Jangan Gagal Paham Solusi Palestina
Konflik yang berlangsung dan berkepanjangan ini sebenarnya adalah pendudukan atau lebih tepatnya penjajahan
Zionis Yahudi datang dan tinggal di wilayah Palestina lalu merebut tanah-tanah warga Palestina
Penulis Maya Dhita
Pegiat Literasi
Siddiq-news.com, OPINI -- Di berbagai wilayah dunia, dari berbagai kalangan dan lapisan masyarakat, turun jalan melakukan aksi besar-besaran untuk menunjukkan kepedulian mereka terhadap warga Palestina. Mulai dari warga Amerika Serikat, Eropa hingga Asia. Tak terkecuali di Indonesia. Semua satu suara untuk mendesak PBB, mendesak hukum Internasional, mendesak seluruh pemimpin dunia untuk menghentikan genosida yang dilakukan oleh zionis Yahudi Israel kepada warga Palestina.
Gelombang aksi pembelaan terhadap warga Palestina di seluruh dunia ini seharusnya mampu menghentikan kekejaman zionis Israel. Namun, nyatanya tidak. Rupanya kekuatan itu bukan terletak pada suara rakyat, melainkan pada para pemimpinnya. Meski sebagian besar rakyat membela Palestina, tetapi jika pemimpinnya tidak mau menggunakan kewenangannya, kekuatannya untuk bergerak membantu Palestina, maka tidak ada yang terjadi. Atau kalaupun ada, hanya sebatas kecaman dan tuntutan saja.
Berharap pada PBB
Keterlibatan PBB dalam konflik-konflik Israel-Palestina (baca: penjajahan dan perampokan) dimulai sejak dikeluarkannya Resolusi Majelis Umum PBB 181/1947. Hingga saat ini telah lahir puluhan resolusi yang tentu saja tidak memiliki kekuatan apapun untuk menghentikan kebiadaban zionis di Palestina. Meskipun apa yang dilakukan oleh zionis telah melanggar seluruh poin kewajiban internasional semua negara yang tercantum pada piagam PBB. (hukumonline, 8/6/2024)
Segala bentuk tuntutan dan kesepakatan beberapa negara hanya berhenti di atas kertas.
Bahkan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres mengatakan bahwa pihaknya tidak memiliki kekuatan untuk menghentikan perang rezim Israel di Gaza. Bahkan ia mengimbau kepada mereka yang berkuasa untuk melakukannya. Hal ini diungkapkan pada saat konferensi pers di El Arish Mesir, Sabtu (23/3/2024) waktu setempat. (antaranews, 24/3/2024)
Solusi Dua Negara
Konflik Palestina dan Israel yang terus memanas dan tak kunjung berhenti, membuat Indonesia dan hampir sebagian besar negara di dunia terus mendorong solusi dua negara agar Palestina diakui secara berdaulat sebagai satu negara yang berdampingan dengan Israel.
Namun pendudukan zionis Yahudi atas sebagian besar wilayah di Palestina menghalangi warga Palestina untuk membentuk negara sendiri. Sejak tahun 1967 warga Palestina hidup di bawah kekuasaan militer Israel.
Secara jelas, Netanyahu tidak mau mengakui keberadaan Palestina sebagai sebuah negara, dan malah terus memperluas daerah pendudukannya. Ia bersikeras mempertahankan kendali militer dan terus mempertahankan kekuasaan atas wilayah Palestina.
Hal ini berarti mendukung solusi dua negara sama dengan mendukung legitimasi perampasan tanah-tanah Palestina dan mendukung terbentuknya negara ilegal Israel. Inilah yang diharapkan oleh Inggris dan dijaga oleh Amerika.
Keberadaan negara ilegal zionis di tanah Palestina adalah sumber rasa sakit dan kehinaan. Solusi dua negara adalah bentuk pengkhianatan terhadap perjuangan Rasulullah, para sahabat dan para Syuhada yang telah membebaskan Al-Aqsa.
Maka sudah seharusnya kita sebagai muslim menolak mentah-mentah gagasan batil ini. Jangan sampai kita melemah dan mengamini resolusi zalim.
Akar Masalah
Konflik yang berlangsung dan berkepanjangan ini sebenarnya adalah pendudukan atau lebih tepatnya penjajahan yang dilakukan oleh zionis Yahudi terhadap rakyat Palestina. Mereka datang dan tinggal di wilayah Palestina lalu merebut tanah-tanah warga Palestina. Mereka merebut jengkal demi jengkal tanah Palestina tanpa merasa bersalah sedikitpun.
Maka satu-satunya cara untuk menyelesaikan permasalahan ini adalah dengan perlawanan untuk mengambil kembali semua yang telah dirampas dan mengembalikan kepada pemiliknya.
Panggilan Akidah
Bak tubuh yang sakit, maka penderitaan yang dialami warga Palestina sejatinya adalah penderitaan bagi kita. Kita memiliki ikatan yang kuat yaitu ikatan akidah. Dengan ikatan ini, umat muslim yang besar ini seharusnya mampu mengalahkan rezim zionis Yahudi dengan mudah.
Untuk itu itu diperlukan satu komando yang bisa menggerakkan tentara muslim dunia untuk membantu saudara kita di Palestina. Dibutuhkan satu komando yang akan meneriakkan jihad fii Sabilillah.
Semua itu hanya bisa terwujud saat umat menginginkan tegaknya khilafah di tengah-tengah mereka. Khilafahlah yang akan memberangkatkan tentara-tentara muslim untuk melawan zionis Yahudi. Khilafahlah yang mampu memecah sekat-sekat nasionalisme dan mewujudkan satu kepemimpinan umat di dunia. []