Meraih Keutamaan Ramadan

Daftar Isi


Umat membutuhkan sistem hidup islami dengan pemimpin yang benar-benar bisa mewujudkan takwa hakiki dalam dirinya


Penulis Ummu Fahhala, S. Pd.

Praktisi Pendidikan dan Pegiat Literasi


Siddiq-news.com, SURAT PEMBACA --  Setiap menjalani Ramadan, tentu kita berharap dapat meraih keutamaannya, yakni bisa mewujudkan ketakwaan hakiki pada diri, sebagaimana yang Allah Swt. kehendaki, seperti yang tercantum dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 183. 


Takwa adalah tujuan dari puasa. Imam ath-Thabari saat menafsirkan ayat di atas, antara lain mengutip al-Hasan yang menyatakan, “Orang-orang bertakwa adalah mereka yang takut terhadap perkara apa saja yang telah Allah Swt. haramkan atas diri mereka dan melaksanakan perkara apa saja yang telah Allah titahkan atas diri mereka."


Rasulullah saw. pernah bersabda kepada Muadz bin Jabal r.a. saat beliau mengutusnya ke Yaman, “Bertakwalah engkau kepada Allah Swt. di manapun engkau berada,” (HR. At-Tirmidzi)


Ciri orang bertakwa antara lain adalah orang yang mengimani yang gaib, mendirikan salat, menginfakkan sebagian harta baik dalam keadaan lapang atau sempit, mengimani Al-Qur'an dan kitab-kitab yang Allah Swt. turunkan sebelum Al-Qur'an dan meyakini alam akhirat. Orang bertakwa juga mampu menahan rasa marah, mudah untuk memaafkan kesalahan orang lain, jika khilaf melakukan dosa maka segera memohon ampunan Allah Swt., serta berjanji untuk tidak meneruskan perbuatan dosanya, dan masih banyak ciri-ciri orang bertakwa lainnya.


Oleh karena itu, ketika ingin meraih takwa dari puasa Ramadan yang dilakukan oleh setiap mukmin, secara ideal, seharusnya setelah Ramadan, setiap mukmin senantiasa berupaya dalam menjalankan semua perintah Allah Swt. dan menjauhi semua larangan-Nya, tentu dengan mengamalkan seluruh syariah-Nya. Baik terkait akidah, ibadah, makanan, minuman, pakaian dan akhlak, muamalah yaitu ekonomi, politik, pendidikan, pemerintahan, sosial, budaya, ukubat atau sanksi hukum, seperti hudud, jinayat, ta'zir, mukhalafat, dan lain-lain. Jangan sampai, takwanya hanya saat Ramadan saja, setelahnya justru kembali bermaksiat. 


Menjadikan suasana Ramadan senantiasa bisa terpelihara di tengah sistem kehidupan sekuler yang tidak menerapkan syariah Islam secara kafah (menyeluruh), tentu sangat sulit. Oleh karena itu, umat membutuhkan sistem hidup islami dengan pemimpin yang benar-benar bisa mewujudkan takwa hakiki dalam dirinya.


Kesempurnaan puasa seorang pemimpin yang bertakwa di antaranya adalah menjaga dari berkata dusta, karena dusta hanya akan membuat puasa seseorang sia-sia. Nabi Saw bersabda, “Siapa saja yang tidak meninggalkan perkataan dan perilaku dusta, maka Allah tidak membutuhkan upayanya dalam meninggalkan makan dan minum,” (HR. al-Bukhari)


Pemimpin amanah merupakan salah satu ciri pemimpin yang bertakwa. Tidak mengkhianati Allah Swt. dan Rasul-Nya. Karena itu, pemimpin yang bertakwa tidak akan melawan Al-Qur'an dan As-Sunnah, mereka tak akan melakukan kriminalisasi terhadap Islam dan kaum muslim. Mereka pun tidak akan menghalang-halangi apalagi memusuhi orang-orang yang memperjuangkan penerapan syariah Islam dan penegakkannya dalam kehidupan bernegara, yang merupakan tajul furudh (mahkota kewajiban) dalam Islam. Bahkan pemimpin yang bertakwa akan menerapkan syariah Islam secara menyeluruh dalam segala aspek kehidupan, sebagai wujud dari ketaatan total kepada Allah Swt..

Wallahualam bissawab. []