Jalan Rusak Di mana-mana, Bukti Abainya Negara akan Keselamatan Rakyat

Daftar Isi

Alasan anggaran belum turun membuat rakyat harus rela melintasi jalan rusak dengan segala resikonya

Inilah bukti negara abai dalam menyediakan fasilitas umum dan menjaga keselamatan rakyat


Penulis Wiwin 

Pegiat Literasi 


Siddiq-news.com, OPINI -- Bagaimana perasaanmu bila tiap bepergian harus melewati jalan berlubang, dan kendaraan melaju di permukaan yang kasar atau bergelombang? Kesal dan badan capek, ya. Perjalanan jadi lebih lama, serta harus ekstra hati-hati karena takut celaka. 


Tribun Jabar (4/4/2024) mengabarkan adanya jalan berlubang yang cukup besar di jalan Sayuran desa Cangkuang Kulon, kecamatan Dayeuhkolot kabupaten Bandung. Akibat adanya lubang itu, laju kendaraan tidak bisa lancar sehingga sering terjadi kemacetan. Namun, jalan berlubang dan rusak bukan hanya ada di desa Cangkuang. Menurut data Badan Pusat Statistik, 31% jalan di Indonesia dalam kondisi rusak dan rusak berat (Liputan6, 8 Mei 2023). Kerusakan jalan bisa berupa retakan, habisnya lapisan aspal di permukaan, lubang kecil sampai besar seperti baskom atau jalan bergelombang akibat aspal yang tidak rata.


Kerusakan jalan selain membuat tidak nyaman pengendara, berdampak pada kendaraan, onderdilnya jadi mudah rusak. Kegiatan ekonomi juga terganggu karena biaya bahan bakar kendaraan dan waktu tempuh jadi bertambah. Parahnya lagi jalan rusak dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan terutama kendaraan roda dua. Lubang yang tidak bisa dihindari, misalnya karena gelap atau sedang banjir dapat menyebabkan kendaraan terjatuh dan akan menjadi bencana bila korban jatuh ke arah kanan, tersenggol atau berlindas kendaraan lain yang melintas. Nyawa taruhannya. 


Tidak sedikit kabar orang sakit meninggal di perjalanan karena terlambat sampai di Rumah Sakit akibat akses jalan rusak, jauh, dan sulit dilalui, atau ibu baru melahirkan mengalami pendarahan tidak tertolong karena jauh dari RS dan akses jalan ke desanya tidak bisa dilalui kendaraan roda empat akibat hujan merubah jalan tanah jadi lumpur.


Sayangnya meskipun banyak keluhan dari masyarakat, tetapi tidak membuat pemerintah segera bertindak memperbaiki kerusakan jalan-jalan itu. Padahal jalan adalah sarana utama kegiatan masyarakat dan negara. Alasan anggaran belum turun membuat rakyat harus rela melintasi jalan rusak dengan segala resikonya. Inilah bukti negara abai dalam menyediakan fasilitas umum dan menjaga keselamatan rakyat. 


Seperti itulah pemerintah dalam sistem Kapitalisme, pembangunan bukan ditujukan untuk rakyat. Pemerintah pun tidak punya anggaran yang memadai untuk pemeliharaan fasilitas umum. Anehnya pembangunan yang besar seperti ibu kota baru, kereta api cepat atau jalan-jalan tol terus dilakukan walau dengan dalih investasi. Membangun fasilitas yang menghasilkan uang terus berlanjut, tetapi bila fasilitas umum itu tidak menghasilkan uang seperti jalan kabupaten dan jalan desa, diabaikan pemeliharaannya. 


Kondisi berbeda akan kita dapatkan dari negara dengan sistem Islam yaitu Khilafah. Khilafah menempatkan Penguasa atau Khalifah sebagai pengurus (raa'in) urusan rakyat yang akan diminta pertanggungjawaban atas pengurusannya oleh Allah Swt. (HR. Imam al Bukhori). Tujuan pembangunan adalah kemaslahatan umat, bukan orientasi bisnis.


Khalifah akan mengurus segala kebutuhan rakyatnya dengan sungguh-sungguh termasuk sarana transportasi seperti jalan di seluruh negeri Khilafah. Dicontohkan dalam sejarah, Amirul Mukminin Umar bin Khattab sangat takut bila ada jalan berlubang dan menyebabkan seekor unta jatuh karenanya. Bagaimana mempertanggung jawabkannya di hadapan Allah kelak? Akidah benar-benar menjaga seorang pemimpin dari berbuat khianat kepada rakyat bahkan hewan sekali pun.


Khalifah akan serius memperbaiki fasilitas umum seperti jalan, jembatan maupun aliran sungai di kota dan daerah demi kepentingan rakyat. Negara Khilafah tidak pernah kesulitan finansial karena sumber pembiayaan Khilafah banyak. Baitulmal yang mengelola keuangan Khilafah mendapatkan sumber dana dari ghonimah, fa'i, wakaf, kharaz dan hasil pengelolaan sumber daya alam. 

Wallahualam bissawab. []