Jadilah Generasi yang Membanggakan

Daftar Isi


 


Shiddiq.news.com--Akhlak merupakan lambang kualitas seorang manusia. Apa jadinya jika manusia mengalami krisis akhlak? Tentu itu akan berpengaruh pada kualitas manusia itu sendiri. Tanpa akhlak  maka kehidupan ini akan kacau yang berakibat timbulnya kerusakan. Bahkan keadilan yang diinginkan oleh semua orang tidak akan pernah terwujud.


Banyak peristiwa akhir-akhir ini yang menggambarkan betapa miskin dan minimnya akhlak atau moralitas masyarakat khususnya generasi muda yang membuat kita mengurut dada.


Sebagaimana dilansir dari Kumparan.news pada (20/11), seorang nenek di Kabupaten Tapanuli Selatan dianiaya pelajar dengan cara ditendang hingga jatuh kemudian direkam dan akhirnya viral di media sosial. Tak lama berselang, berita perundungan kembali terdengar, seorang siswa SMP di Baiturrahman Kota Bandung menjadi korban. Dalam video yang beredar, korban dipakaikan helm kemudian ditendang kepalanya.


Miris, majunya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini ternyata disertai oleh keterpurukan moralitas. Bullying terhadap seorang nenek menggambarkan betapa buruknya akhlak yang dimiliki pelajar tersebut, dan ini juga menunjukkan kegagalan sistem pendidikan dalam mencetak generasi yang berakhlak mulia serta gagalnya sistem kehidupan, sehingga tak menghormati orang tua. 


Sementara itu, kasus bulying yang terjadi di lingkungan sekolah juga tidak pernah terselesaikan dengan tuntas melainkan dengan kompromi yang terkadang menghasilkan keputusan timpang dan merugikan korban. Bahkan ada kecenderungan pihak sekolah merahasiakan kasus bulying dan lebih memilih menutup diri. Fakta ini sangat kontradiksi dengan program sekolah yang ramah anak.


Kemerosotan moral atau akhlak disebabkan oleh banyak faktor, selain lingkungan, dampak kemajuan teknologi, sifat ingin tahu remaja yang sangat besar dan orang tua, minimnya akhlak juga disebabkan kurangnya pendidikan yang menekankan pentingnya akhlak dan adab. Di sinilah agama memegang peran penting dalam hal penanaman akhlak dan moral yang mulia. Jadi bisa dikatakan bahwa kemerosotan akhlak disebabkan kurangnya pemahaman dan telah jauhnya agama  dari generasi muda.


Pemahaman sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan telah menggiring para pemuda dan pemudi untuk tidak menjadikan agama sebagai barometer kehidupan melainkan lebih mengikuti trend dan taklid buta terhadap pemikiran dan budaya asing. Kemajuan teknologi yang tidak diimbangi dengan penggunaan yang bijak  membuat dampak negatif menjadi lebih besar daripada manfaatnya. Seperti media informasi yang turut andil dalam mempengaruhi perilaku generasi muda saat ini.


Gaya hidup sekuler liberal yang sering dipertontonkan di media seperti pergaulan bebas, fashion yang tidak islami dan lain sebagainya dikemas dengan begitu cantik dan dikenalkan sebagai kemajuan ( modern ) dan tren global yang layak diikuti. Padahal sejatinya lifestyle seperti itu akan mengikis nilai-nilai keimanan dan mengakibatkan merosotnya moral.


Orientasi hidup dalam sistem sekuler yang selalu menitik beratkan pada materi membuat kita melupakan apa sesungguhnya tujuan hidup kita. Kenikmatan dunia seakan menjadi tujuan utama, hingga tak heran jika penyakit cinta dunia dan takut mati begitu merajalela. Kasus bullying pelajar terhadap seorang nenek di Tapanuli Selatan maupun terhadap pelajar di Bandung adalah potret buruk sistem pendidikan di negeri ini. Pendidikan yang dilandaskan pada sekularisme yang  tak mengindahkan agama dalam  kehidupan terutama pendidikan membuat ilmu  agama dan ilmu pengetahuan menjadi tidak seimbang serta menjadikan dunia sebagai target utama bukan sebuah sarana.


Berbeda dengan sistem pendidikan dalam Islam yang memiliki dua orientasi pokok yakni mengabdi kepada Allah selaku Sang Pencipta dan memahami dirinya sebagai khalifah di bumi. Orientasi ini berguna untuk mendesain keyakinan anak didik agar tetap terjaga dalam nilai dan moralitas Islam. Tujuan dari pendidikan Islam adalah untuk membangun generasi yang beriman, bertakwa, cerdas,  berkepribadian Islam, tangguh dan yang lebih penting lagi adalah generasi yang berakhlakul karimah.

Akidah Islam menjadi dasar pemikiran pendidikan Islam dan metodologi penerapannya. Output pendidikan dalam Islam yang menghasilkan anak didik yang kokoh keimanannya dan mendalam pemikirannya akan berpengaruh pada keterikatan anak didik terhadap aturan Allah Swt. dan dampaknya adalah selain tegaknya amar ma’ruf nahi munkar di tengah masyarakat tentu juga akan berpengaruh pada karakter dan perilaku anak didik itu sendiri.  


Adanya keterikatan dengan  aturan Islam yang melarang keras perundungan maka akan membuat anak didik mempunyai perilaku yang sopan, beradab dan berakhlak mulia serta menjadi generasi yang membanggakan.



Wallahu a'lam bishawwab 


Penulis: Irohima

(Kontributor Shiddiq.news.com)