Remaja Kapitalistik Terkategori Generasi Stroberi

Daftar Isi


siddiq-news.com - Remaja atau pemuda adalah sosok yang sangat penting dalam mencapai suatu peradaban. Di dalam diri seorang pemuda ada peluang sebagai agen pengubah. Sayangnya, beban dunia yang dihadapi remaja hari ini membuat mereka terlempar jauh dari peluang tersebut bahkan mereka tergolong sebagai generasi tropis. Yakni generasi yang mudah rapuh, bermental lemah dan mudah terpengaruh. Remaja atau pemuda hari ini adalah tokoh yang sangat mudah terpengaruh.


Menurut dr. Fransiska Kaligis, Sp.KJ., Divisi Psikiatri Anak dan Remaja Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo “Pada usia remaja, secara alami, lingkungan sangat berpengaruh bagi mereka, terutama teman sebaya, orang-orang yang dianggap idola atau panutan”. 


Parahnya, para remaja atau pemuda menjadi target pasar kapitalistik, 5F (food, fun, fashion, film and faith). Hal ini terjadi karena remaja sangat banyak menghabiskan waktu dengan berselancar di dunia maya. Sebagaimana dikutip dari Depok Pos (3 September 2021), bahwa berdasarkan data dari APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia), pada tahun 2014, pengguna internet di Indonesia mencapai 88,1 juta orang (pada tahun 2015 diperkirakan mencapai 107 juta) dimana pengguna internet berusia 18-35 tahunmendominasi dengan 82,8%. Tingginya angka keaktifan pemuda di media sosial memungkinan proses distribusi informasi, akses dan dukungan ataupun kritik dapat disebarkan, diterima dan direspon dengan cepat. sekitar 20% pengguna media sosial diisi oleh Gen–Z. Hal-hal semacam ini membuat para remaja atau pemuda akhirnya memilih figur yang salah untuk perkembangan mereka. Padahal, dalam diri seorang pemuda ada figur agen pengubah jika mereka mampu meyadari potensi tersebut. Peran pemuda sebagai agen perubahan atau agen perubahan. Artinya bahwa pemuda memiliki peran untuk menjadi faktor terpenting dari kemajuan bangsa itu sendiri, baik buruknya suatu negara dilihat dari kualitas pemudanya, karena generasi muda adalah penerus dan pewaris kekayaan bangsanya.


Generasi Stroberi Dampak Salah Kelola Sistem


Mudahnya remaja atau pemuda terjebak dalam dunia stroberi disebabkan oleh dua hal, krisis identitas dan hilangnya panutan. Pertama, krisis identitas. Kebanyakan remaja atau pemuda hari ini tidak mengenali diri mereka sendiri. Tak jarang mereka bahkan tidak mampu menentukan jalan yang harus mereka ambil karena terpengaruh oleh lingkungan. Kondisi ini oleh Marcia, seorang pakar psikologi Amerika Serikat menyebut moratorium identitas yakni status diri pada individu yang sedang berjuang pada masa krisis identitas.


Kedua, role model yang hilang. Role model yang ditampilkan oleh para kaum kapitalistik melalui 5F (food, fun, fashion, film and faith) tidak mampu membawa pemuda pada perubahan yang benar. Dalam sistem kapitalis, standar kesuksesan seseorang dinilai dari sejauh mana mereka mampu menghasilkan materi sebanyak-banyaknya. Sehingga mampu viral dan terkenal menjadi tujuan para pemuda mengukur sebuah kesuksesan. Padahal, menjadi viral dan terkenal belum tentu mampu membawa mereka mencapai kebahagiaan sesungguhnya.  


Sungguh kesalahan yang terjadi pada diri seorang pemuda tidak serta merta merupakan hasil dari diri mereka sendiri. Hilangnya pengawasan negara terhadap pertumbuhan dan perkembangan pemuda hari ini menyebabkan para remaja rentan terkategori generasi stroberi. Para remaja dibiarkan mengurusi diri mereka sendiri, negara abai terhadap kebutuhan mereka. Pergaulan bebas, kesehatan mental, tertekan, hingga depresi adalah akibat yang bisa ditimbulkan dari generasi semacam ini. Sebagai sebuah lembaga terbesar dalam masyarakat, negara seharusnya mampu memberikan perlindungan terhadap remaja atau pemuda hari ini agar tidak mudah terjerumus menjadi generasi stroberi.


Generasi Stroberi Butuh Solusi Tepat


Sistem kapitalis-sekuler yang berporos hanya pada keberhasilan dunia tidak akan mampu mengeluarkan para remaja atau pemuda dari himpitan masalah dunia. Uang dan materi adalah standar kebahagiaan dalam sistem kapitalis yang rakus. Sehingga, kebahagiaan sesungguhnya adalah sebuah kemustahilan dalam sistem semacam ini. 


Potensi pemuda sebagai agen pengubah tidak akan berjalan secara maksimal jika yang menjadi panutan adalah para model bawaan sistem kapitalistik. Potensi pemuda akan tergerus dengan berbagai program-program kapitalis 5F (food, fun, fashion, film and faith) sehingga kehidupan pemuda habis hanya untuk kebahagian yang semu. 


Remaja atau pemuda membutuhkan sistem yang mampu membimbing mereka mencapai kebahagiaan yang hakiki. Dalam sistem Islam, remaja dibentuk sebagai figur yang kuat, bermental pemimpin dan pembuat keputusan. Telah banyak panutan dalam Islam yang bisa dijadikan panutan bagi remaja saat ini. Muhammad Al-Fatih sang penakluk Konstantinopel di usia 21 tahun, Zaid bin Tsabit yang menjadi sekretaris khusus Rasulullah saw., Usamah bin Zaid di usia 18 tahun menjadi panglima perang menghadapi Romawi.


Perlu diketahui, keberanian yang ada pada diri mereka terbentuk oleh sistem kenegaraan yang kokoh, mandiri dan kuat. Islam sebagai negara adidaya di masa lalu mampu menjaga generasinya agar hidup menjadi pemuda yang bermanfaat bagi peradaban. Sehingga, sebuah keharusan bagi masyarakat hari ini untuk memperjuangkan sistem kenegaraan yang mandiri seperti sistem Islam. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan remaja atau pemuda hari ini dari pengaruh kapitalistik dan kehidupan generasi stroberi. Wallahualam.


Penulis : Zulhilda Nurwulan, S.Pd. (Mahasiswa Pasca Sarjana UGM)