Ironi Kekerasan Seksual pada Anak

Daftar Isi


Betapa sosial media sangat mempengaruhi kehidupan. Bahkan dalam sehari bisa menghabiskan 7-8 jam dalam menggunakannya. Sedangkan sosmed saat ini tidak ada penyaringnya sama sekali. Bahkan semua yang ingin diunggah dan ditonton bisa diakses dengan mudah


Sehingga kebanyakan masyarakat terpengaruh oleh tontonan dan mencoba untuk menyalurkannya. Namun tentu saja penyaluran tersebut tidak akan mendapatkan akhir yang bagus. Karena jika seseorang bergerak atas dasar nafsu maka tidak ada yang akan berpikir mengenai benar dan salah


Oleh Siti Nurtinda Tasrif

Aktivis Dakwah Kampus


Siddiq-news.com - Indonesia sedang menghadapi berbagai persoalan baik itu dari sisi ekonomi, masyarakat bahkan sampai pelecehan seksual. Lebih parahnya lagi pelecehan tersebut tidak hanya dirasakan oleh orang dewasa tetapi banyak juga dialami oleh anak-anak. Padahal anak-anak tersebut masih belia dan membutuhkan pengayoman serta kasih sayang yang cukup.


Namun seakan tidak memiliki perasaan sama sekali, sampai-sampai mudah sekali melakukan perbuatan keji. Saat ini Indonesia pun mengalami darurat moral, yang menjadikan setiap manusia hanya bergerak atas nafsu dan tidak dengan perasaan kasih sayang. Kemudian para pelaku pun tidak ada rasa kasihan dan pemikiran bahwa jika hal tersebut terjadi maka anak akan mengalami traumatis.


Sungguh ironis, anak yang seharusnya menjadi sebuah anugerah yang seharusnya dilindungi dan dijaga. Bahkan tidak hanya oleh keluarganya tetapi seluruh masyarakat juga harus bersatu untuk memberikan perlindungan dan suasana yang baik bagi anak-anak. Namun yang terjadi malah di luar perkiraan, anak-anak kebanyakan menjadi korban pelecehan.


Bahkan setiap tahunnya angka pelecehan kepada anak semakin meningkat saja. Sebagaimana yang penulis kutip dari media CNN Indonesia (20/01/2023) bahwasanya, berdasarkan catatan Kemen PPPA, kasus kekerasan seksual terhadap anak mencapai 9.588 kasus pada 2022. Jumlah itu mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya, yakni 4.162 kasus.


"Kita diingatkan bahwa ada satu kondisi dengan penekanan bahwa Indonesia darurat kekerasan seksual," kata Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak Kemen PPPA, Nahar di kantornya, Jakarta Pusat. Nahar menjelaskan modus dan faktor penyebab kekerasan seksual terhadap anak beragam. Salah satu yang paling ia sorot adalah dampak dari kecanduan menonton pornografi.


Menyoroti pandangan dari Nahar sendiri, sangat terlihat betapa sosial media sangat mempengaruhi kehidupan. Bahkan dalam sehari bisa menghabiskan 7-8 jam dalam menggunakannya. Sedangkan sosmed saat ini tidak ada penyaringnya sama sekali. Bahkan semua yang ingin diunggah dan ditonton bisa diakses dengan mudah.


Sehingga kebanyakan masyarakat terpengaruh oleh tontonan dan mencoba untuk menyalurkannya. Namun tentu saja penyaluran tersebut tidak akan mendapatkan akhir yang bagus. Karena jika seseorang bergerak atas dasar nafsu maka tidak ada yang akan berpikir mengenai benar dan salah.


Maka patutlah dipahami bahwa masalah pelecehan seksual pada anak ini harus menjadi perhatian bagi semua lini kehidupan. Baik keluarga, lingkungan dan tidak ketinggalan pendidikan pun ikut berpengaruh bagi anak. Lebih khusus lagi peran negara, karena negara tempat keberadaan sebuah regulasi.


Jika regulasinya baik maka baik pula rakyatnya. Namun jika regulasinya buruk maka rakyat akan semakin buruk. Sehingga semua ini terjadi akibat regulasi yang berasaskan paradigma kapitalisme. Sebuah pandangan hidup yang berorientasi pada materi dan hanya mencari keuntungan semata.


Sehingga dari keluarga, masyarakat dan pendidikan akan memiliki paradigma yang sama. Dimana menjalankan regulasi untuk materi dan keuntungan saja. Kapitalisme meskipun memberikan regulasi yang katanya adalah solusi terapi tidak seperi rencana, malahan yang akan mendapatkan solusi hanya beberapa orang saja yang memiliki cukup materi.


Maka tidak ada yang namanya kesejahteraan bagi orang-orang yang tidak memiliki ekonomi. Sehingga dari hal ini, harus disadari bersama akan pentingnya dalam memahami sistem yang digunakan negara-negara saat ini, karena jika tidak sadar akan buruknya sistem maka sampai kapan pun tidak akan ada yang namanya keadilan dari negara.


Di satu sisi kapitalisme berusaha mengambil keuntungan dari segala sisi, sehingga segala aspek menjadi serba bebas asalkan berani membayar dengan harga yang pantas. Lihat saja yang terjadi pada SDA negara Indonesia yang lebih banyak dikuasai asing. Kemudian media sosial yang legal dalam menayangkan pornografi.


Bahkan sampai pendidikan pun dibiarkan bebas. Dimana negara memberikan otonomi kepada setiap perguruan tinggi untuk menjalankannya. Maka setiap perguruan tinggi harus memutar otak untuk membangun sekolahnya sendiri sehingga menggunakan berbagai cara, salah satunya menaikkan biaya sekolah setiap semester dan menjalin kerjasama dengan perusahaan.


Sehingga tidak akan terfokus untuk menciptakan para generasi yang berkualitas dan memiliki kepribadian Islam. Tidak terfokus untuk menciptakan generasi pemimpin dari para ilmuan sekaligus ulama. Yang ada hanyalah genarasi yang akan menjadi para pekerja yang hanya diperintah tanpa memiliki wewenang dalam menjalankan aktivitasnya.


Oleh karena itu, hendaklah kita sadar dan segera melepaskan cengkeraman kapitalisme dalam negeri ini, melalui penyebaran Islam kafah. Agama sekaligus ideologi, yang daripadanya akan terpancar seluruh peraturan. Mulai dari bangun tidur hingga bangur negara. Dari mengatur individu sampai mengatur umat, bahkan tidak hanya di Indonesia tetapi juga seluruh dunia.


Dalam perkara Media Sosial, SDA, bahkan Pendidikan hanya akan mengambil paradigma Islam saja. Karena Islam memandang bahwa tujuan dari pada pelasanaan segala aspek di atas hanya untuk meningkatkan ketakwaan individunya. Sehingga pada sistem Islam, Media akan disaring secara total, setiap tayangan yang akan diunggah harus meningkatkan ketakwaan bukan sebaliknya.


Begitu pula dalam menyelesaikan pelecehan seksual pada anak. Islam memiliki dua hal yaitu pencegahan dan efek jera. Dimana dari dini hingga dewasa masyarakat akan disuasanakan dengan Islam, sehingga melalui pendidikan yang islami masyarakat terkhusus anak-anak hingga pemuda akan memiliki kepribadian Islam.


Kemudian Efek jera sendiri, tatkala Islam memiliki persanksian yang ketat, bahkan hukumannya adalah kematian. Yang lebih dahsyat lagi, hukumannya harus disaksikan oleh khalayak masa sehingga bagi orang-orang yang melihat tidak akan berani melakukannya. Bagi pelaku tidak akan berani mengulangi perbuatannya. 


Inilah mekanisme penjagaan seluruh umat oleh negara Islam, sehingga tidak akan ada yang merasa teraniaya dikarenakan penerapan peraturannya yang tepat sasaran. Kemudian wajib diterapkan oleh seluruh umat, tidak hanya bagi orang miskin tapi orang kaya juga sehingga keadilannya pun merata bagi seluruhnya, bahkan seluruh dunia. Wallahu a'lam bi ash-shawwab.