Ujian itu Sesuai Kemampuan

Daftar Isi


siddiq-news.com - Setiap orang memiliki jalan hidupnya masing-masing. Ada yang menyenangkan, ada yang menyedihkan. Namun, satu hal yang pasti adalah tidak ada orang yang selama hidupnya terus mendapatkan kesenangan. Ada kalanya, mereka mendapatkan kesusahan. Baik kesenangan maupun kesusahan, semuanya adalah ujian dari Allah Swt. Ujian yang diberikan oleh Allah kepada manusia itu sesuai dengan kemampuannya. 


Ujian Itu Sesuai Kemampuan


Allah Swt. tidak membebani manusia melebihi kemampuannya. Dalam Surah Al-Baqarah [2]: 286, Allah Swt. berfirman,


لا يكلف الله نفسا إلا وسعها


"Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai kemampuannya."


Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Allah Swt. tidak akan membebani makhluk-Nya melebihi kemampuannya. Hal ini merupakan salah satu bukti kasih sayang dan lemah lembutnya Allah Swt. kepada hamba-Nya. Di samping itu juga menunjukkan betapa baiknya Allah Swt. kepada kita.


Dalam kehidupan sehari-hari, fakta ini banyak kita jumpai. Misalnya, ada istri seorang tukang batu. Suaminya hanya mampu memberi nafkah jika ia mendapatkan proyek membuat bangunan. Suaminya tidak mau tahu apakah uang itu cukup untuk biaya makan dan sekolah anak-anaknya. Maka, istrinya yang harus pontang-panting mencari tambahan. Misalnya dengan membuat camilan untuk dijual. Bahkan, kadang harus meminjam ke orang lain. 


Cara si istri menyelesaikan persoalan keuangan yang dihadapinya menunjukkan bahwa ia mampu melewati ujian itu. Ia tidak melakukan hal-hal yang buruk, yang menjerumuskan ke dalam kemaksiatan. Ia juga tidak berputus asa dan tetap optimis dalam menghadapi hidup. Hal ini menunjukkan bahwa ujian itu masih di batas kemampuannya sebagai manusia.


Ada pula ibu yang dianugerahi anak yang istimewa. Si anak berkebutuhan khusus ini belum mampu mengendalikan emosinya menjelang dewasa. Hal ini mengharuskan si ibu untuk melakukan penjagaan ekstra terhadap buah hatinya. Tentu, hal itu membutuhkan kesabaran yang luar biasa.


Si ibu ini ternyata dapat menerima ketetapan Allah Swt. dan menjalaninya dengan penuh kesabaran. Ia berusaha untuk mencari solusi bagi kebaikan  anaknya. Dicarikannya sekolah yang bisa memberikan terapi bagi putra istimewanya. Di antarnya sang putra tanpa mengenal letih, meskipun jarak sekolah dari rumah cukup jauh. Semua itu menunjukkan bahwa ujian itu berada di batas yang sesuai dengan kesanggupannya.


Agar Mampu Menghadapi Ujian


Allah Swt. telah memberikan satu resep kepada kita, untuk menghadapi ujian. Yaitu, meyakini akan datangnya pertolongan Allah Swt. Hal itu telah disebutkan dalam Surah Al-Insyirah [94]: 5-6,


فإن مع العسر يسرا

إن مع العسر يسرا


"Maka, bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya, bersama kesulitan itu ada kemudahan."


Berkaitan dengan ayat ini, Rasulullah saw. menyatakan bahwa dua kemudahan akan mengalahkan satu kesulitan. Sebab, dalam dua ayat tersebut, kesulitan itu disebutkan dengan menggunakan lafaz makrifah yang menunjukkan bahwa kesulitan yang dimaksud itu sama. Sedangkan kemudahan itu disebutkan dalam lafaz nakirah, yang berarti kemudahan di ayat berikutnya tidak sama dengan kemudahan di ayat sebelumnya.


Maka, di saat kita mendapatkan kesulitan, kita harus yakin akan ada kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh Allah Swt. kepada kita. Misalnya, perempuan yang suaminya tidak mau tahu urusan keuangan keluarga, ia diberi kemudahan dalam mencari rezeki lewat jalan lain. Ia memiliki keterampilan di bidang masak-memasak. Dengan keterampilannya itu, ia pun menawarkan jasanya kepada tetangga atau temannya untuk membeli hasil masakannya.


Demikian pula dengan si ibu yang memiliki buah hati yang istimewa itu. Memang, ia istimewa sehingga harus selalu dijaga. Namun, di saat yang bersamaan, Allah Swt. menganugerahkan keistimewaan lain kepadanya, yaitu kemampuan menghafal Al-Qur'an. Dengan keistimewaannya itu, ia berhasil menghafalkan Al-Qur'an lebih cepat dibandingkan dengan teman-temannya.


Keyakinan inilah yang harus dimiliki oleh setiap muslim saat menghadapi ujian. Kepasrahannya terhadap Allah Swt. akan menghindarkannya dari stres atau bahkan depresi. Sebab, ia yakin bahwa Allah Swt. akan memberinya jalan keluar dari persoalan yang dihadapinya.


Karena itu, saat ia mendapat ujian, ia akan semakin mendekat kepada-Nya. Bermunajat dan memohon pertolongan dari-Nya. Melantunkan doa-doa di setiap waktu tanpa merasa lelah. Disertai permohonan ampun atas segala kesalahan yang dilakukannya. 


Berbeda halnya jika ia berputus asa dan menjauh dari Tuhannya. Maka, ia akan merasa stres dan tertekan. Akibatnya, otaknya tak lagi digunakan untuk berpikir mencari solusi. Ia pun limbung dan mencari jalan keluar yang salah. Akibatnya, bukan jalan keluar yang dia dapatkan. Sebaliknya, masalah yang dia hadapi semakin banyak dan rumit.


Hal ini menyebabkan dia kehilangan akal. Maka, ada di antara mereka yang gila, atau memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Semua itu, bukan karena Allah Swt. berlaku zalim terhadap mereka. Namun, karena mereka tidak mau mendekatkan diri kepada-Nya.


Padahal, dalam sebuah hadis qudsi riwayat Imam Tirmidzi, Rasulullah saw. menyebutkan bahwa Allah Swt. berfirman,


".... Jika ia mendekat kepada-Ku satu jengkal, Aku akan mendekat kepadanya satu hasta. Jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta, Aku akan mendekat kepadanya satu depa. Dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan, Aku akan mendatanginya dengan berlari."


Hadis ini mendorong kita untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Allah Swt. sangat senang jika hamba-Nya mau mendekat kepada-Nya. Karena itu, Allah Swt. pun menyambutnya dengan cara yang lebih baik dan lebih cepat dari cara sang hamba mendekat kepada-Nya.


Hal ini menunjukkan betapa Allah Swt. sangat sayang kepada hamba-Nya. Hingga tidak ada kasih sayang yang melebihi kasih sayang Allah Swt. kepada kita. Karena itu, sudah seharusnya jika kita senantiasa berusaha untuk mendekat kepada-Nya. Sebab, dengan cara itulah kita akan mampu menghadapi berbagai ujian yang menimpa kita.

 

Khatimah


Ujian dan cobaan itu tidak selamanya mendera. Seperti musim, ada musim penghujan dan musim kemarau. Ada saat dimana kita merasa gembira dengan datangnya hujan yang menyejukkan. Namun, ada pula saat dimana kita harus bersabar menghadapi panasnya cuaca di musim kemarau.


Semua itu akan datang silih berganti. Namun, satu hal yang harus kita ingat adalah, kita harus senantiasa mendekat kepada Allah Swt., baik saat musim penghujan atau musim kemarau. Baik saat menerima ujian kesenangan maupun kesengsaraan. Maka, rida Allah Swt. akan senantiasa kita raih, dan kebahagiaan akan selalu kita dapatkan. Wallahu a'lam bi ash-shawwab. 


Penulis : Mariyah Zawawi

(Penulis)