Sampah Tetap Jadi Masalah

Daftar Isi

Penanganan sampah dalam sistem Kapitalisme sekuler, tidak menyelesaikan masalah

Yang ada timbul masalah baru berupa kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup, pencemaran air bersih, banjir, dan menurunnya kualitas kesehatan


Penulis Heni Lamajang 

Pegiat Literasi 

 

Siddiq-news.com, SURAT PEMBACA -- detikjabar (2 November 2023) mengabarkan sampah kembali menumpuk di aliran sungai  Cikahiyangan Desa Sayati, Kecamatan Margahayu, Kabupaten  Bandung. Tumpukan sampah itu membuat aliran sungai tersendat, menebar bau tidak sedap dan jika hujan turun bisa menyebabkan banjir.


Permasalahan sampah di Kota Bandung bukan masalah kecil tetapi sudah sampai di titik Darurat Sampah. Hal ini ditetapkan dalam Keputusan Walikota Bandung no 658.1/Kep.2523 - DLH/2023 tentang Penetapan Situasi Darurat Pengelolaan Sampah (detikjabar, 1/11/23). Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bandung, Dudy Prayudi mengatakan bahwa problemnya ada pada pembatasan ritase ke Tempat Penampungan Akhir (TPA) Sarimukti yang mengalami over load sehingga hanya dapat menerima 50% dari biasanya. 


Aliansi Zero Waste Indonesia (25/9/23) menyatakan bahwa salah satu masalah utama kota Bandung adalah lonjakan produksi sampah yang tidak terkendali. BPS Kota Bandung menyebutkan bahwa produksi sampah kota Bandung mencapai 1 594,18 ton /hari (2022). Penyumbang terbanyak adalah sampah makanan, sebanyak 44.52% dari total sampah harian. Urutan kedua adalah sampah plastik sebanyak 16.70%. TPA Sarimukti sudah menampung sampah melebihi kapasitasnya hingga 700%.


Langkah yang dilakukan oleh pihak DLH Kota Bandung adalah edukasi penanganan sampah skala rumah tangga dengan memilah sampah, juga membangun TPST (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu), menyediakan Gibrik Mini (mesin pemilah sampah), membuat lubang sampah organik di beberapa tempat dan imbauan/ajakan agar tidak membuang sampah sembarangan bahkan kampanye untuk mengurangi penggunaan kemasan plastik. Sayangnya langkah-langkah itu tidak menyelesaikan masalah. Sampah tetap bertumpuk.


Penanganan sampah terbaru adalah dengan teknologi termal yaitu dengan membakar sampah dalam tungku incenerator, tetapi cara ini dikritik Walhi Kota Bandung karena pembakaran sampah menghasilkan timbal, logam berat, mercuri dan gas beracun. 


Demikianlah penanganan sampah dalam sistem Kapitalisme sekuler, tidak menyelesaikan masalah. Yang ada timbul masalah baru berupa  kerusakan dan pencemaran  lingkungan hidup, pencemaran air bersih, banjir, dan menurunnya kualitas kesehatan. Selain itu masyarakat jadi mempunyai sikap individualistis, tidak peduli pada orang lain apalagi lingkungan. Memperturut hawa nafsu makan dengan wisata kulinernya. Pemerintah malah mendukung sikap suka jajan/wisata kuliner ini karena menurut sistem Kapitalisme, makin besar pengeluaran masyarakat, berarti masyarakat makin sejahtera, pendapatan negara bertambah dari pajak pertambahan nilai makanan. Hanya materi yang mereka pikirkan.

 

Berbeda dengan sistem Islam (Khilafah) yang memiliki aturan lengkap, mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Tujuan sistem Islam adalah kesejahteraan masyarakat dalam tatanan syariat. Islam juga memiliki mekanisme dalam menanggulangi sampah. 

 

Khilafah akan memberikan pemahaman kepada individu juga masyarakat,  tentang pentingnya berhemat, tidak memperturut hawa nafsu, makan makanan yang halal dan thoyib serta menjaga kebersihan lingkungan. Kebersihan adalah sebagian dari iman. Rasulullah saw. bersabda, "Allah  Swt. itu Maha bersih yang menyukai kebersihan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu" (HR. Tirmizi).

 

Khilafah akan menyediakan sarana penampungan sampah yang memadai, mendorong para ahli menciptakan tekhnologi canggih dalam pengolahan sampah juga menerapkan aturan dan sanksi yang mampu memberikan efek jera kepada masyarakat yang melakukan pengrusakan dan membuang sampah sembarangan.

 

Melestarikan lingkungan dan menghindari penumpukan sampah  hanya dapat dilakukan apabila syariat islam diterapkan secara kafah dalam bingkai khilafah.

Wallahualam bissawab. []