Kekerasan Mendekap Anak, Bukti Generasi Minim Akhlak Lahir dari Sistem Rusak

Daftar Isi


Kegagalan sistem pendidikan untuk membentuk dan mencetak generasi yang berpola pikir cemerlang dan berakhlak mulia


Kurikulum pendidikan hari ini nyata mencetak generasi yang jauh dari aturan agama


Penulis Fajrina Laeli, S.M.

Pegiat Literasi 


Siddiq-News.com--Anak adalah generasi penerus peradaban. Pundaknya dijadikan sebagai harapan agar kelak dapat membangun negara menjadi lebih baik. Namun, faktanya anak-anak hari ini justru memiliki perilaku kejam nan bengis yang tidak sewajarnya di usia mereka sekarang.


Sebutlah kasus di Sukabumi yang menewaskan bocah SD Kelas 2 yang meninggal akibat dikeroyok oleh kakak kelasnya. Diketahui pada hari Senin (15/5/2023), korban dikeroyok oleh kakak kelasnya. Korban sempat mengeluh kesakitan, tetapi tetap memaksa bersekolah keesokan hari.


Nahas, pada keesokan harinya korban kembali dikeroyok oleh kakak kelasnya sehingga harus dilarikan ke rumah sakit pada hari Rabu akibat kejang-kejang. Korban sempat enggan berterus terang kepada dokter dan orang tuanya bahwa ia menjadi korban penganiayaan.


Korban mengalami kritis selama tiga hari, lalu ditanyakan meninggal dunia pada hari Sabtu (20/5/2023). Ia mengalami luka pada bagian organ dalamnya. Sementara itu, pihak kepolisian masih menyelidiki pelaku perundungan yang menyebabkan korban meninggal.


Ya, lagi dan lagi kasus perundungan menyeruak ke permukaan dengan beraneka ragam motif dan alasan yang melatarbelakanginya. Mirisnya pada kasus hari ini, pelajar tingkat sekolah dasar yang menjadi pemeran utamanya.


Level berpikir anak SD yang mulai berpikir dan memilah mana yang baik mana yang buruk, tetapi malah masuk dalam pusaran kekerasan. Sungguh miris, seharusnya mereka bermain bersama sebagaimana mestinya, sebaliknya mereka malah menjadi pelopor kekerasan.


Siapa yang bertanggung jawab atas pembentukan karakter generasi muda hari ini? Alih-alih mencetak generasi berkarakter mulia, sistem hari ini justru melahirkan generasi muda yang berkarakter bengis nan kejam yang gemar melakukan tindak kekerasan. Tanpa empati dan rasa kasih sayang terhadap sesama teman. Generasi minim akhlak hingga lepas kendali menjadi gambaran khas di sistem kapitalisme hari ini.


Banyak faktor yang memengaruhi hingga generasi muda hari ini gemar melakukan tindak kekerasan. Salah satunya adalah kegagalan sistem pendidikan untuk membentuk dan mencetak generasi yang berpola pikir cemerlang dan berakhlak mulia. Kurikulum pendidikan hari ini nyata mencetak generasi yang jauh dari aturan agama. Sehingga melahirkan generasi yang minim akhlak, nirempati, dan tega. Anak hanya dituntut untuk menjadi mesin penghasil nilai tanpa ruh di dalamnya.


Hal ini seolah menjadi wajar, karena pendidikan sekuler pun hanya dijadikan sebagai ladang bisnis oleh oligarki. Pendidikan menjadi salah satu sumber keuntungan. Tujuannya bukan lagi untuk mencerdaskan anak bangsa, melainkan memperkaya penguasa.


Di sisi lain, peran orang tua juga tidak kalah penting. Orang tua wajib mengasuh anaknya dengan pendidikan terbaik dengan ibu sebagai pemegang peran pentingnya. Sebab, seorang ibu adalah madrasah pertama bagi anak. Namun, di sistem serba sulit hari ini, seorang ibu seolah dipaksa untuk ikut mencari nafkah sehingga pergi meninggalkan anak mereka tanpa bekal ilmu yang layak. Alhasil, peran ibu sebagai pendidik anaknya pun makin tergerus.


Tidak heran, jika anak cenderung berperilaku sebagaimana yang ia lihat. Minim ilmu dan kasih sayang sehingga berperilaku tanpa memedulikan benar atau salah, tanpa didasari oleh halal dan haram, dosa atau pahala. Taraf berpikir anak menjadi sempit tanpa dapat menelaah perilakunya sendiri.


Dalam paradigma Islam, pendidikan generasi ini tentunya dimulai dari orang tua. Maka penting menjadikan akidah Islam sebagai landasan untuk mengasuh dan mendidik generasi. Penting bagi orang tua untuk menerapkan pola asuh Islami sehingga lahir generasi yang berkepribadian Islami. Ibu sebagai pendidik generasi pun hanya difokuskan untuk mencetak generasi terbaiknya, tidak dituntut untuk ikut serta mencari nafkah. Sebab, pemenuhan kebutuhan pokoknya telah dijamin oleh negara.


Dalam naungan sistem Islam, sistem pendidikan diarahkan untuk mencetak generasi yang beradab dan berakhlak mulia, berpikir dan berpola sikap Islami, berintelektual tinggi dan fakih agama. Sehingga lahir generasi terbaik yang paham hakikatnya sebagai hamba, yang segala aspek hidupnya diatur oleh Sang Pencipta. Paham benar bahwa segala perbuatannya akan dimintai pertanggungjawaban kelak. Sehingga ia akan berhati-hati dalam mengarungi kehidupan.


Sistem pendidikan juga akan ditangani oleh tenaga ahli yang mumpuni di bidangnya. Sehingga mampu meciptakan generasi terbaik, penerus peradaban dan tombak masa depan. Oleh karena itu, negara harus menjalankan perannya untuk menjamin dan menyelenggarakan sistem pendidikan ini sesuai koridor syarak. Sehingga tercipta kemaslahatan di tengah umat. 


Tentunya penyelenggaraan sistem pendidikan ini butuh sokongan dari aspek lainnya, termasuk aspek ekonomi dan sosial. Maka penting menerapkan aturan Islam secara komprehensif dalam institusi negara sebagai benteng bagi generasi.


Penerapan Islam secara kafah, niscaya menumbuhsuburkan keimanan sebagai landasan untuk beraktivitas. Sehingga menjadi benteng bagi individu dari tindak kekerasan. Generasi yang lahir pun merupakan generasi terbaik yang berkepribadian islami yang tercermin dari pola pikir dan sikapnya. Inilah generasi yang harapan umat yang hanya lahir dari sistem terbaik, yakni Islam. Wallahualam bissawab.