Hadapi Indonesia Emas dengan Banyak Pengangguran?

Daftar Isi


Landasan pendidikan dalam Islam berdasarkan akidah Islam, sehingga generasi yang tercetak adalah yang memiliki kepribadian Islam

Yang kemudian terdorong berkontribusi kepada negara dan agama


Penulis Rut Sri Wahyuningsih

Institut Literasi dan Peradaban


Siddiq-news.com, OPINI -- Menko Airlangga mengatakan bonus demografi dan sumber daya manusia yang unggul menjadi aset mencapai Indonesia emas 2045. Namun ternyata Indonesia masih menghadapi berbagai kendala yang tak remeh-temeh. 


Yaitu Gen Z, atau generasi yang lahir tahun antara tahun 2000-2009 dengan jumlah yang luar biasa,  hingga 10 juta orang. Dari hasil pendataan Badan Pusat Statistik (BPS), pengangguran ini tanpa kegiatan (not in employment, education, and training/NEET). Miris!


Daerah perkotaan menyumbang angka lebih banyak dibanding pedesaan yaitu 5,2 juta orang dan di desa 4,6 juta orang (kompas, 20/5/2024). Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Ida Fauziyah menjelaskan  penyebabnya karena tidak cocok (mismatch) antara pendidikan dan pelatihan dengan kebutuhan pasar kerja. Tingkat pengangguran tinggi ini disumbang oleh lulusan SMA/SMK (kumparan, 20/5/2024). 


Maka diterbitkanlah Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 68 Tahun 2022 (Perpres kolaborasi) sebagai salah satu upaya pemerintah mengurangi mismatch dengan merevitalisasi pelatihan vokasi, menyambungkan dan menyinkronkan dengan pasar kerja. Bekerja sama dengan Kadin, badan pemerintah yang lebih tahu dunia kerja, pusat kerja dan pengusaha.


Gen Z Menganggur, Negara Gagal Ciptakan Lapangan Pekerjaan?

Banyaknya pengangguran menunjukkan adanya keterbatasan lapangan kerja, sekaligus menunjukkan bukti kegagalan negara menciptakan lapangan pekerjaan. Ketidaksinkronan antara pendidikan dan permintaan pasar juga turut menunjukkan betapa rendahnya kualitas pendidikan negara ini. 


Masih hangat berita kenaikan UKT yang ugal-ugalan, disambung dengan pernyataan menteri pendidikan Nadiem bahwa pendidikan tinggi hanya kebutuhan tersier dan jika pun ada kenaikan itu hanya dikenakan kepada mahasiswa baru (Maba). Namun apakah kenaikan ini menjamin kualitas pendidikan membaik?  


Padahal, pendidikan berkualitas adalah jaminan pasti output pendidikan yang mampu menghadapi tantangan. Kendalanya, selain adanya kapitalisasi pendidikan juga kurikulum disusun hanya sekadar pemenuhan pasar. Namun entah pasar yang mana, sebab dari lulusan SMA/SMK hingga PT outputnya pengangguran kian bertambah. 


Pemerintah malah mendorong untuk program magang kerja di luar negeri, dengan harapan jika ada kecocokan maka akan ditarik kembali di perusahaan di mana dia magang meski cukup menarik banyak peminat, apalagi gajinya kurs dollar, tetap saja di negeri orang menjadi buruh.


Di dalam negeri sendiri, kebijakan negara memudahkan investor asing dan pekerjanya berusaha di Indonesia, all in one, termasuk dalam mengelola sumber daya alamnya. Berbagai alasan dikemukakan pemerintah, seperti kita kurang modal, kurang tenaga ahli, teknologi mesinnya lebih cocok jika ditangani langsung tenaga kerja asing karena kendala bahasa, dan lain sebagainya. 


Wajar jika kemudian muncul  ketidaksesuaian antara lapangan kerja yang  tersedia dengan  pendidikan yang dimiliki gen Z. Hasil pendidikan hari ini adalah generasi rapuh yang tak paham esensi hidup di dunia.  Pertanyaannya, cukupkah Perpres Nomor 68 Tahun 2022 atau yang disebut Perpres kolaborasi ini mengurangi angka pengangguran? Atau malah memperburuk karena sekadar lips servis?


Aturan Islam Menyejahterahkan

Islam menjadikan sumber daya alam sebagai milik umum dan pengelolaannya menjadi tanggung jawab negara. Pengelolaan sumber daya alam membutuhkan industri. Otomatis negara akan membuka lapangan perkerjaan yang besar guna memenuhi kebutuhan pekerjanya. 


Pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan serapan tenaga kerja tanpa melupakan tujuan mencetak generasi yang berilmu tinggi sebagai pembangun peradaban yang  mulia. Pendidikan sebagai Soko guru peradaban diselenggarakan secara fokus oleh negara. Aksesnya dipermudah agar setiap orang bisa mengenyam pendidikan terbaik, murah dan berkualitas. 


Landasan pendidikan dalam Islam berdasarkan akidah Islam, sehingga generasi yang tercetak adalah yang memiliki kepribadian Islam. Yang kemudian terdorong berkontribusi kepada negara dan agama. Wallahualam bissawab. []