Inspirasi para Pahlawan

Daftar Isi


Siddiq-news.com--"Allahu Akbar, Allahu Akbar!” Pekikan takbir Bung Tomo November 1945 telah menggugah jiwa juang masyarakat Surabaya untuk berperang melawan kebatilan. Pekikan takbir inilah yang menginspirasi perjuangan hingga memukul mundur penjajah. Layak saja bila kita selalu mengenang dan memperingatinya sebagai hari pahlawan.


Keimanan kuat Bung Tomo pun terlihat jelas dari gema takbir dan konsekuensi merdeka atau mati syahid yang digunakannya untuk mengobarkan semangat juang pemuda Surabaya. Kita ketahui pula bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia tidaklah hanya ada di Surabaya. Akan tetapi di beberapa daerah di Indonesia juga terjadi perlawanan melawan penjajah. Bahkan perjuangan ini pun telah didahului oleh banyak sekali para pejuang yang turut berperan dalam melawan penjajah demi kemerdekaan Indonesia. 


Pahlawan nasional dari berbagai penjuru Indonesia antara lain Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, Pattimura dan lain sebaganya. Semangat perjuangan mereka juga lahir dari akidah Islam sebagai agama yang mengahapus segala bentuk penjajahan di muka bumi. Pekikan takbir adalah bukti dorongan terkuat mereka adalah akidah Islam.


Namun, peringatan hari pahlawan tidaklah hanya sebagai euforia belaka. Tetapi lebih dari itu, yaitu merefleksikan dan menginspirasi untuk selalu gigih dan pantang menyerah dalam berani melawan penjajah, kebatilan dan kerusakan. Terus memperjuangkan kebenaran itu yang seharusnya dilakukan. Karena sejatinya pahlawan adalah orang yang senantiasa memperjuangkan kebenaran. Bagi orang-orang yang beriman, Islam adalah sumber dan standar kebenaran. 


Dalam Islam kita mengenal beberapa nama pahlawan seperti Tariq Bin Ziyad, Muhammad Al-Fatih, Salahudin Al-Ayyubi. Mereka remaja produktif yang memberikan kontribusi dalam menyebarluaskan Islam sebagai agama penyelamat bumi. Kita pun mengetahui jasa Nabi Muhammad saw. dalam mengentaskan manusia dari kejahiliahan menuju cahaya Islam.


Maka, sudah semestinya kita yang selalu berusaha mengenang dan menghargai jasa para pahlawan, mulai membina diri dengan pemikiran-pemikiran Islam. Supaya sikap dan tingkah laku kita juga menggambarkan Islam sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah saw. Pun kita harus membersamai orang-orang yang memiliki kepribadian yang Islami, banyak mengetahui ilmu agama dan mengamalkannya dalam kehidupan. Sehingga kita pun terjaga dari kesalahan dikarenakan selalu ada yang mengingatkan.


Mereka yang berkepribadian Islam itu bersama dalam sebuah komunitas orang-orang yang beriman kepada Allah Swt., menjalankan visi agama amar makruf nahi mungkar.


Sebagaimana firman Allah Swt., dalam Al-Qur'an surah Ali-Imran ayat 104:

Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.


Mereka berkeyakinan kuat bahwa orang-orang beriman dan beramal saleh serta amar makruf nahi mungkar adalah orang-orang beruntung dan sebaik-baik manusia yang diciptakan oleh Allah Swt. 


Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an surah Ali-Imran ayat 110:

Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.


Pola pikir dan pola sikap Islami inilah yang menjadikan peradaban Islam dalam naungan sistem Khilafah dulunya menjadi peradaban mulia lagi agung. Menjadi mercusuar ilmu pengetahuan dan teknologi masa kini, juga pioner dalam moral dan kepribadian. Mereka adalah generasi yang memiliki motivasi kuat yakni akidah Islam serta berkontribusi penuh pada kehidupan. 


Ini seharusnya menginspirasi utamanya generasi muda untuk menggunakan segenap potensi yang dimiliki dalam memberikan kontribusi menjadi pilar peradaban. Bukan sebaliknya, menjadi sampah peradaban, terjebak dalam budaya-budaya Barat dengan ideologi  kapitalisme-sekulernya yang sengaja disemai di tengah-tengah kehidupan. 


Barat mengkampanyekan budayanya lewat food, fashion, fun, film, dan song. Jebakan ini menjadikan potensi besar pemuda itu mandul. Mereka memiliki level dan mutu kekhawatiran yang rendah. Hanya berkisar di urusan duniawi semata. Hal-hal remeh yang seharusnya tidak menyibukkan. 


Hal tersebut hanya bisa diubah dengan berubahnya pola pikir pemuda itu sendiri dengan banyak mengkaji Islam, membersamai komunitas orang-orang saleh, dan amar makruf nahi mungkar. Hal inipun akan terjaga keistikamahnnya dalam naungan sistem yang menerapkan Islam secara sempurna yakni sistem Khilafah. 


Dengan begitu potensi besar mereka akan mampu menjadi pilar peradaban, dan mereka termasuk golongan yang berhak mendapatkan naungan Allah Swt. di akhirat nanti.


Abu Hurairah meriwayatkan dari Rasulullah saw., beliau bersabda: Ada tujuh golongan manusia yang nanti  akan dinaungi Allah dalam naungan ‘arasy-Nya pada hari yang tiada naungan selain naungan Allah, yaitu: seorang pemuda yang dibesarkan dalam ibadah kepada Allah, ....(HR. Thahawi).


Wallahualam bissawab.


Penulis: Rahmi Ummu Alya

Pemerhati Umat