Tragedi Halloween Menjerat Generasi

Daftar Isi


SIDDIQ-NEWS.COM - Petaka Halloween di Negeri Oppa Itaewon, Seoul, Korea selatan beberapa hari terakhir memanas. Berdasarkan data hingga Rabu (2/11/2022) dipastikan sebanyak 156 orang tewas dan 157 lainnya dirawat karena luka-luka tersebab terinjak-injak dalam insiden Halloween di Itaewon tersebut. (m.bisnis.com, 03/11/2022) 


Sungguh ini bukanlah tragedi yang kecil, tapi ini sesuatu yang besar. Kemarin di awal bulan Oktober kita dapati duka atas tragedi Kanjuruhan yang menelan korban lebih dari 134 jiwa, dan sekarang kembali lagi publik dikagetkan dengan tragedi Itaewon yang menelan korban 156 jiwa. Bisa kemungkinan akan terus bertambah, mengingat korban krisis yang berada di rumah sakit pun banyak. Mereka meninggal dalam keadaan mengenaskan, berdesak-desakkan berebut oksigen di gang yang sempit yang tidak bisa menampung ratusan ribu manusia secara bersamaan. 


Tentu kita sangat prihatin atas tragedi Itaewon yang menewaskan ratusan orang. Hanya karena pesta, nyawa melayang. Tragedi Halloween Itaewon dan  insiden Kanjuruhan. Dari kedua pristiwa mengerikan itu sama-sama memakan korban jiwa untuk kegiatan yang sifatnya bersenang-senang. Seperti, karena permainan bola, dan karena pesta mengikuti perayaan orang-orang Barat. Na'uzubillah minzalik.


Yang mirisnya banyak generasi muda kita yang silau dan terpukau dengan kehidupan Korea Selatan, seperti budaya, pakaian, makanan, cara bicara, teknologi, pendidikan, dan kemajuan infrastrukturnya. Di Korea Selatan penuh dengan gaya hidup yang  cenderung liberal, hedonis, bahkan ateis. Namun, sebagian budaya serta pemikiran asing ini diadopsi negeri-negeri berpenduduk mayoritas muslim dan tentu saja berbahaya bagi identitas dan keberlangsungan hidup generasi kita. 


Sistem Kapitalisme sudah membuat manusia makin tidak tahu arah. Bagaimana tidak, asasnya saja Sekularisme (memisahkan agama dari kehidupan). Itulah yang membuat cara berpikir generasi menjadi berantakan dan sangat mengerikan memandang kehidupan. Mereka tidak lagi menjalankan aturan Allah Swt. untuk mengatur segala hidup mereka. Akibatnya, mereka akan mudah menganggap benar apa yang mereka senangi, dan menganggap salah apa yang mengekang mereka. Pola pikir yang seperti ini tidak pantas terbentuk begitu saja, melainkan memang menjadi tabi'at siapa saja yang masih terjerat oleh sistem sekuler kapitalis. Setiap orang akan berpikir dua kali untuk melakukan sesuatu, termasuk mengikuti  perayaan yang sebenarnya tidak sesuai dengan Islam. karena memang pada dasarnya setiap generasi jika tidak memahami hakikat agama Islam dengan baik, maka akan mudah terseret arus perkembangan zaman.


Budaya fun, food, fashion dan football sejatinya merupakan jebakan musuh Islam yang ingin membuat Umat Islam jauh dari agamanya. Sistem sekuler sudah membuat kewarasan itu hilang. Euforia terhadap perayaan Halloween menunjukkan keterjajahan secara mental, pola pikir, dan emosional. Dan generasi muslim saat ini sudah terkepung dengan syubhat, seperti feminisme, sekularisme, liberalisme, islamofobia, dan lain-lain. Jadi, wajar jika generasi saat ini banyak sekali disuguhkan budaya atau pemikiran serta dengan penampilan dan tren-tren dunia yang selalu membuat mereka terlena. 


Tradisi Halloween ternyata berawal dari budaya Paganisme atau kepercayaan penyembahan berhala di wilayah kepulauan Britania Raya. Terutama adalah warga Irlandia yang merayakan Halloween. Pada awalnya, tradisi Halloween ini dirayakan pada Malam Samhain.


Perayaan ini menandai mulainya musim dingin dan hari pertama Tahun Baru yang dipercaya oleh orang-orang kuno di wilayah Britania Raya. Mereka mempercayai kekuatan gaib akan berkumpul dan mengunjungi dunia manusia pada Malam Samhain tersebut. Tepatnya berdasarkan kalender Masehi adalah pada malam tanggal 31 Oktober. Makanya, pada zaman kuno dahulu kaum Pagan pun melakukan pengorbanan hewan dan tanaman untuk para dewa.


Tujuannya agar pada dewa senang, dan mereka bisa terhindar dari kekuatan gaib yang menakutkan. Tradisi penyembahan ini kemudian berkembang dalam budaya Barat menjadi perayaan Halloween. Orang-orang dari Britania Raya, terutama Irlandia turut membawanya ketika pindah ke Amerika Utara.


Lalu, bagaimana hukum merayakan Halloween dalam Islam? Setelah mengetahui sejarah perayaan Hallooween, jadi hukum merayakan Halloween dalam Islam tidak diperbolehkan.


Itu karena, perayaan Halloween identik dengan orang-orang kafir. Orang-orang merayakan Halloween ini harus mengenakan kostum menyerupai iblis atau setan. Awalnya tradisi ini hanya ramai di Eropa dan AS, tetapi kini Halloween makin menyebar ke wilayah Asia, termasuk Indonesia.


Rasululullah Nabi Muhammad Saw. sudah melarang umat Islam untuk tidak meniru kebiasaan agama lain, apalagi itu datang dari orang-orang kafir. Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Abu Daud dan Ahmad)


Karena orang-orang Islam hanya memiliki dua hari raya terbaik, yang dijadikan sebagai waktu untuk bermain yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Dalam sistem Islam, negara bertanggung jawab atas kebutuhan dan juga jaminan kepada rakyat. Karena penguasa di dalam sistem Islam haruslah penguasa yang taat kepada Allah Swt. dengan menjalankan syariat-Nya. Sehingga mereka senantiasa berhati-hati dalam melaksanakan amanah yang dibebankan di pundaknya. Oleh karena itu seorang penguasa dalam sistem Islam pasti tidak akan membiarkan perayaan perayaan kufur yang merusak akidah umat.


Hanya dengan penerapan Islam yang sempurna yang akan menghadirkan penguasa yang akan menjaga keamanan dan mendidik generasi-generasi kita menjadi generasi emas yang berkepribadian Islam (asy-syakhshiyyah al-Islamiyah). 


Wallahu a’lam bi ash-shawwab.


Penulis : Erni Setianingsih

(Aktivis Dakwah Kampus)