Tragedi Pinjol Akibat Sistem Kapitalisme, Bagaimanakah Solusi Islam?

Daftar Isi


SIDDIQ-NEWS -- Gaya hidup dalam sistem sekuler Kapitalisme standar kebahagiaan hidup ialah kemewahan dunia dan kondisi ini kian subur di tengah gaya hidup masyarakat modern. Pinjaman online yang berbasis ribawi terbukti berkontribusi dalam menambah beban masyarakat, dan anehnya pemerintah terkesan abai, padahal kasus ini bukan satu dua kali. Lalu bagaimana Islam memberikan solusi?


Dilansir dari, www.bbc.com (17/11/2022) bahwa ratusan mahasiswa IPB (Institut Pertanian Bogor) kini menjadi korban penipuan modus baru dengan iming-iming keuntungan 10% (sepuluh persen) dan berutang pinjaman online (pinjol). Sekarang mereka terjerat utang dengan total tagihan yang ditaksir milyaran rupiah. Sedangkan dari mereka bahkan diteror oleh penagih utang atau debt collector.


Dari laman yang sama disebutkan sebanyak 331 orang terjerat pinjaman online karena menjadi korban penipuan dengan iming-iming imbal hasil yang besar. Dari jumlah tersebut, 116 di antara mereka adalah mahasiswa IPB di Jawa Barat. 


Sungguh sangat miris, katanya ingin mendapat untung tapi malah buntung. Sebab selain tidak menerima keuntungan, mahasiswa yang terjerat pinjol tersebut harus membayar cicilan utang dari pinjaman online. Beginilah akhirnya sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Jadi, ini pelajaran penting bagi mahasiswa maupun masyarakat, apabila ingin berinvestasi kenali risikonya.


Pinjol Ini merupakan modus, karena terjeratnya para mahasiswa berawal dari tawaran keuntungan 10 persen oleh pelaku dengan melakukan suatu proyek bersama. Pelaku mengarahkan korbannya ini untuk meminjam di aplikasi pinjaman online. Lalu pelaku meminta dana tersebut digunakan untuk melakukan transaksi toko online milik pelaku.


Ironis memang, tidak ada yang instan untuk mendapatkan uang di dalam sistem sekuler kapitalis ini. Kasus pinjol yang menimpa mahasiswa IPB ini merupakan tamparan keras bagi dunia pendidikan tinggi di tengah narasi world class university. Karena peristiwa ini terjadi di perguruan tinggi negeri yang favorit dan masuk top 450 dunia. Namun, dengan iming-iming investasi, dalam kasus ini menggambarkan betapa para mahasiswa telah tecetak menjadi kalangan pragmatis akut. Hal ini sudah mendominasi benak mereka adalah orientasi materi. Mereka tidak lagi berpikir jernih dan kritis serta melupakan potensi mereka sebagai kaum muda agen perubahan. 


Inilah bukti bobroknya teknologi keuangan yang ada saat ini karena dikendalikan oleh sistem ekonomi Kapitalisme. Bayangkan saja apa yang akan terjadi selanjutnya, dan ini merupakan kesempatan bagi transaksi ribawi untuk makin mudah menyusupi transaksi-transaksi ekonomi riil dalam bentuk yang makin samar serta tidak mudah disadari. Nyatanya dalam sistem Kapitalisme memang tidak peduli baik buruknya yang terpenting ada keuntungan semata.


Dengan maraknya kasus pinjol ini seharusnya menjadi tamparan keras bagi negeri ini. Karena kasus ini merupakan problem yang harus dituntaskan serta menjadi evaluasi yang sistemik bagi negeri ini.


Sejatinya kesejahteraan rakyat ada di tangan para pemimpin di negeri ini, baik itu masalah terkait sistem kurikulum pendidikan, ataupun yang lainnya. Pinjol berbasis ribawi sekarang sangat meresahkan masyarakat yang dikejar para dept collector pinjol. Ditambah lagi kasus mehasiswa yang sudah terjangkiti pinjol online, seharusnya mereka menjadi para intelektual yang fokus menuntut ilmu agar bisa membawa perubahan bagi kemaslahatan umat, bukan sebaliknya.


Memang kondisi masyarakat saat ini sudah semakin pelik dalam urusan ekonomi, di antaranya kemiskinan makin banyak, kebutuhan hidup semakin mahal, banyaknya pengangguran, dan lain sebagainya. Beginilah dampak dari sistem sekuler kapitalis yang menjerat kehidupan masyarakat yang makin sulit dan jauh dari kata sejahtera. 


Sangat berbeda dengan sistem Islam, karena dalam naungan negara Khilafah akan memberikan fasilitas terbaik dalam urusan pendidikan. Itu karena hal utama yang menjadi titik fokusnya yaitu mencetak generasi yang berkepribadian Islam. Dan paling luar biasanya lagi bahwa fasilitas pendidikan itu diberikan secara gratis. Karena negara Khilafah memberikan biaya pendidikan, keamanan, kesehatan, dan fasilitas umum lainnya secara gratis.


Dari manakah negara mendapatkan seluruh biaya tersebut? Tentu dari Baitulmaal, yang diambil dari kekayaan alam seperti air, padang rumput, dan api.

Sebagaimana dalam sebuah hadis Rasulullah saw., bersabda:


"Kaum muslim berserikat dalam 3 (tiga) perkara yaitu padang rumput, air dan api." (HR. Abu Dawud dan Ahmad).


Hadis tersebut menjelaskan bahwa kaum muslim (dan manusia pada umumnya) berserikat dalam tiga hal yaitu air, padang rumput, dan api. Ketiganya itu merupakan kepemilikan umum dan tidak boleh dimiliki oleh individu. Masya Allah.


Sesungguhnya, tidak ada solusi lain untuk menyelesaikan masalah karut-marut yang terjadi saat ini kecuali hanya dengan solusi sistem Islam. Dengan standar hidup Islam, akan menghilangkan praktik utang-piutang dengan skema ribawi serta terwujudnya kesejahteraan umat. 


Wallahu a'lam bi ash-shawwab.


Penulis : Erni Setianingsih Masrullah

(Aktivis Dakwah Kampus)