Akhir Syair Menguak Tabir

Daftar Isi


SIDDIQ-NEWS -- Siapa yang tidak tersayat ketika mendengar syair lirik yang menunjukkan ungkapan hati ketulusan seorang ibu. 

Kasih ibu//

kepada beta//

Tak terhingga//

Sepanjang masa//


Syair lagu yang disematkan khusus kepribadian seorang Ibu. Lagu ciptaan Alm. S.M. Mochtar itu terasa sangat relate dengan kasus yang sedang terjadi beberapa hari yang lalu.


Diberitakan oleh detik.com (21/11/22) bahwa viralnya seorang ibu tiga anak asal Tuban, berinisial ER (59 Tahun), yang nekat ingin menjual ginjalnya. ER duduk di pinggir jalan membawa poster bertuliskan 'Dijual Ginjal' dan mencantumkan nomor teleponnya. Ketika ditanya alasannya, beliau bermaksud menjual ginjalnya untuk membantu melunasi utang anaknya senilai 200 juta karena telah tertipu investasi bodong.


Apa yang dilakukan ER di atas, hanyalah salah satu kasus yang sudah dianggap biasa dan sering terjadi. Faktor kemiskinan membuat mereka rela melakukan apapun tanpa memikirkan akibatnya.


Berbicara tentang figur seorang ibu memang tidak ada habisnya. Naluri seorang ibu adalah untuk melindungi, merawat, membela, dari ancaman manusia terhadap anaknya. 

Tak salah, apresiasi tertinggi fakta di atas, menunjukkan kasih sayang ibu sepanjang masa dengan rela melakukan apapun demi anaknya. Namun sayang di balik syair yang indah ini, terkadang tidak dipahami oleh sang buah hati. Atas kesalahannya, membuat hati seorang ibu bersedih. Di kala senang mungkin ibunya tidak diberitahu, ketika sudah susah ibunya yang  pasang badan.


Semua ini adalah akibat dari kemiskinan, utang riba, tidak memiliki pekerjaan, minimnya pemahaman terhadap agama. Inilah yang membuat hati seorang ibu dilema tidak bisa lagi memilah mana yang baik dan mana yang buruk. Syair yang indah ini justru akhir dari segalanya menguak tabir, terbungkam oleh sistem.


Ya, inilah negara Kapitalisme sekuler yang menyebabkan orang kaya semakin kaya dan yang miskin makin terjerembab kemiskinan. Orang miskin bukan hanya miskin, tapi juga diisap darahnya oleh sistem Kapitalisme hingga mati kering tanpa darah. 


Susahnya mencari uang membuat masyarakat gampang tergiur dengan cara instan seperti yang ditawarkan iklan  mengatasnamakan investasi. Ditambah dengan iming-iming keindahan hidup nyaman dan kebahagiaan.


Awamnya masyarakat akan investasi serta kurangnya peran pemerintah dalam menutup celah penipuan,  malah membuat investasi bodong tumbuh subur di negeri ini. Sudah miskin, diperparah lagi dengan maraknya pinjaman online yang makin mengahantui masyarakat.


Sempitnya lowongan kerja, maraknya iklan investasi bodong serta akses pinjaman online ilegal yang sangat mudah didapatkan, semuanya sumber masalah, dari setiap masalah. Sebab, malah menciptakan lingkaran setan.


Hal ini sangatlah wajar terjadi di negara dengan sistem kapitalis. Himbauan pemerintah untuk menghindari pinjaman online ilegal dan anjuran hanya bertransaksi pada bank yang telah diawasi oleh OJK bukanlah solusi yang mengakar.


Berbeda dengan sistem Islam. Islam memiliki pandangan hukum tentang jual beli organ tubuh manusia. Seseorang boleh mendermakan ginjalnya kepada orang yang membutuhkannya tanpa mengambil imbalan. Namun dengan syarat, si penderma tidak menjadi celaka dengan diambilnya ginjal tersebut dari tubuhnya.


Semua organ tubuh sesungguhnya bukanlah milik seseorang, akan tetapi milik Allah, sehingga haram hukumnya menjual barang yang bukan miliknya. Dalam hal ini, menjual organ pun termasuk kategori merendahkan martabat manusia itu sendiri. Padahal sungguh Allah telah memuliakannya. Karena itu para ulama sepakat bahwa haram hukumnya menjual organ tubuh.


Hanya di sistem Islamlah setiap kesalahan tidak akan terulang lagi. SDM dan SDA akan dijaga dan dikelola oleh negara untuk dimanfaatkan bagi rakyatnya sendiri.


Negara juga akan menciptakan lapangan kerja yang luas, menutup segala akses riba ataupun hal yang diharamkan lainnya yang dapat merugikan umat.

Al-Qur'an dan assunnah-lah satu-satunya yang menjadi acuan dan pedoman negara.


Islam menyadarkan manusia bahwa hanya aturan yang diberikan oleh Pencipta manusia saja yang paling tepat untuk manusia itu sendiri. Karena Islam diturunkan sesuai fitrah manusia. Dimana pada fitrahnya manusia tidak dapat hidup tanpa aturan. Wallahu a'lam bishshawwab.


Penulis : Damayanti

(Komunitas Ibu Peduli Generasi)