Demi Dunia Maya, Nyawa Melayang

Daftar Isi


Generasi Sudah Dibutakan Aktivitas yang Melenakan dan Mendorong Mereka untuk Eksis, Terus Maju pada Perkara Sia-Sia


Pada Akhirnya Tidak Meningkatkan Taraf Pikirnya. Arah Perjuangan yang Digapai pun Hanya Dunia yang Sementara


Penulis Siti Nurtinda Tasrif

Aktivis Dakwah Kampus


Siddiq-news.com- Di masa sekarang menjadi sebuah hal yang lumrah jika hidup di dunia dunia, yaitu dunia nyata dan dunia maya. Tidak ada habisnya, keduanya bisa sama-sama menghasilkan pundi-pundi rupiah, terutama untuk kebutuhan eksis semata. Dengan membuat berbagai konten-konten, itu cukul untuk menarik berbagai pengikut, juga ketika tembus makan akunnya akan menghasilkan uang tentunya. Sehingga tidak heran sebagian aktivitas masyarakat itu hanya untuk dunia maya.


Tak jarang, mereka menjadi terkenal di dunia maya tetapi dunia nyata tidak, mengingat kecerobohan bersosialisasi dengan masyarakat sekitar. Namun bukan pada masalah ini pembahasannya, tindakan-tindakan yang dilakukan oleh para individu dalam membuat berbagai konten. Itu pun dengan tujuan yang berbeda-beda. Ada yang hanya ingin eksis, ada yang ingin sekadar menghibur diri dan ada juga yang demi mendapatkan hadiah untuk ditukar dengan pundi-pundi rupiah.


Demi konten, tak jarang aksi yang berbahaya pun dilakukan. Sebagaimana yang penulis kutip dari Media Republika (04/03/2023) bahwasanya seorang wanita berinisial WD (21 tahun) meninggal dunia setelah terpeleset di kursi yang menjadi tumpuan kakinya. Peristiwa di Desa Cibeber I, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, diketahui oleh teman korban yang sedang berinteraksi melalui panggilan video sebelum korban terjatuh.


Kapolsek Leuwiliang Kompol Agus Suprianto mengungkapkan, peristiwa itu terjadi saat korban berada di dalam kamar kosnya seorang diri sambil melakukan panggilan video dengan temannya. Teman korban, Agus menjelaskan, korban menggantungkan kepalanya ke seikat sarung seolah-olah ingin menggantung diri. Padahal hal itu dilakukan demi konten. Ironisnya korban malah terpeleset di kursi hingga aksi itu benar-benar terjadi dan korban meninggal di tempat.


Sungguh ironis, hanya karena konten, nyawa pun bisa dijadikan bahannya. Inilah yang terjadi ketika para pemuda memiliki tingkat berpikir yang rendah. Yang hanya memikirkan eksistensi dan pengikut di media sosial saja. Tidak menjadi cara berpikirnya untuk menjadi generasi yang menjaga agama dan bangsa melainkan hanya mengarah pada kesenangan dunia.


Lebih parah lagi tidak memikirkan konsekuensi terhadap aktivitas yang diperbuat. Bahkan kecemasan untuk kebahagiaan orangtua mungkin yang nomor sekian. 


Tidak habis pikir pada arah pemikiran pemuda masa sekarang. Bukannya berpikir di masa depan akan menjadi orang yang seperti apa, malah hanya mengikuti alur kehidupan tanpa perkembangan atau membuat perencanaan masa depan. Bagaimana negara bisa berharap pada generasi yang mencari kesenangan dunia dan bahkan lebih banyak lagi menjadi orang-orang yang menambah kesulitan bagi negara, bukan memberikan karya terbaik untuk kemajuan bangsa. Padahal saat ini negara dipenuhi berbagai persoalan tetapi sampai pada titik ini, umat belum sadar-sadar juga.


Hal seperti ini bisa terjadi akibat penerapan sistem Kapitalisme yang berasaskan sekularisme. Yaitu penyelesaian agama dari kehidupan. Sistem ini mengubah arah pemikiran setiap manusia menjadi penyerahan kehidupan di dunia. Sehingga posisi Allah Swt. di hatinya adalah nomor yang kesekian bahkan ketika punya masalah baru menghadap Tuhan.


Lebih parah lagi, Kapitalisme dengan pemerintahan demokrasi empat kebebasan. Salah satunya berekspresi. Kebebasan ini membuat masyarakat individu tidak merasa nyaman.


Dari segi apapun mereka akan merasa bebas, juga tidak mau diatur oleh hal-hal yang berkaitan dengan agama. Sehingga tidak heran jika banyak sekali generasi saat ini yang ketika diajak untuk mengenal agamanya. Mereka malah ogah-ogahan, padahal kewajiban untuk mempelajari agama. Dan dengan memahami Islam-lah para generasi akan mencapai taraf berpikir yang tinggi dengan arah pemikiran untuk mengembalikannya peradaban Islam. Namun memang harus butuh perjuangan keras. Mengingat para generasi sudah terkontaminasi dengan pemikiran buruk Kapitalisme ini.


Generasi sudah dibutakan oleh aktivitas yang melenakan. Bahkan juga akan mendorong para pemuda untuk eksis semaksimal mungkin. Mendorong mereka untuk terus maju dalam urusan kesia-siaan. Pada akhirnya tidak meningkatkan taraf berpikirnya malahan akan membuatnya semakin rendah. Di samping arah perjuangan yang digapai hanya dunia yang sifatnya sementara. Tiada bandingannya jika tujuan hidupnya adalah negeri akhirat yang kekal.


Generasi dalam Kapitalisme hanya dijadikan pion untuk meningkatkan keuntungan. Di samping juga untuk menghancurkan Islam dari dalam. Itu karena ketika para pemuda yang kehidupannya hanya menikmati saja kemudian menjadi panutan bagi pemuda yang lain, maka hancurlah seluruh generasi. Baik dari taraf berpikirnya maupun kepribadiannya. Sehingga jika generasi rusak maka bangsa pun secara bertahap akan runtuh.


Oleh karena itu, umat harus disadarkan, bahwa masalah utama dari berbagai persoalan yang ada adalah diterapkannya sistem Kapitalisme. Sistem yang dihasilkan dari kompromi yang melahirkan agama dari kehidupan. Menjadikan setiap individu mengenal Islam hanya pada penyembahan kepada Allah Swt. semata dan bukannya menjadikannya sebagai akidah yang memancarkan peraturan untuk kehidupan ini. 


Umat ​​harus menyadari bahwa tanpa sistem Islam, generasi juga negara tidak akan terlepas dari penjajah dan kungkungan sistem buatan manusia. Yang ditujukan untuk dituntut tingkat berpikir umat sehingga tidak ada yang akan berpikir mengenai penyelesaian penyelesaian masalah yang ada. Oleh karena itulah individu yang sudah terinstal pemahaman Islam dalam dirinya harus senantiasa melakukan dakwah kepada umat, agar tidak terjadi hal-hal yang dapat menambah permasalahan. Kemudian umat bersatu untuk memperjuangkan Islam, menegakkan khilafah dan menjaga hukum syarak. Dengan inilah, umat akan merasakan seperti apa sebenarnya keaslahatan itu. Karena kenikmatan terbesar adalah ketika mendapatkan keberkahan dunia dan akhirat dari Allah Swt. dan hal ini hanya akan dirasakan ketika umat hidup dalam negara yang menggunakan sistem Islam dengan negara khilafah sebagai perisainya. Wallahu a'lam bi ash-shawwab.