Harga Beras Melambung Tinggi, Bagaimana Bisa?

Daftar Isi

 


Kenaikan harga beras dinikmati hanya oleh segelintir orang

Inilah wajah dari sistem negara ini. Hanya menguntungkan beberapa pihak. Sehingga rakyat yang lagi-lagi menjadi korban


Penulis Gyan Rindu

Pegiat Literasi


Siddiq-news.com, OPINI -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto mengatakan bahwa pemerintah memutuskan untuk mengimpor 1,6 juta ton beras untuk memenuhi kebutuhan domestik akibat mundurnya masa panen selama dua bulan. Selain impor beras, pemerintah juga meningkatkan distribusi beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dari 150 ribu ton menjadi 250 ribu ton untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.


Beras beberapa bulan terakhir mengalami kenaikan yang luar biasa. Harga awalnya 8.000/kg kini menyentuh 16.000/kg. Mengapa hal ini bisa terjadi? Pemerintah mengatakan harga beras melonjak dikarenakan gagal panen petani dampak dari El Nino. Sehingga beras langka dan mahal. 


Pada kenyatannya, harga beras yang melonjak tidak menguntungkan bagi petani. Mengapa? Karena pemerintah yang melakukan impor beras.


Siapakah yang diuntungkan dari kenaikan harga beras? Apakah rakyat diuntungkan? tentu bukan. Karena rakyat makin tercekik dengan melambungnya harga beras. Tidak hanya ibu rumah tangga, warteg, dan UMKM terkena dampak dari kenaikan harga beras. 


Lantas bagaimana dengan petani? Banyak yang menganggap kenaikan beras merupakan keuntungan bagi petani. Faktanya, pemerintah melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya. Apakah petani diuntungkan? Dari banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk perawatan, belum lagi perawatan ekstra karena El Nino, bersaingnya produk petani lokal dengan impor, permainan harga pasar karena petani tidak boleh menjual langsung ke konsumen, gagal panen, banyak hal yang membuat petani tidak mendapat keuntungan seperti yang dikatakan.


Kenaikan harga beras dinikmati hanya oleh segelintir orang. Inilah wajah dari sistem negara ini. Hanya menguntungkan beberapa pihak. Sehingga rakyat yang lagi-lagi menjadi korban. Tak jarang pemerintah mengambil keuntungan dari impor yang dilakukan. Karena impor rawan akan korupsi. Sudah waktunya kita sadar bahwa selama ini rakyat cukup menderita dengan sistem negara ini. Lantas bagaimana solusinya?


Apakah kita masih ingat bagaimana Khalifah Umar Bin Khattab saat musim paceklik? Beliau mengambil tindakan dengan mengambil dana baitulmal untuk dibagikan kepada rakyatnya. Tidak hanya itu, beliau rela memanggul sekarung gandum untuk diberikan kepada rakyatnya yang kelaparan. Semua itu dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab beliau sebagai pemimpin atau khalifah. Ketika pemimpin dipilih bedasarkan akhlaknya, dan ketakwaannya, dia akan memiliki rasa takut kepada Allah. Sehingga akan menjalankan tugasnya secara adil dan menjadi pemimpin yang amanah sesuai dengan hukum-hukum Allah. Berbeda halnya dengan saat ini di mana semua terpisah dari agama, dan memang sengaja dipisahkan dengan agama. Sehingga hanya berdasarkan azas manfaat belaka. Mereka tidak akan peduli dengan rakyat. Karena yang mereka pikirkan adalah azas manfaat.


Ketika Islam tidak lagi menjadi sumber hukum, rakyat akan makin merana. Karena mereka hanya mau memanfaatkan rakyat. Bahan-bahan pokok mahal, impor terus dilakukan, rakyat sengsara, mereka yang justru menikmati hasilnya.


أَلاَ كُلُكُمْ رَاع، وَكُلُكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَالإِمَامُ الَّذِى عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya. Imam (waliyul amri) yang memerintah manusia adalah pemimpin dan ia akan ditanya tentang rakyatnya.” (Hadits riwayat Al-Bukhari dalam shahihnya (893) dan Muslim No.4828)


Islam tidak hanya mengajarkan tentang ibadah mahdoh. Namun, Islam mengajarkan banyak hal. Dari mulai kita bangun tidur, hingga tidur kembali. Mengajarkan tidak hanya tentang diri pribadi, tetapi, juga tentang bagaimana memimpin suatu negara dengan segala hukum-hukumnya. Jika Allah sudah menyiapkan segala hukum untuk kebaikan manusia, lalu mengapa kita mengambil hukum yang dibuat oleh menusia yang tidak sempurna? Wallahualam bissawab. []