Penistaan Tumbuh Subur di Sistem Kapitalis Sekuler

Daftar Isi

Sepanjang sejarah penerapan sistem Islam, negara akan melindungi rakyatnya dari penistaan agama dan akan menjaga akidah umat agar tetap lurus

Seperti halnya sikap tegas seorang khalifah Sultan Abdul Hamid II


Penulis Santika 

Aktivis Dakwah


Siddiq-news.com, OPINI -- Viralnya sebuah video yang mempertontonkan seorang laki-laki menginjak Al-Qur'an dan bersumpah di depan istrinya bahwa dia tidak berselingkuh beredar luas di jagat maya. Tentunya hal ini membuat geram kaum muslim. Hanya demi meyakinkan perkataan dan dipercaya oleh istrinya seorang oknum pejabat Kementrian Perhubungan (KEMENHUB) Asep Kosasih yang bertugas sebagai kepala otoritas bandar udara wilayah Merauke rela menistakan agamanya dengan menginjak kalam Ilahi yaitu Al-Qur'an. (tribunnews, 2024/05/18)


Kasus penistaan agama bukan hanya kali ini saja terjadi, tetapi kerap berulang, mulai dari gambar karikatur nabi sampai penginjakan kitab suci. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat tidak menyadari betapa pentingnya menjaga kemulian agama. Agama dan simbol-simbol keagamaan acap kali dijadikan sebuah guyonan dan menjadi bahan olok-olokan yang sering kali direndahkan sesuai dengan keinginan dan hawa nafsunya. 


Kenapa hal ini terjadi? Tentunya biang dari tumbuh suburnya penistaan agama adalah Sistem Sekularisme yang dianut sebagian besar umat saat ini. Sistem Sekularisme memisahkan kehidupan dengan agama. Di mana agama hanya dijadikan sebagai ibadah ritual saja, agama tidak dijadikan sebagai tolok ukur prilaku dan pola pikir seseorang dalam melakukan aktifitasnya. Akibatnya umat saat ini berperilaku bebas tanpa memikirkan apa yang dilarang dan apa yang diperbolehkan oleh agamanya. Kebebasan ini juga lahir dari sistem sekularisme yang melahirkan demokrasi yang mengusung asas hak asasi manusia. Belum lagi sistem sanksi yang diberikan oleh negara sangatlah lemah sehingga tidak membuat efek jera bagi para pelakunya. Para pelakunya hanya dipenjara beberapa tahun atau bulan bahkan ada yang dibebaskan tanpa mendapat peradilan. Justru akhirnya memberikan inspirasi kepada yang lain untuk melakukan hal yang sama.


Jelas sudah bahwa sistem sekuler ini tidak memberikan jaminan perlindungan kepada umat Islam, terutama dalam menjaga kemulyaan agama Islam. 


Hal ini tidaklah mungkin terjadi, apabila umat Islam menerapkan sistem Islam di seluruh aspek kehidupan. Hanya penerapan sistem Islam secara kafah yang mampu melindungi umat, yang kelak akan menjadi perisai umat. 

Rasulullah saw. bersabda: 

Sesungguhnya imam/khalifah adalah perisai, orang-orang berperang di belakangnya dan menjadikannya pelindung. Jika ia memerintahkan ketakwaan kepada Allah 'Azza wa Jalla dan berlaku adil, baginya terdapat pahala dan jika ia memerintahkan yang selainnya, ia harus bertanggung jawab atasnya.” (HR Muslim)


Sepanjang sejarah penerapan sistem Islam, negara akan melindungi rakyatnya dari penistaan agama dan akan menjaga akidah umat agar tetap lurus. Seperti halnya sikap tegas seorang khalifah Sultan Abdul Hamid II (1876-1918) yang mengultimatum perancis karena akan menyelenggarakan teater karya Voltaire drama yang bertajuk “Muhammad dan kefanatikan”. Khalifah Abdul Hamid II dengan tegas mengultimatum perancis jika tidak menghentikan drama itu maka Perancis akan merasakan bahaya politik yang akan dihadapinya. Daulah Khilafah memiliki kekuatan super power yang bisa menaklukan Perancis hingga membatalkan teater itu.


Dari kisah ini terpampang jelas bahwa umat mendapat jaminan dalam berbagai sendi kehidupan, jika Islam kembali diterapkan di muka bumi. Wallahualam bissawab. []