Demi Ekonomi, Peran Ibu Dieksploitasi

Daftar Isi

 


Penulis : Siti Nurtinda Tasrif

(Aktivis Dakwah Kampus)


Mataram--siddiq-news.com -- Ibu, kata yang biasa disematkan kepada dua hal yang dijadikan sebagai karakter dalam dirinya. Yaitu pengurus rumah tangga dan sekolah pertama bagi anak-anaknya. Seorang wanita yang dianugerahkan menjadi seorang ibu, yang dari rahimnya lahir generasi-generasi yang akan menjadi penerus bangsa. Generasi yang akan melanjutkan estafet kemajuan bagi peradaban bangsanya.

Sebagai seorang ibu, menjadi sebuah hal yang naluriah ketika memiliki rasa kasih sayang yang tinggi kepada keluarganya, terkhusus kepada anak-anaknya. Menjadi seorang ibu haruslah memiliki sifat-sifat akhlak mulia seperti, shalihah, bertakwa, cerdas, bijaksana, tegas serta lemah lembut dalam mendidik anak-anaknya. Akhlak mulia seperti inilah yang akan melahirkan sosok generasi yang alim, shalih, cerdas dan tangguh dalam menghadapi berbagai persoalan.

Namun kecerdasan dan kebijaksanaan yang dimiliki seorang ibu malah dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi bagi negeri ini. Sebagaimana yang penulis kutip dari media kemenpppa (20/12/22), bahwasanya pada perayaan hari ibu, akan menyampaikan materi mengenai tema "Perempuan Berdaya, Indonesia Maju" dengan 4 sub tema. Tiga daripada sub tema itu membahas mengenai perempuan dan ekonomi digital, perempuan dan kepemimpinan, dan perempuan terlindungi, perempuan berdaya.

Pada pembahasan di atas akan menyasar gerak dari para ibu di dalam negeri untuk mewujudkan indonesia maju, tentu saja dari segi perekonomiannya. Melihat dari potensi seorang ibu yang begitu besar terutama dalam perekonomian negara, bahkan sudah sering didengar mengenai pahlawan devisa yang disematkan pada seluruh perempuan yang menjadi TKW di berbagai negara. Bahkan yang lebih ironis lagi, kebanyakan dari tenaga kerja ini adalah seorang ibu.

Seorang ibu, yang rela membanting tulang untuk pergi keluar negeri demi menjamin kebutuhan anak-anaknya. Meski kebanyakan dari para ibu ini memiliki suami tetapi peran suami tidak begitu terlihat sebagai pencari nafkah. Hal demikian dikarenakan sulitnya mencari pekerjaan, bukan saja bagi yang tidak berpendidikan tetapi yang berpendidikan pun sangat sulit untuk mendapatkannya. Hal seperti inilah yang menyebabkan setiap ibu harus menukar perannya dengan suaminya untuk mencari nafkah.

Ketika menelisik lebih jauh lagi, bukan hanya masalah suami sulit dapat pekerjaan yang menjadi alasannya, tetapi bisa juga dengan faktor lain seperti kesetaraan gender misalnya. Hal ini juga bisa berindikasi para ibu cukup untuk merubah perannya, bukan hanya sebagai ibu rumah tangga tetapi wanita karir juga. Yang ternyata tidak disadari oleh para wanita di dalam negeri ini bahwa jasa mereka sedang dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi negara.

Maka jelaslah bahwa di perayaan hari ibu nanti akan mempropagandakan setiap ibu di negeri untuk berdaya, kemudian melibatkannya dalam segala bidang, seperti ekonomi, politik, pendidikan, sosial dan bila perlu dalam kepemimpinan pun bisa. Tidak hanya memimpin sebuah keluarga, tetapi perusahaan atau bahkan dengan lingkup yang lebih besar yakni memimpin negara. Bagaimana tidak, propaganda ini terus menerus dilakukan hanya atas nama wanita yang berdaya akan terlindungi. Padahal bisa dikatakan bahwa hal itu hanyalah slogan semata untuk membangkitkan daya juang perempuan dalam memperjuangkan hak-haknya terutama dalam kesetaraan.

Dengan mengatasnamakan kesetaraan tadi telah membuat seluruh perempuan terutama setiap ibu memilih untuk mengambil kehidupan di luar dibandingkan di rumahnya sendiri. Padahal potensi luar biasa yang dimiliki setiap ibu harusnya mampu mendidik generasi-generasi yang berkualitas untuk bangsa ini. Namun, bukannya mendidik generasi yang berkualitas, malahan menjadi pembangkit ekonomi bahkan hal ini merupakan propaganda dari negara sendiri.

Keadaan ini merupakan dampak dari penerapan sistem Kapitalisme. Dimana sistem ini memiliki satu tujuan kehidupan yakni untuk materi, maka tidak heran dari wanita lajang hingga ibu-ibu rumah tangga pun disasar untuk kepentingan materi dengan melibatkan mereka dalam semua bidang terutama wirausaha dan menjadi wanita karir. Kemudian mampu menggeser posisinya yang strategis untuk mendidik generasi unggul dan berkualitas. 

Hal ini menjadi sesuatu yang lumrah karena setiap peraturan perundang-undangan dan pasal-pasal yang ada hanya untuk kepentingan ekonomi semata. Dan hal inilah yang jarang sekali dilihat oleh masyarakat saat ini sehingga mudah dimanfaatkan oleh negara dengan alasan kesetaraan dan terlindungi. Oleh sebab itu setiap masyarakat haruslah membuka mata agar bisa melihat setiap tujuan yang ada dalam perayaan juga pasal-pasal yang disahkan. Sehingga mampu melihat betapa sistem Kapitalisme memanfaatkan segala hal untuk kepentingan ekonomi ini.

Berbeda dari sistem Kapitalisme, ternyata sistem Islam memanfaatkan kecerdasan dan kebijaksanaan yang dimiliki setiap ibu untuk mendidik generasi-generasi yang unggul dan berkualitas. Bukan sekadar intelektual saja, tetapi yang diutamakan adalah ketakwaannya kepada Allah Swt.. Hal inilah yang nantinya akan menjadikan setiap generasi bukan hanya sebagai ilmuwan atau orang yang ahli dalam setiap bidang tetapi juga menjadi para ulama, yang dengan pemahaman agamanyalah yang akan menjaga ketakwaan setiap generasi.

Setiap ibu harus paham posisi strategis yang dimilikinya yakni mengemban tugas sebagai sekolah pertama bagi anak dan pengurus rumah tangganya. Namun bukan berarti bisa dikatakan sebagai pengekangan potensi wanita. Tidak bisa dikatakan demikian karena setiap ibu ini telah dibekali pemahaman Islam yang mendarah daging dalam dirinya sehingga tidak bisa dieksploitasi begitu saja hanya untuk kepentingan ekonomi. Sepenting apapun alasannya maka setiap ibu harus tetap bersinergi untuk melahirkan serta mendidik generasi-generasi pejuang peradaban yang gemilang.

Maka untuk memberikan ketakwaan bagi setiap ibu kemudian tidak dieksploitasi seperti saat ini haruslah kembali menggunakan sistem Islam yang menyeluruh. Namun tidak bisa dimasukkan ke dalam wadah yang kotor seperti demokrasi, tetapi sistem Islam sendiri memiliki wadah yang berdiri sendiri yakni Khilafah Islamiyah. Sebuah pemerintahan yang mengikuti metode kenabian, yang dengan negera khilafahlah eksistensi Islam sebagai sistem peraturan kehidupan dapat terjaga dan terlaksana. Sehingga posisi setiap ibu akan kembali pada posisinya dan setiap ibu akan terlindungi darah dan kehormatannya. Karena sistem Islam merupakan sistem yang sempurna karena mencakup seluruh aspek, baik itu politik, pemerintahan, sosial, pendidikan, pertahanan, maupun keluarga serta aspek-aspek yang lainnya. Wallahu a'lam bi ash-shawwab.