Privilese Bagi Mereka yang Bertakwa
Jadi kalo kita refleksikan lagi, ternyata kita nggak perlu insecure jika saat ini kita ngga punya beauty privilese atau apapun privilese lainnya. Karena ternyata Allah Swt. Maha Adil dalam memandang hamba-hamba-Nya
Terlepas siapa pun kita, setiap orang punya peluang yang sama untuk meningkatkan nilai diri di hadapan Allah dengan privilese paling mulia yaitu ketakwaan
oleh Astriani Ayu
Lestari
Pegiat Literasi
Siddiq-news.com -- Sob, pernah nggak sih, kita merasa dunia ini ngga adil?
Orang-orang yang berparas cantik menawan atau good looking, sering
dipandang istimewa. Mereka seringkali memiliki akses yang lebih mudah terhadap
pekerjaan, kehidupan sosialnya lebih lancar, atau diistimewakan dalam circle
pertemanan. Bisa kita ambil contoh, ketika ada seseorang yang cantik
menawan melakukan perbuatan yang kurang pantas kemudian diposting di akun
sosial medianya, kebanyakan warganet akan membela, memaklumi dan memberikan
dukungan yang positif. Sebaliknya, jika yang melakukan perbuatan kurang pantas
adalah seseorang yang kurang cantik, yang terjadi kebanyakan warganet justru
memberikan hujatan, menghina, bahkan mencaci pribadinya.
Hal lain yang dirasa nggak adil, juga sering terjadi saat orang-orang
dengan paras kurang cantik dalam mencari pekerjaan. Jika mereka nggak punya skill
yang mumpuni, atau nggak punya privilese dari jalur cuan dan orang
dalam, mereka akan kalah dengan pelamar yang lolos jalur good looking. Bahkan
tidak jarang beberapa lowongan pekerjaan memampang kriteria penampilan menarik
sebagai salah satu prasyarat lowongan pekerjaan pada posisi tertentu. Miris
sekali ya … Sehingga saat ini sering kita mendengar istilah “Privilege bagi
warga good looking” atau “Orang cantik mah bebas”. Seolah standar
kemuliaan perempuan selalu dinilai dengan paras yang cantik menawan. Seolah
bermodalkan paras yang cantik menawan setengah permasalahan hidup bisa
terselesaikan.
Mengapa ini bisa terjadi?
Disadari atau tidak, definisi cantik yang ada saat ini, adalah definisi
cantik yang dengan sengaja dibentuk oleh segelintir orang yang punya
kepentingan. Mereka adalah para kapitalis yang mempunyai kepentingan dan modal,
yang dengan sengaja mengarus utamakan makna kecantikan demi memuluskan bisnis
yang mereka miliki agar produknya laku keras di pasaran. Akhirnya, melalui
berbagai platform media sosial mereka gencar menarasikan dan menggiring
perempuan untuk memiliki persepsi bahwa cantik itu harus punya badan langsing,
tinggi semampai, kulit putih, alis cetar, wajah glowing dan flawless no
pori-pori. Iklan-iklan skincare, dan makeup yang muncul
berseliweran di-setting dengan menampilkan para model yang memiliki
kriteria kecantikan sesuai dengan definisi cantik menurut mereka.
Pada akhirnya orang dengan kondisi fisik kurang menarik sering merasa insecure
atau tidak percaya diri. Tidak jarang banyak di antara mereka rela merogoh
kocek dalam-dalam dan melakukan segala cara untuk mengubah penampilannya. Ngga
peduli apakah hal tersebut halal atau haram, diterabas saja. Yang penting
mereka bisa dapet privilese dari kecantikan parasnya. Naudzubillah,
ngeri banget kan.
Realitas saat ini
Namun, mari kita lihat realitasnya, apakah benar bahwa orang yang
berparas cantik menawan selalu diistimewakan di manapun dan kapan pun?
Pada awal Agustus 2023 warga +62 cukup dihebohkan dengan adanya laporan
dugaan pelecehan seksual terhadap sejumlah finalis Miss Universe Indonesia.
Dari pemberitaan yang dipublikasi Official iNews di kanal YouTubenya, pelecehan
diduga terjadi pada 1 Agustus 2023, tepat satu hari sebelum Grand Final Miss
Universe Indonesia digelar. Pada kejadian tersebut sejumlah finalis diminta
untuk melakukan body checking, di mana mereka harus menanggalkan seluruh
pakaiannya. Menurut pelapor kejadian ini dilakukan bukan di tempat privat dan
disaksikan oleh lawan jenis. Dampak dari kejadian ini ada finalis yang
mengalami trauma psikologis. Dilansir dari laman voi.id pada 30 Agustus 2023,
Melissa Aggraini sebagai kuasa hukum finalis menyatakan bahwa salah satu
kliennya, mengalami sulit makan, hingga mengalami penurunan berat badan yang
drastis.
Kejadian tersebut hanyalah salah satu contoh dari sekian banyak kasus
pelecehan yang terjadi pada perempuan. Nyatanya ajang kecantikan bergengsi
sekelas Miss Universe Indonesia pun tidak bisa menjamin perlindungan terhadap
kehormatan dan kemuliaan perempuan. Tentu hal serupa berpotensi untuk terus
terjadi jika kita menyandarkan definisi kecantikan pada sudut pandang
kapitalisme, yang meniscayakan bahwa perempuan selalu dipandang sebagai objek
yang bisa mendatangkan keuntungan. Keuntungan dengan jalan dieksploitasi atau
dinikmati kecantikan tubuhnya. Alih-alih ingin mulia dengan standar
kecantikan yang ada, namun yang terjadi hanyalah mendatangkan kemudaratan bagi
perempuan itu sendiri. Maka dari itu, sebagai seorang muslimah sepatutnya kita
tidak perlu terjebak dan merasa insecure kalo ngga punya beauty privilese
ala kapitalis yang dikejar kebanyakan orang saat ini.
Privilese dalam Pandangan Islam
Yuk kita move up dan mulai melihat dari sudut pandang Islam
bagaimana Allah memandang kemuliaan seseorang. Apakah beauty privilese
itu berlaku dalam Islam? Dalam QS. Al Hujurat Ayat 13, Allah Swt. berfirman:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ
وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ
عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan perempuan. Kemudian Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara
kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.”
Dari ayat tersebut kita melihat dengan jelas bahwa Allah Swt. telah
menegaskan yang menjadi standar kemuliaan di sisi Allah adalah tentang nilai
yang ada dalam diri seseorang, yakni ketakwaan. Mohon dicatat yaa … Hal ini
menunjukan kepada kita bahwa kondisi fisik kita, warna kulit, paras wajah, suku
bangsa, serta latar belakang kita. Apakah kita terlahir dari keluarga yang
tajir melintir atau tidak, terlahir dari keluarga muslim atau non muslim. Itu
adalah bagian dari ketetapan-Nya atau qada yang tidak akan pernah dimintai
pertanggungjawaban. Dan itu berada pada ranah yang menguasai kita, sehingga
yang harus kita lakukan adalah rida dengan ketetapan tersebut. Adapun ketakwaan
yang merupakan nilai diri yang bisa kita ikhtiarkan berada pada ranah yang kita
kuasai. Masing-masing dari kita punya peluang untuk ngejar privilese takwa di
hadapan Allah.
Simpelnya gini deh, ibaratnya ada sebuah game battle yang
diciptakan oleh sebuah perusahaan animasi. Dalam game itu terdapat 4 karakter
yang bisa kita gunakan untuk bertanding. Karakter A, adalah karakter perempuan
cantik, pintar dan kuat, yang bisa mengalahkan musuh menggunakan pedang.
Karakter B, adalah karakter laki-laki bertubuh tinggi berbadan kekar yang bisa
mengalahkan musuh menggunakan tinjuan tangannya. Karakter C adalah karakter
laki-laki paruh baya yang berbadan gemuk, berkulit hitam yang bisa mengalahkan
musuh dengan pistolnya. Sedangkan karakter D adalah seorang nenek tua yang bisa
mengalahkan musuh dengan tongkatnya. Maka dalam game battle itu kita
bebas memilih karakter manapun mau itu karakter A, B, C, atau D. Karena
semuanya punya peluang yang sama untuk memenangkan game battle tersebut.
Tentunya kita pasti akan protes dan ngerasa perusahaan animasi yang membuat game
battle ini nggak adil, jika ternyata yang bisa menang dalam game battle ini
hanya karakter A yang memiliki paras cantik dan pintar.
Jadi kalo kita refleksikan lagi, ternyata kita nggak perlu insecure jika
saat ini kita ngga punya beauty privilese atau apapun privilese
lainnya. Karena ternyata Allah Swt. Maha Adil dalam memandang
hamba-hamba-Nya. Terlepas siapa pun kita, setiap orang punya peluang yang sama
untuk meningkatkan nilai diri di hadapan Allah dengan privilese paling
mulia yaitu ketakwaan. Ketakwaan yang menurut Imam An-Nawawi, adalah menaati
perintah dan larangan Allah, yang hanya bisa diraih ketika kita terikat dan
menjalankan semua syariat Islam.
Emang nggak boleh ya, kalo mau cantik?
Eits nggak gitu konsepnya.
Islam tidak pernah melarang seorang muslimah untuk menjadi cantik,
sebagaimana Islam tidak pernah melarang seorang muslim untuk menjadi kaya.
Dalam Riwayat Imam Muslim, Rasulullah saw. bersabda “Dunia adalah perhiasan dan
sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita salehah.” Jadi merujuk pada hadis
tersebut wajar banget kalo perempuan senang dengan kecantikan dan ingin menjadi
cantik. Kita sebagai Muslimah boleh untuk merawat diri dan menggunakan produk
perawatan tubuh, namun tetap harus memperhatikan agar tidak berlebih-lebihan,
memperhatikan apakah produk yang kita gunkanan halal dan thayyib, tidak
tabarruj, dan tidak boleh merubah ciptaan Allah. Intinya kita boleh merawat
diri dan menjadi cantik, asalkan selalu berada pada koridor hukum syarak dan niatkan
semata mencari rida Allah. Ingatlah, bahwa tubuh kita adalah titipan Allah.
Titipan yang kelak akan dimintai pertanggung jawaban. Titipan yang sampai detik
ini dengan tubuh yang Allah titipkan kita bisa terus mendekat pada-Nya.
Selain itu, nggak ada salahnya jika kita mau level up diri untuk
jadi seorang miss universe. Iya, menjadi miss universe versi
Allah dan Rasulnya. Yang sudah pasti valid kemuliaannya. Sebagaimana sering
kita dengar dalam sirah Nabi saw., ada banyak sosok muslimah inspiratif yang
bisa kita teladani. Diantaranya adalah 4 wanita penghulu syurga, yakni ibunda
Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Asiyah binti Muzahim, dan
Maryam Binti Imran. Selain itu, kita juga bisa mencontoh ibunda Aisyah, Al-Khonsa
ibu dari para mujahid, Ibunda Muhammad Al-Fatih, Ibunda para Imam Madzhab, dan
masih banyak tokoh Muslimah yang patut kita teladani. Mereka mulia karena ketakwaanya
di hadapan Allah. Meraka senantiasa menjaga izzah dan iffahnya. Mereka yang
kemuliannya tidak hanya menjadi buah bibir bagi penduduk bumi, tapi juga
disebut-sebut namanya oleh para penduduk langit. Itulah sebaik-baik miss
universe yang mulia karena mereka menjaga teguh ketakwaannya.
Jadi Muslimah tenanglah, dalam pandangan Allah tidak ada beauty privilese
yang berlaku seperti saat ini. Tidak ada istilah “Privilese bagi warga good
looking” atau “Orang cantik mah bebas.” Kemuliaan sejati yang ada dalam
pandangan Allah hanyalah privilese bagi mereka yang bertakwa. Maka mari,
bersemangat untuk terus belajar dan merapatkan diri agar selalu terikat pada
syariat-Nya.
Selamat berproses mengejar privilese takwa,
ya, perempuan salehah. [MDEP]