Antara Negara dan Kemaslahatan Umat

Daftar Isi


Negara sangat serius dalam membangun ekonomi tetapi ekonomi yang diseriusi kerap tidak sampai kepada perut umat. Yang ada malah dikorupsi yang akhirnya hanya sampai pada perut oknum pejabat beserta keluarganya


Sementara untuk umat sendiri, hanya dijadikan alat pencitraan dan menarik suara yang sebanyak-banyaknya untuk memenangkan pemilu


Penulis Siti Nurtinda Tasrif

Aktivis Dakwah Kampus


Siddiq-news.com-Baru-baru ini, umat khususnya para pekerja tengah diliputi kekecewaan. Bagaimana tidak, saat mereka ingin memberikan yang terbaik untuk keluarga dengan pekerjaan yang dimilikinya, malahan yang terjadi pekerjaan tersebut harus direnggut darinya. Padahal, letak kehidupan umat bergantung dari pekerjaan yang dimilikinya saat ini.


Belum lagi angka pengangguran semakin meningkat di berbagai wilayah. Padahal dengan menghilangnya pekerjaan setiap individu, maka bisa diketahui angka pengangguran akan semakin jelas terlihat. Meskipun akan ada jalan mendapatkan pekerjaan lain, tapi hal ini tidak bergantung dari optimis atau tidak.


Tidak pula bergantung antara semangat mencari pekerjaan atau tidak. Namun semua bergantung dari keseriusan negara dalam mencari dan melihat akar permasalahan yang dihadapi umat saat ini. Negara memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengurusi umat. Bagaimana agar umat tidak memiliki kesulitan baik dari segi pangan, papan, dan sandang?


Oleh sebab itu, negara mesti mencarikan jalan keluar untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang terjadi. Dimana umat saat ini tengah mengalami PHK besar-besaran oleh sebuah perusahaan. Sebagaimana yang penulis kutip dari Media merdeka[dot]com (10/04/2023) bahwasanya PT Tuntex Garment Indonesia-Cikupa, Kabupaten Tangerang terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 1.163 karyawannya. 


Perusahaan ini berhenti operasi terhitung tanggal 31 Maret 2023, imbas kerugian besar yang dialami perusahaan tiga tahun berturut-turut sebagai dampak dari pandemi Covid-19 dan kelesuan ekonomi Eropa dan Amerika. Pemerintah Kabupaten Tangerang berupaya mencarikan pekerjaan baru untuk 1.163 karyawan korban pemutusan hubungan kerja (PHK) PT Tuntex Garment Indonesia.


Dampak ini begitu signifikan terjadi pada umat, sungguh ironis. Saat ini meski pemerintah mengatakan akan mencarikan pekerjaan pengganti, itu pasti akan mengalami kesulitan dan ketidakjelasan. Mengingat mencari pekerjaan yang sesuai bidang saja sangat sulit didapat, apalagi dengan jumlah karyawan yang di-PHK juga mencapai seribuan lebih orang.


Sungguh miris yang dirasakan umat saat ini. Masalah yang terjadi datang secara bertubi-tubi. Sedangkan pejabat negara tidak mampu menyelesaikannya dengan tuntas. Misalnya yang menjadi penyebab terjadinya PHK yakni pandemi Covid-19. Di kala merebaknya wabah ini, negara malah memberlakukan sistem New-Normal, yang seharusnya tidak boleh untuk dilakukan.


Namun dengan mengetahui akibat yang akan terjadi, negara malahan semakin menjadi-jadi dengan membiarkan para wisatawan untuk terus berdatangan hanya dengan satu alasan yakni ekonomi. Negara hanya berpikir untuk menyelesaikan ekonomi negara. Namun mengabaikan ekonomi rakyat. Pada akhirnya para pejabat yang diuntungkan sedang rakyat semakin menderita.


Negara sangat serius dalam membangun ekonomi tetapi ekonomi yang diseriusi kerap tidak sampai kepada perut umat. Yang ada malah dikorupsi yang akhirnya hanya sampai pada perut oknum pejabat beserta keluarganya. Sementara untuk umat sendiri, hanya dijadikan alat pencitraan dan menarik suara yang sebanyak-banyaknya untuk memenangkan pemilu.


Negara tidak mampu memberikan kemaslahatan bagi umat tetapi mampu memberikan kemaslahatan bagi keluarganya sendiri. Umat seakan dijadikan alat untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Sedang peraturan yang ada, kebanyakan semakin merugikan umat termasuk mengenai ciptaker. Semua tidak sepenuhnya untuk umat.


Peraturan yang pilih kasih seperti ini tentu saja lahir dari asas yang salah yaitu sekulerisme. Sebuah landasan yang memisahkan agama dari kehidupan. Kemudian dari asas ini lahirlah sebuah ideologi yang menjadi sistem peraturan saat ini yaitu Kapitalisme. Sistem yang penerapannya berlaku hanya untuk mencapai satu tujuan yaitu materi.


Dalam artian, di kala negara membutuhkan ekonomi yang besar maka seluruh daya dan upaya dikerahkan meski harus dengan cara menikam umat dari belakang. Bermanis muka di depan umat untuk mempengaruhi mereka dalam membangun ekonomi negara yang pada akhirnya ekonomi yang dihasilkan tadi mereka korupsi dan lari ke keluarga mereka sendiri.


Padahal umat menaruh harapan yang tinggi kepada negara, berharap suatu saat nanti negara akan serius dalam mengurusi umat. Namun nyatanya semua itu hanya angan-angan dan tidak akan pernah terjadi. Mengingat negara sudah disetir oleh sistem kufur yaitu Kapitalisme. Dimana yang dilakukan hanya berdasarkan manfaat saja bukan yang lain.


Berbeda dengan Kapitalisme, Islam justru menunjukkan sisi yang berbeda. Dimana Islam merupakan satu-satunya sistem yang memberikan kemaslahatan bagi umat. Sistem yang sesuai dengan fitrahnya manusia. Sistem yang di dalamnya terdapat aturan yang sesuai dalam kehidupan dan mencakup seluruh aspek kehidupan di dunia.


Islam menjamin hak dan kewajiban setiap individunya. Salah satunya dalam hal pekerjaan. Setiap orang berhak mendapatkan bantuan secara totalitas oleh negara dalam mendapatkan penghasilan. Mulai dari pendidikannya harus dari akidah sampai kepada sesuatu yang akan dilakukannya untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan.


Dalam artian, pendidikan yang dijalankan harus sesuai bidang yang diinginkannya. Di samping setiap individu diberikan pekerjaan yang sesuai di bidangnya dan mampu berkembang dengan bidang tersebut. Kemudian tidak memaksakannya untuk mengambil pekerjaan yang tidak sesuai dengan bidang yang digelutinya.


Jika berbagai pekerjaan sudah tidak ada lagi maka negara harus memutar otak untuk bagaimana umat bisa terjamin kehidupannya tanpa harus bekerja di sebuah instansi-instansi. Oleh sebab itu, keseriusan Islam dalam memberikan kemaslahatan bagi umat sangat terlihat di kala berupaya untuk memberikan lahan, bibit serta obat-obatan untuk membantu proses penyuburan tanamannya.


Hal ini cukup untuk membangun ekonomi umat. Di samping itu, negara juga tidak boleh sampai mengimpor barang-barang yang berkaitan dengan hajat hidup rakyat karena dapat melemahkan bahkan melumpuhkan ekonomi umat, tidak hanya saat ini tetapi juga bisa sampai selamanya. 


Oleh sebab itu, hendaklah umat kembali kepada sistem yang benar yaitu Islam yang dijaga dan dilindungi oleh Khilafah Islam. Sebuah negara yang jika keberadaannya tidak ada maka Islam juga peraturannya tidak dapat dilindungi. Dan sampai saat itu tiba umat akan semakin sengsara pun juga semakin jauh dari yang namanya kemaslahatan. Wallahu a'lam bi ash-shawwab.