Masjid Harus Dimakmurkan Bukan Sekedar Dipamerkan

Daftar Isi

Masjid berperan penting bagi pengurusan umat Islam

Masjid tidak cukup megah bangunannya tetapi harus dimakmurkan demi kemaslahatan umat


Penulis Wiwin

Pegiat Literasi 


Siddiq-news.com, OPINI -- Saya setuju dengan harapan Cakra, Pejabat Pemerintah Kabupaten Bandung yang mewakili Bupati Dadang S. dalam acara peresmikan Masjid Raya Al Azhar Podomoro Park pada tanggal 25 April 2024 lalu. Dalam sambutannya, Cakra menyampaikan bahwa Pemerintah Kabupaten Bandung menyambut baik pembangunan masjid yang megah di tengah-tengah masyarakat, dan berharap tidak hanya megah tetapi juga bisa menjadi masjid yang dimakmurkan oleh umat Islam sekitarnya. 

Acara peresmian Masjid Al Azhar ini diramaikan dengan gelaran tausiyah KH. Abdullah Gymnastiar atau yang lebih dikenal dengan sebutan Aa Gym, dan dihadiri oleh 1.000 lebih jemaah ( JabarEkspres, 26/4/24).

Masjid Raya Al Azhar Podomoro Park yang dibangun oleh perusahaan perumahan Agung Podomoro Land memiliki konsep modern klasik, dimana bangunan masjid didominasi oleh bentuk-bentuk simetri dan lengkung yang disederhanakan. Pada dindingnya ada pola dinding krawangan yang diambil dari konsep bentuk angklung sebagai identitas Jawa Barat. Maka Masjid Agung Podomoro menjadi masjid yang indah dan megah. Tentu menarik minat masyarakat untuk berkunjung atau menjadi tujuan wisata religi.

Harapan agar masjid tidak hanya megah sehingga dikagumi dan jadi tujuan wisata religi adalah harapan yang harus diwujudkan oleh pengelola dan masyarakat sekitarnya. Masjid harus dimakmurkan bukan hanya dipamerkan. 

Masjid adalah bagian penting dalam Islam karena merupakan tempat yang (seharusnya) paling sering dikunjungi umat Islam. Bukankah laki-laki muslim harus salat di masjid? Awal dan akhir kehidupan keluarga muslim juga afdolnya di masjid, yaitu saat melaksanakan akad nikah dan saat salat jenazah. Bukankah lebih utama di masjid?

Sayang dalam negara dengan sistem Kapitalis Sekuler saat ini, masjid kurang dimakmurkan karena hanya sedikit lelaki muslim  yang melakukan salat fardu di masjid sehingga saat waktu salat tiba, saf salat tidak lebih dari 2 atau 3, masjid sepi jamaah. Masjid hanya ramai saat salat Jumat dan salat hari raya. Umat Islam masih banyak yang tidak tahu wajibnya dan keutamaan salat berjamaah di masjid.

Selain itu ada kekhawatiran dari pihak penguasa terhadap kegiatan politik di masjid. Bagi mereka, fungsi masjid hanya sebagai rumah ibadah, tempat kegiatan sosial, pendidikan dan ekonomi. Penguasa alergi pada masjid yang dimakmurkan dengan pendidikan politik bagi umat. Bahkan masjid tersebut mendapat pengawasan dari aparat, baik secara terang-terangan atau secara sembunyi - sembunyi serta dicap Radikal.  Menteri Agama Yaqut C.Q. menyatakan bahwa menyejahterakan masjid bukan mempolitisasi masjid (Rakernas BKM, 9/11/2023, Pondok Gede). Penguasa sudah mendiskreditkan arti politik dan mengkerdilkan fungsi masjid.


Padahal di zaman Rasulullah Saw, masjid memegang peranan penting dalam realitas kehidupan umat.  Rasulullah saw. dan para sahabat memfungsikan masjid tidak hanya untuk melakukan salat pada waktunya, tetapi juga untuk banyak fungsi keagamaan, sosial, politik, administrasi dan budaya. 

Sejarah mencatat bahwa Rasulullah saw. melakukan salat berjamaah dan membina umat Islam di masjid. Selain itu, bermusyawarah, memecahkan masalah umat, mengumumkan hal yang penting, mengumpulkan zakat dan sedekah, pengobatan orang yang sakit,  bahkan latihan perang dan mengatur strategi pun dilakukan di masjid Nabawi. Jadi Rasulullah saw. melakukan kegiatan politik di masjid. Karena politik dalam Islam adalah kegiatan mengurus umat, suatu kegiatan penting dan positif bukan hal yang negatif dan patut dicurigai.

Demikian kiranya kita perlu melakukan dakwah memahamkan umat bahwa masjid berperan penting bagi pengurusan umat Islam. Masjid selain menyatukan juga mencerdaskan. Masjid tidak cukup hanya megah bangunannya tetapi harus dimakmurkan demi kemaslahatan umat.

Wallahu a'lam bisshawab. []