Yuk Bersama-sama Sekeluarga Masuk Surga

Daftar Isi

 


Penulis Nur Indayati

Pegiat Literasi 


Siddiq-news, NAFSIYAH--Hidup di dunia ini hanya sementara. Seberapa sementaranya digambarkan dengan sangat bagus oleh Baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.

"Tidaklah manusia hidup di dunia kecuali seperti seorang pengendara yang sekedar bernaung di bawah pohon kemudian  meninggalkan pohon itu." 

Bagaikan seorang musafir yang menaiki kendaraan sebentar bernaung di bawah pohon lalu istirahat kemudian meninggalkan pohon itu.

Bandingkan dengan waktu yang bakal kita tempuh nanti di akhirat, akan tampak betapa hidup di dunia itu cuma sesaat. Dalam Al-Qur’an, satu hari di sisi Allah nanti di akhirat seperti seribu hari dalam hitungan. Siapa pun kita tidak akan mungkin hidup lama di dunia. Semua pasti akan mati.

Manusia itu mengalami tiga fase kehidupan  yaitu lahir, hidup, mati sebagaimana ayat di dalam al-Qur'an. Ketika manusia masih di dalam rahim ibunya pada usia 120 hari kemudian ditiupkan ruh jadilah janin yang hidup. Fase yang kedua kita lahir. Kemudian cepat atau lambat kita akan masuk ke fase yang ketiga yaitu kematian.

Setelah mati itu ke mana kita?

Alhamdulillah kita membaca Al-Qur'an jadi tahu ke mana setelah mati. Kita menjadi yakin bahwa selepas mati itu kita akan dibangkitkan lagi untuk mempertanggungjawabkan amal. 

Ini bagian yang paling penting untuk disadari oleh kita semua dalam satu keluarga termasuk di dalamnya suami, istri, anak-anak, bahwa hidup di dunia ini hanya sementara. 

Kesadaran ini sangat penting sekali karena  banyak kelakuan manusia seperti seolah-olah tak akan mati atau mati itu masih jauh. Mereka yang jahat tetap jahat, yang punya jabatan tetap korupsi, yang zalim tetap zalim. Seperti itu seolah dia akan  hidup selama lamanya.

Makanya  kesadaran mengenai kematian itu  sungguh sangat istimewa. Sampai nabi saw. mengatakan, "Siapa orang yang paling cerdas?"

Kalau kita ditanya secara umum orang siapa orang cerdas itu, kira-kira  jawabannya tidak akan pernah jauh-jauh dari orang cerdas secara duniawi. Namun, melalui hadis itu Nabi saw. memberikan perspektif yang besar dan  berbeda. Rasulullah katakan orang yang cerdik yaitu:

Pertama, orang yang paling banyak ingat yang akan kematian. Coba bayangkan  kematian itu sesuatu yang semua makhluk akan mengalaminya, teapi kenapa sampai nabi mengatakan orang yang paling cerdas adalah orang yang paling banyak ingatnya karena sekalipun kematian itu sebagai sesuatu yang sudah pasti  terjadi tapi sangat banyak orang yang tidak menyadarinya. 

Kedua, orang yang menyiapkan diri dengan persiapan yang hebat untuk menyokong kematian. 

Inilah proposal tentang kesadaran  sungguh-sungguh bahwa kita ingin masuk surga bersama-sama anggota keluarga kita. 

Pertanyaannya kedua, setelah kita mati dan nantinya dibangkitkan, kita mau ke mana? 

Al-Qur'an memberi gambaran tentang kebangkitan manusia. Saat dibangkitkan, manusia akan masuk ke dalam 2  kelompok yaitu

Pertama golongan kanan atau ashabul yamin atau golongan yang akan masuk surga.

Golongan kedua adalah  ashabusshimal atau golongan kiri, yaitu golongan orang yang masuk neraka. 

Tentu kita ingin masuk golongan kanan dan tidak mau masuk golongan kiri. Kenapa? karena kita semua tahu bahwa sebaik-baik tempat kembali adalah surga. Bahkan saking baiknya surga sampai digambarkan oleh Baginda Rasulullah saw. bahwa kenikmatan dan keindahan surga itu tidak bisa dijangkau gambarannnya. Mata belum pernah melihat, telinga belum pernah mendengar, dan hidung belum  mencium baunya. 

Di dalam kitab al-Qur’an, Al Jannah digambarkan tentang penutup kepala Bidadari saja itu lebih baik daripada dunia seisinya. Itu hanya tutup kepalanya saja. Bayangkan bagaimana dengan yang lainnya?

Sementara nikmat dunia dibandingkan surga digambar oleh Baginda Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam itu seperti kalau kita celupkan jari ke tengah samudera. Perhatikan apa yang tersisa pada jari, hanya satu tetes air dan itulah seluruh nikmat dunia.

Faktanya kita tidak punya harta sebanyak itu dan rasanya sampai mati pun kita tidak akan mungkin bisa mampu memiliki harta sebanyak itu. Maka nikmat yang kita rasakan jauh lebih sedikit dari setetes air tadi. Kesadaran seperti itu jika tidak  tertanam akhirnya hanya berhenti sampai pada mulut saja tidak akan terwujud pada  tindakan.

Khawatirnya kita akan menjadi golongan kiri yaitu akan masuk ke neraka.

An-Nu'man bin Bisyr ra. mengatakan bahwa ia mendengar Nabi saw. bersabda,

إِنَّ أَهْوَنَ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَرَجُلٌ تُوضَعُ فِي أَخْمَصِ قَدَمَيْهِ جَمْرَتَانِ ، يَغْلِي مِنْهُمَا دِمَاغُهُ

Artinya: "Sesungguhnya seringan-ringan siksaan ahli neraka di hari kiamat, ialah orang yang diletakkan bara api di bawah tumitnya namun mampu membuat otaknya mendidih." (HR. Bukhari)

Coba bayangkan waktu jalan kaki tanpa alas di siang hari bolong di atas aspal yang sangat panas kira-kira kaki kita bakal seperti apa? tetapi tidak akan pernah bisa membuat otak mendidih. Sedangkan siksa di neraka yang paling ringan dipakaikan terompah dari api neraka, otak pun langsung muncrat saking panasnya. Semua yang mendapatkan siksa seperti itu merasa  mendapatkan siksa yang sangat berat. Bagaimana ketika dia mendapatkan siksa yang  berat? maka tidak bisa di bayangkan. Maka mumpung masih hidup di dunia kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk bersama-sama anggota keluarga menjadi ashabul yamin.  

Proposal untuk menjadi ashabul yamin maka pertama kita harus mempertahankan iman kita kepada Allah bahkan untuk mempertahankan itu boleh mengorbankan nyawa bukan malah sebaliknya demi harta dunia malah mengorbankan agama. Kita lihat bagaimana sahabat yang dijamin masuk surga. Mereka demi iman mengorbankan nyawa, seperti yang terjadi pada keluarga Sumaiyah, Yasir, juga yang terjadi pada Bilal bin Rabah. 

Kedua, amal saleh sebagai konsekwensi logis dari iman. Namun, di sistem kapitalis hari ini sulit untuk mewijudkan amal saleh. Hari kita mendengar orang-orang belajar di sekolah diajari  tentang moderasi beragana, bahkan diajari moderasi Islam lawan dari radikal.  Pengarusutamaan moderasi saat ini masif. Kenapa orang menjadi moderat? Padahal di dalam Al-Qur'an itu kita diminta untuk menjadi seorang muslim yang bertakwa kepada Allah dengan takwa yang sebenarnya sampai kita menghadap pada Allah. 

Takwa adalah menjalankan semua kewajiban dan meninggalkan semua larangan Allah. Misalnya menutup aurat kewajiban,  menjaga makanan minuman harus halal juga kewajiban. Kewajiban berdakwah, dsb. bahkan kita di minta untuk masuk Islam secara kaffah.

Hidup itu adalah pilihan maka jangan salah memilih karena akan fatal akibatnya. 

Agar bisa menjalankan proposal bersama-sama keluarga masuk surga adalah, maka orangtua harus memperhatikan hal-hal berikut.

1. Pendidkan Islam

Kita harus mencari dan memasukkan anak anak kita ke sekolah terbaik yaitu sekolah yang berbasis Islam. 

anak-anak kita itu hanya ada dua fase pertama sebelum balig dan setelah balig tidak ada fase ke tiga. Ketika masih anak-anak dia belum bisa memilih maka kita yang memilihkan yang sesuai dengan Islam. Misalnya buat anak kita itu pakaian yang terbaik yaitu yang menutup aurat. mainan terbaik, tontonan terbaik tempat rekreasi terbaik, sekolah terbaik yang mampu  menunjang  menuju ketakwaan.

2. Pembinaan pembinaan itu mutlak bahkan  bisa dikatakan sulit akan  bersama sama meraih derajat ketakwaan yang kokoh  tanpa pembinaan.  apalagi di lingkungan saat ini yang serba sekulerisme.

3. Saling menasehati dalam ketakwaan dan kesabaran

Masing-masing anggota keluarga harus peduli. Jika ada anggota keluarga melakukan hal-hal yang melanggar syariat, maka harus berani mengingatkan dengan baik. Begitu pula bagi yang bersalah harus mau diingatkan. Semua harus memiliki kesamaan visi yaitu bersama-sama masuk surga.

4. Ibadah

ibadah itu bukti kalau kita ingin mendapatkan  derajat takwa yang setinggi-tingginya. Ibadah itu akan menumbuhkan dalam diri kita  kesadaran kognitif dan kesadaran efektif. dalam prakteknya, misalnya banyak  orang yang korupsi  itu tahu bahwa korupsi itu haram tapi faktanya dia tetap melakukannnya. Ini karena dia hanya punya kognitif saja tanpa punya kesadaran afektif.

5. Doa

Doa adalah perisai sekaligus senjata bagi kaum mukminin, yang bentengnya adalah doa dan senjatanya tangisan. Karena meyakini bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Doa adalah inti ibadah dan tidak ada seorang pun yang akan binasa bersama doa,”

Semoga kita semua termasuk orang orang yang bisa bersama sama keluarga kita masuk surga. Wallahualam bissawab.