Viral Penculikan Anak, Sistem Islam Solusi Memberantas Kezaliman

Daftar Isi

 


Kondisi ekonomi juga menjadi faktor penting yang memotivasi pelaku melakukan penculikan.


Ketika syariat Islam diterapkan menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupan semua bisa terlindungi secara sempurna.


Oleh Farah Friyanti

(Aktivis Muslimah)


Siddiq-news.com -- Masyarakat Indonesia akhir-akhir ini dikejutkan dengan video viral penculikan anak. Vidio yang beredar luas di medsos cukup meresahkan orang tua karena banyak kabar simpang siur bahkan mengarah pada perilaku menyimpang sampai dengan penjualan organ tubuh.

Dilansir dari detiknews (8/1/23),

Beredar video seorang bocah bernama Malika Anastasia (6) dibawa naik ke atas bajai oleh Iwan Sumarno (42). Motifnya adalah ingin dijadikan sebagai anak. Ketika didalami lagi keterangan terhadap pelaku ternyata pelaku memiliki hasrat seksual terhadap anak. Namun setelah dilakukan pemeriksaan terhadap korban tidak ditemukan bekas pelecehan seksual terhadap korban.


Sementara itu mengutip tempo (31/1/2023), menurut data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) pada 2022, angka kasus penculikan anak mencapai 28 kejadian sepanjang tahun. Tidak sampai di situ terus terjadi peningkatan angka penculikan anak hungga 15 kejadian.


Merespons kasus ini, Sekretaris Pusat Studi Gender dan Anak Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Putri Aisyiyah Rachma Dewi mengatakan ada banyak faktor mengapa anak sering menjadi korban penculikan. Menurutnya anak merupakan kelompok yang rentan karena mereka belum mampu melindungi diri sendiri dan menggunakan hak-haknya secara mandiri. Selain itu, lemahnya pengawasan orang tua dan orang dewasa menjadi salah satu penyebab anak mudah menjadi korban penculikan. 


Kejadian ini membuat isu yang cukup panas di masyarakat. Hal ini yang akhirnya mendesak sejumlah Pemerintah Daerah (Pemda) seperti di Semarang, Blora, hingga Mojokerto sampai mengeluarkan surat soal isu pencegahan penculikan anak beberapa waktu terakhir. Tindakan ini diharapkan mampu meredam isu penculikan anak. Namun alih-alih menangani, polisi di sejumlah daerah justru menyatakan kasus penculikan anak itu hoaks. 


Penculikan anak yang terjadi belakangan ini bukan didasari motif meminta uang tebusan. Namun lebih ingin memanfaatkan anak untuk dieksploitasi. Pelaku penculikan menggunakan modus operandi untuk memuluskan aksinya tersebut dengan berbagai cara seperti anak dibujuk rayu dengan mainan atau makanan kesukaan. Pelaku mengaku disuruh oleh keluarga untuk menjemput anak di sekolah atau tempat bermain. Bahkan ada pelaku menyamar sebagai pengemis, badut ataupun orang gila untuk mencari kesempatan menculik anak. Ada juga pelaku secara paksa dan kasar mengambil anak dihadapan orang tua/pengasuh lalu membawa kabur.


Anak perlu untuk didampingi dan diawasi apalagi jika anak masih belum bisa membedakan yang baik dan buruk. Karena anak polos dan menganggap semua orang baik membuat anak mudah dipengaruhi dan dirayu. Pengawasan ini penting dilakukan terutama anak sedang berada di luar rumah. Sekarang ini, banyak orang tua yang terlalu sibuk dengan urusannya sehingga kurang memperhatikan lingkungan bermain anak.


Kondisi ekonomi juga menjadi faktor penting yang memotivasi pelaku melakukan penculikan. Apalagi ditambah beban hidup yang semakin mahal, biaya kesehatan yang kapitalistik membuat pelaku tertekan dan tergiur melakukan penculikan. Motif yang dilakukan karena tertarik penjualan organ tubuh yang mematok harga fantastis. 


Hilangnya ketakwaan kepada Allah Swt. juga menjadi salah satu faktor. Andai saja para pelaku tersebut beriman pada Allah Swt. dan meyakini sepenuh hati bahwa Allah Swt. telah menetapkan rezeki bagi setiap makhluk-Nya, mereka tidak akan melakukan cara haram untuk mendapatkan materi.


Sistem Islam memiliki aturan yang komplit. Bukan saja memberikan solusi parsial namun memberikan solusi secara menyeluruh. Melihat maraknya penculikan anak di tanah air tentunya ini bukan perkara yang dianggap remeh apalagi dianggap hoaks. Akar masalahnya harus diungkap. Salah satu penyebabnya adalah rusaknya tatanan berpikir.  


Dalam sistem kapitalisme saat ini membuat masyarakat hidup dalam tuntutan konsumerisme. Akidah yang dangkal serta rendahnya ilmu Islam menjadikan mereka seolah tidak punya panduan ketika beraktivitas. Maka tak heran membuat pelaku melakukan penculikan anak. 


Tidak diterapkannya syariat Islam secara sempurna menjadi faktor terbesar terjadinya keburukan di tengah rakyat, termasuk kasus penculikan. Oleh karena itu harus ada upaya untuk menerapkan syariat Islam secara sempurna dalam tatanan negara. Karena tidak cukup pengawasan individu dan masyarakat. Fungsi negara sebagai junnah (perisai) dan raa’in (pengurus) rakyat. 


Menurut Islam, negara harus berada di garis terdepan untuk melindungi rakyatnya, terlebih pada generasi sebab mereka adalah mutiara umat yang akan meneruskan tongkat estafet kepemimpinan. Negara akan memberikan pemahaman bagi setiap lapisan masyarakat.  Khususnya pemahaman akidah Islam.


Negara juga akan memberikan hukuman yang akan dijatuhkan oleh khalifah berupa sanksi ta’zir bagi pelaku penculikan dan sanksi qisas bagi pelaku pembunuhan yaitu hukuman balasan yang sesuai dengan yang dilakukannya. Sehingga ada efek jera bagi pelaku dan ketakutan bagi umat khususnya. 


Oleh karenanya, kita perlu sistem yang bisa memberi solusi hakiki atas permasalahan ini. Sehingga orang tua tida lagi dilanda kecemasan terhadap keselamatan anak-anaknya. Sistem Islam terbukti mampu memberikan jaminan keselamatan aman bagi segenap lapisan masyarakat. 


Pilihan ada di tangan kita, akan mempertahankan sistem yang ada atau mengambil sistem Islam sebagai pengganti. Menerapkan dalam seluruh aspek kehidupan sehingga semua bisa terlindungi secara sempurna.

Wallahu a'lam bishawwab