Tambang Picu Banjir Di Kolaka Utara

Daftar Isi

 


Banjir yang terjadi yang berulang kali bukan hanya karena intensitas hujan yang meninggi, tapi adanya aktivitas eksploitasi SDA yang secara bebas dan besar-besaran yang dilakukan dengan masifnya alih fungsi lahan, penebangan pohon, pembakaran hutan dan lainnya.


Oleh  Risnawati 

(Pegiat Opini Muslimah Sultra)


Siddiq-news.com--Banjir terjadi di Kolaka Utara, diduga aktivitas pertambangan yang menjadi pemicu utama luapan air tersebut.


Seperti dilansir dalam laman MCNEWSSULTRA (29/3/2023), Lasusua - Sebanyak 88 unit rumah warga di Kabupaten Kolaka Utara terendam banjir. Jembatan penghubung antar desa terputus sepanhang 12 meter. Selain itu, ada juga empat desa yang terendam diantaranya desa Tojabi , Rantelimbong, Patowonua, Sulaho. Kades Tojabi mengatakan

Alada sebanyak 50 rumah  diterpa banjir akibat sungai meluap. Luapan tersebut dipicu tersumbatnya aliran sungai akibat sampah pepohonan. Ketinggian air diperkirakan setara lutut orang dewasa. 


Kebijakan Kapitalisme Bermasalah 


Berdasarkan dalam data Energi dan Sumber Daya Mineral potensi SDA (ESDM) Kabupaten Kolaka Utara cukup besar.  Hal ini membuat para investor tertarik untuk berinvestasi baik lokal maupun asing. Namun, kedatangan investor  dalam melakukan eksplorasi dan eksploitasi SDA secara bebas melalui aktivitas penambangan ini yang mengakibatkan kerusakan parah pada lingkungan hidup dan kerusakan hutan marak terjadi. Sehingga banjir pun tak bisa dielakkan berulang kali terjadi di Kabupaten Kolut tersebut.


Kolut telah mengalami krisis lingkungan dan kerusakan hutan yang sudah sangat parah hampir menyusul Konawe Utara. Pemicunya adalah aktivitas pertambangan dengan semakin luasnya pembukaan lahan  dilakukan secara besar-besaran. Tercatat hampir 100 izin usaha dikeluarkan oleh Pemerintah berkaitan izin Usaha Tambang dalam mengksploitasi SDA di Kolut. Sehingga wajarlah hampir setiap tahun Kolut langganan banjir. Pasalnya, pemerintah dalam pemberian IUP sudah sesuai potensi sumber daya alam Kolut  untuk menambah pendapatan asli daerah ini. Namun, kepentingan yang nampak hanyalah antara oligarki dan korporasi saja, bukan masyarakat. Sungguh miris.


Dengan demikian, banjir yang terjadi yang berulang kali bukan hanya karena intensitas hujan yang meninggi, tapi adanya aktivitas eksploitasi SDA yang secara bebas dan besar-besaran yang dilakukan dengan masifnya alih fungsi lahan, penebangan pohon, pembakaran hutan dan lainnya. Akibatnya tanah resapan semakin berkurang sehingga air meluap ke pemukiman masyarakat. Karena itu, perlu ada upaya yang serius dari negara untuk mengatasi masalah ini, agar tidak tak terulang. 


Dari sini akhirnya kita paham bahwa negeri ini butuh diatur dengan penerapan kepemimpinan Islam secara kafah, agar ada perubahan sistemik.


Sistema Islam memiliki cara pandang berbeda dalam menuntaskan persoalan banjir. Islam hadir dengan seperangkat aturan yang sempurna. Karena itu penyebab banjir saat ini adalah karena penerapan sistem kapitalisme liberal dalam mengatur kehidupan yang tidak berdasarkan pada Al-Qur'an. Sehingga berbagai kerusakan terus terjadi.


Sungguh disayangkan berbagai kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalan mengatasi persoalan ini belum menyentuh pada akar masalah utamanya. 


Maka, Islam sebagai agama yang memberikan rahmat untuk seluruh alam punya solusi yang menuntaskan.

Dalam Islam, sumber daya alam merupakan milik umum. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw. yang artinya, “Kaum muslim berserikat dalam tiga hal : air, rumput, dan api.”(HR Ibnu Majah) Dalam hal ini termasuk, barang tambang diberikan Allah untuk dimanfaatkan bagi kesejahteraan manusia, bukan untuk dieksploitasi, diprivatisasi.


Sebab itu, tata kelola sumber daya alam tambang harus tetap menjaga kese­imbangan dan kelestariannya, yang merupakan tanggung jawab negara. Sehingga mampu mewujudkan kebaikan dan kesejahteraan untuk seluruh manusia dan alam. Jadi, saatnya kita sebagai kaum Muslim harus mengambil peran untuk mengembalikan kehidupan Islam melalui penerapan syariah Islam secara kafah agar semua permasalahan mendapatkan solusi secara tuntas.

Wallahu a'lam bishawab