Eksistensi Kaum Pelangi, Rusak dan Merusak Fitrah

Daftar Isi

 


Jika kita telaah kerusakan perilaku kaum pelangi dari sisi fitrah, secara naluriah manusia sejatinya diciptakan berpasang-pasangan. Fitrahnya adalah menyukai lawan jenis. Perilaku kaum LGBT ini jelas merusak fitrah yang diciptakan oleh Sang Pencipta. Perilaku mereka menyimpang seperti perilaku binatang yang hanya mengandalkan nafsu dan syahwat belaka


Penulis Riani Andriyantih, A.Md.Kom.

Kontributor Siddiq-news 


Siddiq-news.com -- Siapa yang tak ingin keberadaannya diakui? Ya, setiap orang secara fitrah ingin keberadaannya diakui oleh orang lain. Begitu pun rupanya kaum pelangi (LGBT) yang eksistensinya ingin turut diakui. Dikabarkan oleh tvOnenew[dot]com, 12/07/2023, para aktivis Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender (LGBT) se-Asean berencana mengadakan perkumpulan di Jakarta dalam forum ASEAN Queer Advocacy Week (AAW).


Acara tersebut sontak mendapat reaksi keras dari masyarakat, termasuk MUI. Menurut Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah, M. Cholil Nafis, mengatakan bahwa pihak kepolisian harus bertindak tegas, tidak boleh sampai mengeluarkan ijin untuk penyelenggaraan acara tersebut.


Sejalan dengan pernyataan MUI, penolakan pun datang dari Gerakan Indonesia Beradab yang menghimpun 206 organisasi di Indonesia. Mereka dengan tegas menolak terselenggaranya acara tersebut dengan melayangkan surat terbuka. (tvonenews[dot]com, 12/07/2023)


Pada akhirnya acara pertemuan aktivis LGBT batal digelar di Jakarta, dan akan direlokasi ke tempat lain. Inilah efek dari kecaman dan penolak dari berbagai pihak. Memang sudah selayaknya bentuk penolakan ini kita suarakan, terutama masyarakat Indonesia yang merupakan negeri berpenduduk Muslim terbanyak di dunia.


Sikap penolakan ini semestinya terus kita suarakan. Sebab, perbuatan kaum LGBT merupakan aktivitas yang menyimpang dan merusak, baik dari segi fitrah, moral, maupun kesehatan. Tentu hal ini tidak kita inginkan. Bagaimana nasib generasi mendatang jika kita diam membisu tanpa reaksi dan aksi terhadap perilaku kaum pelangi ini?


Jika kita telaah kerusakan perilaku kaum pelangi dari sisi fitrah, secara naluriah manusia sejatinya diciptakan berpasang-pasangan. Fitrahnya adalah menyukai lawan jenis. Perilaku kaum LGBT ini jelas merusak fitrah yang diciptakan oleh Sang Pencipta. Perilaku mereka menyimpang seperti perilaku binatang yang hanya mengandalkan nafsu dan syahwat belaka.


Dari sisi moral, generasi yang terinfeksi sekulerisme-liberalisme nyata menjadikan perilaku kaum pelangi ini tren sesat nan lumrah yang merusak tatanan sosial. Generasi sekuler yang labil mudah mengikuti arus pergaulan menyimpang. Dari yang awalnya hanya sekadar penasaran dan coba-coba, hingga terseret dalam pusaran arus pelangi. 


Hal tersebut tidak terlepas dari standar benar dan salah yang berdasarkan akal semata. Sehingga gaya hidup bebas ala kaum pelangi menjadi  menjadi hal lumrah. Apalagi ditambah dengan dukungan media sosial yang menumbuhsuburkan gerakan kaum pelangi saat ini. Tidak heran, kaum LGBT saat ini pun terang-terangan dan bangga mempromosikan perilaku sesat mereka.


Dari segi kesehatan, perilaku kaum pelangi ini menjadi penyumbang tingginya penyebaran penularan infeksi penyakit kelamin, seperti HIV dan AIDS, karena dampak dari aktivitas seksual yang sembarangan. Berbagai penyakit yang timbul dari perilaku menyimpang ini jelas menjadi ancaman nyata bagi kesehatan generasi.


Memang sudah selayaknya, aktivitas kaum pelangi ini mendapatkan kecaman dan penolakan, serta perhatian yang serius agar tidak menjadi tumbuh subur. Apalagi dalam naungan sistem sekularisme-liberalisme hari ini, para pelaku LGBT makin berani menunjukan eksistensinya.


Dalam naungan sistem sekularisme-liberalisme ini, gerakan LGBT bahkan menjadi gerakan global yang disokong oleh kapitalis global. Agenda-agenda besar kaum pelangi pun kerap mendapat sokongan dana dari para kapitalis. Tujuan gerakan mereka adalah untuk mendapatkan hak yang setara dan memiliki perlindungan hukum agar perilakunya yang menyimpang mendapatkan legalitas di tengah masyarakat. 


Keberadaan kaum LGBT ini berdiri kokoh dalam naungan payung kebebasan yang bernama Hak Asasi Manusia (HAM). Sehingga dengan dalih HAM, mereka menuntut kesamaan hak sebagai manusia yang harus diakui dan dilindungi. Padahal perilaku mereka jelas merusak dan membahayakan generasi mendatang. Hubungan sesama jenis ini juga akan mengakibatkan hilangnya populasi manusia. 


Gerakan kaum pelangi yang terstruktur, sistematis, dan masif tentu tidak akan muncul andai sistem Islam diterapkan. Sebab, dalam pandangan Islam, manusia tidak dibiarkan berbuat sesuka hatinya dan menuruti kehendak akalnya tanpa diikat oleh syariat. Sikap dan perilaku mereka harus senantiasa terikat pada hukum syarak. Sebab, mereka menyadari akan fitrahnya sebagai hamba yang lemah dan terbatas yang diciptakan oleh Allah Swt, Al-Khaliq Al-Mudabbir.


Dalam paradigma Islam, siapa pun yang melakukan perilaku yang melanggar hukum syarak, seperti pelaku LGBT, niscaya akan dikenakan sanksi tegas dan menjerakan. Dalam pandangan Islam, hukuman bagi pelaku homoseksual (liwath), yaitu hukuman mati. Tidak ada perbedaan pendapat mengenai hal ini. 


Adapun bagi pelaku lebianisme, Islam dengan tegas memberikan takzir bagi para pelakunya. Takzir adalah jenis sanksi yang bentuk dan kadar hukumannya diserahkan pada keputusan qadi. Hukuman ini dapat berupa cambukan, penjara, pengasingan, hingga hukuman mati. Islam pun memberikan sanksi keras bagi siapa saja yang terbukti mendukung, mengkampanyekan, dan mempromosikan perilaku kaum pelangi ini di tengah masyarakat.


Inilah cara Islam membentengi umat dari gerakan kaum pelangi. Segala sesuatunya jika dikembalikan kepada syariat-Nya, niscaya kehidupan manusia akan diliputi keberkahan, sebagaimana firman Allah Swt,


وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ


"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS. Al-A'raf: 96) Wallahualam bissawab.