Gelombang Aksi: Membuka Mata Dunia untuk Solusi Palestina
Ikatan akidahlah yang menjadi pemersatu kaum muslimin
Pengabaian para penguasa negeri muslim terhadap saudaranya, menunjukan bukti kerusakan sekat nasionalisme
Penulis Yeni Marlina, A.Ma
Pemerhati Kebijakan Publik dan Aktivis Muslimah
Siddiq-news.com, OPINI -- Aksi akbar yang cukup menggentarkan dan membuka mata dunia semoga menjadi 'trigger' seluruh umat Islam menunjukan kepedulian dan perhatian serius terhadap saudara-saudara kita di Palestina.
Sabtu, 8 Juni 2024 telah berlangsung aksi akbar yang dihadiri sekitar 15 ribu peserta memadati jantung kota Jakarta, tepatnya di area patung kuda-Monas Jakarta. Dilakukan long march menuju kedutaan Amarika Serikat. Aksi yang bertema "Hentikan Genosida Muslim Palestina", menjadi seruan utama dalam orasi aksi.
Telah nyata dan tidak bisa dielakan dari fakta apa yang tengah terjadi menimpa saudara-saudara muslim di Gaza adalah sebuah tragedi genosida. Tak cukup seruan kemanusiaan atau sekedar peduli dan empaty, namum harus ada langkah serius yang bisa menghentikan ini semua.
Sebagai bagian dari umat muslim dunia, dimanapun kita berada sejatinya harus memiliki rasa yang sama, sebagaimana sabda Rasulullah saw. :
"Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya). " (HR Bukhari dan Muslim)
Isyarat dari Rasulullah saw. kepada orang-orang yang beriman bahwa mereka bersaudara bagaikan satu tubuh yang tak bisa dipisahkan. Ironisnya hari ini realita yang ada sebaliknya, kesusahan dan kesakitan sebagian umat Islam di belahan negeri lain tak sanggup diobati oleh saudaranya sendiri.
Palestina sedang merintih kesakitan, pedih, dan perihnya derita yang mereka alami sejak 7 Oktober 2023 lalu akibat kebiadaban dan kebengisan Zionis. Bukan hanya derita dan air mata, bahkan nyawa dan segala yang ada habis diluluh lantakan oleh entitas Yahudi Israel. Gaza dibombardir, titik sasaran yang tak pandang bulu diarahkan kepada seluruh penduduk Gaza, anak-anak, wanita dan para orang tua. Banyak yang berguguran kehilangan keluarga dan saudara. Tercatat hingga bulan Mei 2024 sekitar 36.171 warga Palestina tewas dan 81.420 lainnya terluka. Jumlah akan terus bertambah, kenyataannya aksi bengis Israel terus digencarkan. (mediaumat, 8/6/2024)
Keterlaluan, tak ada kata yang bisa menggambarkan kebiadaban Zionis. Kebiadaban yang sudah di luar batas. Memicu hujatan banyak pihak, mengecam, mengutuk bahkan menuntut agar entitas Yahudi penjajah diseret ke pengadilan internasional tertinggi. Namun, sayang mereka bergeming tanpa reaksi bahkan tak henti terus melakukan serangan hingga Kota Rafah yang menjadi persinggahan terakhir warga Gaza untuk mengungsi. Tak ada lagi tempat aman bagi mereka yang disana.
Genosida, upaya menghabisi dan membumihanguskan seluruh wilayah Gaza tampak secara nyata. Sekalipun gelombang aksi hentikan serangan dan genosida muncul dari masyarakat dunia, tetapi tak satupun yang kuasa selama penguasa dunia memberi ruang kesewenangan kepada Israel. Penguasa dunia bungkam seribu bahasa, tak peduli lagi deretan undang-undang internasional yang mereka bidani kelahirannya. Ternyata, hukum dan undang-undang hanyalah milik mereka bukan untuk seluruh bangsa. Inilah aturan sistem Kaptitalisme, tebang pilih keadilan hanya untuk penguasa dan antek-anteknya.
Umat Islam dunia harus sadar dan membuka mata, tak ada ruang bagi kita selama hidup dalam cengkraman adi daya sang penguasa sekuler. Keberpihakan mereka telah nyata. Pelanggaran aturan main dunia dengan legalitas yang mereka reka bisa tak berguna jika menyangkut muslim dunia.
Keberhasilan sekat negara 'nation state' telah membuat penguasa negeri-negeri muslim mati rasa, hilang kepedulian terhadap saudara sendiri. Sungguh ironis sekedar mengirim tentara dan senjata tak sanggup dilakukan. Padahal, tak ada solusi lain bagi Palestina kecuali dibela dengan bantuan tentara. Di mana tentara-tentara gagah berani milik muslim, tak tersentuhkah mereka dengan derita saudaranya?
Bukankah Allah Swt. memerintahkan kita untuk memberi pertolongan dalam urusan agama, sebagaimana firmanNya :
"(Tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan" (TQS al-Anfal: 72)
Ikatan akidahlah yang menjadi pemersatu kaum muslimin. Pengabaian para penguasa negeri muslim terhadap saudaranya, menunjukan bukti kerusakan sekat nasionalisme.
Membutuhkan upaya penyadaran ke tengah-tengah umat Islam bahwa kehidupan ini membutuhkan sistem adil yang memberikan ruang hak bagi sesama muslim menunaikan tanggung jawab dan kewajibannya. Solusi Palestina tiada lain membutuhkan kehadiran institusi yang akan mengirim tentara dan melindungi mereka dari berbagai bahaya dan ancaman. Institusi tersebut tiada lain adalah sistem kekhilafahan Islamiyah. Melalui kepemimpinan seorang khalifah yang akan merealisasikan syariat Islam secara kafah sebagai jaminan rakyat bisa sejahtera di bawah naungannya.
Semoga gelombang aksi seruan persatuan kaum muslimin di bawah panji kemuliaan Islam membawa pengaruh besar menggelorakan semangat persatuan umat dan bersiap menyongsong persatuan untuk kebangkitan hakiki. Kebangkitan yang menuntun kaum muslimin hanya bertahkim kepada aturan Allah semata bukan aturan kapitalisme-sekuler yang banyak menghasilkan malapetaka. Dengan rela meninggalkan hukum kufur yang tidak diridai Allah. Wallahualam bissawab. []
Seruan yang sama kepada seluruh umat Islam dunia, membebaskan diri dari keterjajahan ideologi sekuler kapitalisme, demokrasi yang sudah basi. Menuju satu pemikiran, perasaan dan aturan yang sama yaitu Islam di bawah naungan Khilafah Islamiyah.[]