dan ditunggu-tunggu. Bukan menjadi bagian dari konser "Berdendang Bergoyang" dengan kemaksiatan yang ada. Tetapi mereka harus menjadi sosok pemuda yang tangguh, yang dapat membawa perubahan dan dapat membangun peradaban baru yang cemerlang.
Beda halnya dengan pemuda pada masa Rasulullah saw. dengan para pemuda sekarang. Pemuda pada masa itu sejak usia muda telah berperan dalam membangun peradaban, seperti: Ali bin Abu Thalib yang mempertaruhkan nyawanya dengan menggantikan posisi Rasulullah saw. saat rumahnya dikepung oleh kaum Quraisy, agar Rasulullah dapat hijrah dari Makkah ke Madinah; Mush'ab bin Umair yang rela meninggalkan harta kekayaannya demi Islam; Muhammad Al-Fatih, sang penakluk Konstatinopel, dan masih banyak lagi.
Pemuda-pemuda seperti itu tentu tidak terlepas dari ketiga pilar penting dalam kehidupan. Pilar pertama adalah individu, yang mana para pemudanya harus dibekali dengan iman dan kecintaannya hanya kepada Islam semata sehingga mereka tau dengan jelas dan pasti apa tujuan hidupnya, bahwa tujuan hidupnya hanyalah mencari keridaan Allah Swt..
Pilar kedua adalah masyarakat yang sangat berpengaruh besar terhadap pola pikir dan pola sikap para pemuda. Apabila masyarakat telah rusak maka hal ini akan berdampak kepada mereka.
Dan pilar ketiga adalah negara yang merupakan lebih penting dari pilar sebelumnya. Yang mana penguasa dalam Islam sangat jelas memiliki perhatian besar terhadap pembentukan generasi dan para pemuda. Senantiasa memberikan lingkungan terbaik untuk terbentuknya generasi yang berkualitas serta taat pada Allah Ta'ala. Negara pun harus memiliki aturan yang tegas dan jelas dalam melindungi para pemuda dari racun liberalisme yang sengaja diembuskan oleh Barat guna menghancurkan generasi di negeri-negeri muslim.
Begitulah Islam dalam menjaga generasi. Generasi muda diharapkan bisa mengisi waktu dalam kehidupan dengan kegiatan produktif untuk membangun peradaban Islam, bukan untuk bersenang-senang dalam melakukan kemaksiatan. Karena pemuda adalah sang penakluk masa kini. Bila kita sebagai pemuda, maka jadikanlah diri kita menjadi pemuda yang dapat membawa perubahan kebaikan terhadap kondisi umat masa kini, sebagai generasi yang hebat dengan menyosong peradaban Islam yang akan datang.
Hanya Islam yang memberikan kontribusi luar biasa untuk peradaban, khususnya kaum muda, yang senantiasa berdakwah untuk menegakkan Islam. Al-Quran telah merekam keteguhan iman dan kesungguhan perjuangan para pemuda Kahfi hingga mereka mendapat pertolongan dan perlindungan Allah Swt. (Lihat Al-Qur'an surah Kahfi [18]: 13-14). Wallahu a'lam bi ash-shawwab.
Penulis : Erni Setianingsih
(Aktivis Dakwah Kampus)