Euforia Konser Coldplay di Tengah Gempuran Liberalisme

Daftar Isi

 



Standar kebahagiaan dalam Islam untuk mencapai rida Allah

Manusia yang memahami hakikat hidupnya akan berpikir ribuan kali untuk menghabiskan waktu mereka hanya untuk kesenangan dunia

Oleh Dewi Putri, S.Pd.

Siddiq-news.com--Antusiasme masyarakat untuk menonton Konser Coldpaly tidak terbendung lagi. Bahkan sebagian  masyarakat rela  membeli tiket seharga ratusan bahkan jutaan  ludes terjual, hanya demi bertemu dengan sang idola.

Indonesia akan menggelar konser Akbar di Gelora Bung Karno yang menghadirkan grup band asing, Coldplay band asal Inggris yang akan manggung di Jakarta.  Sebelumnya April lalu konser grup band asal Korea Blackpink berhasil digelar dengan menghadirkan sekitar 140.000 penonton. (kompas.com, 11/5/2023)

Parahnya meski harga tiket terbilang mahal masyarakat namun antusias berburu tiket konser demi  bisa  menikmati konser Band yang dijuluki sebagai the most succesfull band of the 21st century tersebut terjadi sejak band Coldplay ini akan dipastikan pentas  di Indonesia.

Banyaknya pertanyaan yang bermunculan, terkait pembelian tiket konser Coldplay. Yang di arahkan tak hanya ke media sosial BCA melainkan juga Lewat Japri (chat pribadi) ke pegawainya. Ada satu orang pegawai di Yogjakarta mengaku bahwa sudah tak terbendung lagi banyaknya nasabah BCA yang datang bertanya terkait tiket presale konser band yang dibentuk di London inggris tersebut. Menurutnya ada beberapa  yang meminta bantuan lewat dirinya untuk war tiket melalui orang dalam. Padahal kalau membeli tiketnya ada pada laman tersendiri yaitu di coldplayinjakarta.com hanya saja paymentnya lewat BCA. (kompas.com, 11/5/23).

Demikianlah respon sebagian masyarakat ketika dihadapkan pada gelaran konser yang hanya hiburan semata sebagian bahkan rela mengeluarkan uang tabungan dalam jumlah besar demi memuaskan keinginannya bertemu dengan sang idola padahal menikmati konser bukanlah bagian dari kebutuhan dasar manusia.

Terselenggaranya konser ini, sejatinya menunjukkan matinya empati penyelenggara dan pihak yang memberi izin terhadap problem kehidupan masyarakat hari ini. Masalah tersebut di antaranya adalah kemiskinan, stunting,  pengangguran dan berbagai persoalan lainnya. Di sisi lain kita patut merasa miris dengan problem ini. Karena antusiasme masyarakat untuk membeli tiket konser yang harganya selangit seakan membuktikan tingginya kesenjangan sosial di negeri ini. Inilah gambaran negara yang menerapkan sistem kapitalisme liberalisme.

Paradigma liberal menjadikan negara tak lebih sekadar regulator atau pembuat kebijakan. Padahal kebijakan yang ditetapkan pun, tidak lain hanya untuk memenuhi kantong-kantong para kapitalis dalam hal ini adalah industri hiburan.

Sebab sistem ekonomi kapitalisme memandang selama ada permintaan yang mendatangkan keuntungan maka produksi atau pengadaan permintaan tersebut harus diberi ruang.
Sekali pun praktik pengadaannya merusak moral masyarakat, termasuk ada unsur keharaman di dalamnya. Negara yang menerapkan sistem kapitalisme juga gagal membentuk masyarakat yang memahami hakikat hidupnya sebagai hamba Allah berawal dari aturan Allah hingga membentuknya memiliki empati atas nasib sesama. Maka ini menjadi bukti bahwa sistem kapitalisme liberal telah berhasil menjatuhkan taraf berpikir umat yang sangat rendah.

Hiburan yang di peroleh dengan mengeluarkan  biaya besar hanya menjadi obat penenang sementara untuk mendapatkan kebahagian yang semu.  Salah satunya kebahagiaan yang unfaedah.

Standar kebahagiaan yang diciptakan oleh masyarakat sekarang ini yaitu gaya hidup hedonisme. Di sisi lain fenomena gaya hidup masyarakat timpang tindih dengan kondisi ekonomi masyarakat yang rendah. Sehingga tak banyak juga masyarakat yang mengikuti gaya hidup hedonisme ini.

Standar kebahagiaan dalam Islam sangat jelas yaitu memahami terlebih dahulu mengenai  dari mana  berasal, apa tujuan hidup dan kemana  akan kembali. Jika Pemahaman ini sudah di pahami dan akidahnya kuat oleh  individu-individu masyarakat sehingga tidak tergiur dengan kesenangan duniawi yang sementara, mengarungi kehidupan dunia tanpa ada tujuan atau menghabiskan waktu dengan sia-sia.

Maka manusia yang memahami hakikat hidupnya akan berpikir ribuan kali untuk menghabiskan waktu mereka hanya untuk kesenangan  salah satunya berburu tiket konser. Karena aktivitas itu dalam pandangan Islam tidak mengarahkan pada tujuan kehidupan yang baik serta hakiki yakni semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah.  Inilah standar kebahagian sesungguhnya dalam pandangan Islam.

Wallahu a'lam bishawwab