Hari Ibu Dalam Cengkeraman Sekularisme

Daftar Isi

 



Ibu adalah sekolah pertama dan utama bagi anak-anaknya. Ketika sosok ibu mengalami disfungsi maka bisa menyebabkan terjadinya kemerosotan generasi.


Oleh Shofiyyah Syaharani 

(Pegiat Literasi)


Melihat perayaan Hari Ibu Nasional yang jatuh pada tanggal 22 Desember lalu, kita bisa melihat momen tersebut memiliki arti berkesan bagi anak-anak se-Indonesia. Karena  banyak sekali anak, remaja bahkan yang sudah dewasa memberikan ucapan hari Ibu lewat sosial media untuk menunjukkan kasih sayangnya kepada sang ibunda. Namun apakah wujud kasih sayang hanya cukup ditunjukkan pada momen tersebut? Sementara hari lain sosok ibu kan kembali menjadi kaum nomor dua, yang kadang justru teraniaya.


Seperti dilansir dari kompas (9/10/2022), beberapa bulan sebelum hari Ibu tiba. Beberapa ibu meregang nyawa di tangan anaknya sendiri. Hal ini dikarenakan banyak faktor seperti di daerah Lampung Utara ibu harus meregang nyawa karena tidak memberi uang kepada anak yang ingin membeli rokok.


 Masih banyak bertebaran berita di luar sana tentang anak yang menyakiti, menganiaya bahkan membunuh orang tuanya sendiri lantaran materi dan perasaan.


Sungguh inilah gambaran dari sikap yang lahir dari sistem sekuler. Sistem yang memisahkan aktivitas kehidupan dari nilai-nilai agama. Tentu hal ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut, harus ada solusi nyata untuk menyelesaikan sampai ke akarnya. 


Sekularisme perlahan namun pasti tanpa disadari  telah tertanam kuat dalam benak kaum pemuda tak terkecuali pemuda Muslim. Paparan dari media banyak memberikan gambaran kehidupan ala sekuler yang akhirnya menjadi pandangan hidup bagi mereka. 


Birul walidain semakin terkikis,  berbakti kepada orang tua hanya dianggap formalitas. Ketika momen perayaan hari Ayah atau hari Ibu mereka berbondong-bondong untuk memberikan yang terbaik dan menunjukkan kepada semua orang bahwa mereka memberikan kejutan yang terbaik untuk kedua orang tuanya, tetapi setelah itu mereka kembali menjadi anak pembangkang bahkan sampai membentak dan menyakiti hati kedua orang tua.


Dalam Islam kedudukan orang tua sangatlah mulia, bahkan sebagai seorang anak di wajibkan untuk taat dan tidak durhaka kepada orang tua.

 Seperti firman Allah pada surah al-Isra ayat 23 yang artinya: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik."


Pada ayat ini jelas bahwa anak haruslah berbuat baik kepada orang tua bahkan kita dilarang untuk berkata "ah" dan membentak kedua orang tuanya. Ini memberikan gambaran bahwasanya Islam telah memuliakan kedua orang tua setiap harinya bukan hanya pada saat momen tertentu saja.


Orang tua juga berkewajiban untuk mendidik anaknya agar terpelihara dari panasnya api nereka, karena orang tua juga memiliki andil dalam pengasuhan akidah dan akhlak anak-anak sejak usia dini. 


Ketika Islam di terapkan dalam kehidupan tentu semua masalah pasti akan bisa terselesaikan, terutama pada hal taat kepada orang tua. Ketika seseorang telah sadar dirinya adalah hamba Allah, maka ketaatan akan munculdan setiap perilakunya akan selalu terbayang akan dosa dan pahala. Sehingga tidak akan ada hak orang lain yang harus dirampas seperti pembunuhan terutama yang dilakukan anak kepada orang tuanya. 


Tentu hal ini perlu dukungan peran negara dalam menerapkan syariat Islam secara keseluruhan. Karena negara menjadi media dalam menegakkan peradilan sesuai dengan syariat Islam. Hukum Islam tentunya sebagai zawajir (pencegah) dan jawabir (penebus dosa), kedua hal ini akan terlaksana ketika adanya daulah Islam yang tegak dan menerapkan hukum Islam sesuai dengan Al-Qur'an dan sunah.


Sistem Islam telah terbukti selama berabad-abad silam mampu membawa umat manusia pada kemuliaan. Menghadirkan keadilan dan ketentraman bagi semua umat manusia. Tidakkah kita rindu dengan sistem seperti itu?


Wallahu a'lam bishawwab