Menyikapi Bencana Menimpa Kita

Daftar Isi
Oleh : Febrino, S. Pd. I
(Guru Bhs. Arab MTsN 7 Agam) 

Pada beberapa hari dan minggu belakangan ini, kita banyak mendengar, kita banyak melihat dan menyaksikan, baik secara langsung maupun melalui media sosial, bencana menimpa negeri kita, kampung kita ini. 

Ada gunung meletus, longsor, banjir bandang, banjir lahar dingin, ada jalan yang putus dan lain-lain.

Coba kita merenung sejenak, kenapa Allah datangkan bencana itu kepada kita? Apakah Allah tidak sayang lagi pada kita? Mungkin ada pikirin seperti ini di dalam kepala sebagian kita. 

Untuk menjawab pertanyaan ini. Maka lihatlah pada diri kita masing-masing jangan kita lihat orang lain, bisa jadi bencana itu datang karena dosa yang kita perbuat, kemaksiatan yang selalu kita lakukan. 


Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala menjelaskan kepada kita dengan terang bahwa :

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Arrum: 41)


Dalam tafsir imam Ibnu Katsir rahimahullah dijelaskan bahwa Abul Aliyah mengataka:

 “barang siapa yang berbuat durhaka atau maksiat kepada Allah di muka bumi, berarti dia telah berbuat kerusakan di bumi, karena terpeliharanya kelestarian bumi dan langit adalah dengan ketaatan. (Tafsir Ibnu Katsir).

Di dalam alquran Allah subhanahu wata’ala juga berfirman:


“dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam Keadaan melakukan kezaliman.”
(QS. Al Qasas: 59)


Dari ayat di atas bisa kita pahami bahwa Allah mendatangkan musibah kepada kita, itu karena kezaliman kita, karena kemaksiatan kita pada Allah, zalim kepada diri sendiri, zalim kepada orang lain, sehingga Allah datangkan musibah kepada kita.

Sebenarnya apa saja maksiat yang sudah kita lakukan? ini pertanyaan mendasar yang harus kita tanyakan pada diri kita masing-masing.

 Bisa jadi karena kita tidak melaksanakan sholat lima waktu sehari semalam, bisa jadi karena hp kita, sehingga kita lalai, dengan hp kita, kita bisa menonton film yang berbau pornografi, bisa jadi dengan hp kita, kita chating atau video call dengan lawan jenis yang bukan mahram yang mengantarkan pada kemaksiatan, dengan hp kita, kita main game, dengan berbagai macam games yang sudah disediakan di dalam hp tersebut, sehingga gara-gara game, sholat kita tinggalkan, kadang kebutuhan jasmani pun kita lalaikan, makan dan minum terlambat, mandi jarang, menolong orang tua tidak sempat lagi, mendengar tausiah agama tidak sempat lagi, bisa jadi dengan hp kita, kita bisa berjudi, semua di dalam hp kita itu semua sudah ada, ada jalan kebaikan dan ada jalan keburukkan, tergantung orang yang memegang hp. 

Bisa jadi dengan hp kita, kita membuat tulisan yang menyakiti saudara kita, bisa jadi dengan hp kita, kita mempublis atau membagikan foto-foto kita yang memakai pakaian terbuka aurat. 

Bisa jadi dengan hp kita, kita sibuk dengan live diberbagai media sosial, sehingga membuat kita lalai dengan kebaikan-kebaikan yang ada. 

Atau pacaran di tempat-tempat wisata, bermaksiat secara terang-terangan, berboncengan di atas motor dengan lawan jenis yang bukan mahram, makan dan minum di cafe dengan yang bukan mahram, sehingga membawa kita pada kemaksiatan, sehingga ini semua mendatangkan kemurkaan Allah subhanahu wata’ala. 

Allah hancurkan tempat-tempat seperti itu dengan seketika. 

Allah datangkan bencana di tempat tinggal kita, kalau Allah mendatangkan bencana pada kita, maka tidak hanya menimpa orang yang berbuat maksiat saja, orang yang taat pun terkena musibah tersebut, bagi orang yang berbuat maksiat maka musibah itu merupakan azab bagi mereka dan bagi orang yang taat, orang yang baik, maka musibah itu merupakan rahmat bagi mereka dan jika mereka mati, insyaallah dalam keadaan syahid. 

Dari ayat di atas yang menjelaskan bahwa “telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh ulah tangan manusia”. Ini juga bisa diartikan dengan manusia yang merusak alam seperti menebang pohon sembarangan, tanpa menanamnya kembali, membuang sampah ke dalam sungai. Sehingga terjadilah bencana tersebut, yang jelas bagi seorang muslim bencana itu terjadi atas kehendak Allah subhanahu wata’ala dan hanya kepada-Nyalah kita berlindung dari segala bencana. 

Kalaw kita sudah tau sebabnya, diantaranya seperti yang kita sebutkan di atas, maka pertanyaan yang harus kita munculkan lagi adalah bagaimana cara menyikapi musibah yang telah menimpa kita atau saudara kita itu?

Dan apa yang harus kita lakukan agar musibah itu tidak terjadi lagi pada kita dimasa yang akan datang. 

Marilah kita bahas satu-persatu, mulai dari pertanyaan pertama yaitu bagaimana kita menyikapi musibah yang telah menimpa kita atau saudara kita?

Ini pertanyaan yang sangat kita butuhkan jawabannya pada saat kondisi sekarang ini, agar kita tidak larut-larut dalam kesedihan dan kegelisahan serta ketakutan berlebihan.

1. Jadikan musibah ini untuk memuhasabahi diri kita

Mungkin selama ini kita telah banyak berdosa pada Allah, atau kita telah merusak alam, sehigga Allah tegur kita dengan bencana alam ini, boleh jadi sekarang kita tidak kena dan bisa jadi suatu saat, kita yang akan ditimpa musibah, maka berhati-hatilah kita dalam hidup ini, marilah kita jauhi perbuatan maksiat dan keburukkan dan kita jauhi perbuatan merusak lingkungan kita. Karena perbuatan semacam ini akan mengundang kemurkaan Allah Allah subhanahu wata’ala. 

Karena Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam surat Al Qasas: 77 yang berbunyi:

“dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

2. Kita harus sabar dalam menghadapi musibah

Kita harus sabar dalam menerima taqdir Allah, inilah momen bagi kita, untuk menunjukkan bahwa kita yakin dengan rukun iman yang ke enam yaitu beriman kepada qadar baik dan qadar buruk, orang yang bagus keimanannya, maka dia akan ikhlas dalam menghadapi musibah ini, dia akan tenang dan dia menyerahkan semuanya pada Allah. Allah subhanahu wata’ala berfirman:


“Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan sholat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.
(QS. Al Baqarah: 153)


3. Kita harus berhusnuzhoan pada Allah subhanahu wata’ala

Bisa jadi musibah yang menimpa kita, bentuk sayang Allah pada kita, sama seperti kita kalau berbuat salah ditegur oleh orang tua kita, karena orang tua kita sayang pada kita agar kita tidak larut dalam keburukkan, sehingga orang tua menegur kita, apalagi Allah yaitu Tuhan kita dan Tuhan orang tua kita, tentu lebih tau yang terbaik untuk kita dari pada orang tua kita, karena Allah sayang sama kita maka Allah tegur kita dengan musibah agar kita kembali ke jalan yang benar, jalan yang Allah ridhoi, jadi kita harus berhusnuzhoan kepada Allah. 


Nabi sholallahu alaihi wasallam bersabda dari hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Anas bin Malik Radhiallahu’anhu, nabi sholallahu alaihi wasallam bersabda:

إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوبَةَ فِى الدُّنْيَا وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَفَّى بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ


“Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak.” (HR. Tirmidzi no. 2396, hasan shahih kata Syaikh Al Albani rahimahullah).


Selanjutnya pertanyaan kedua yaitu: apa yang harus kita lakukan agar musibah itu tidak menimpa kita lagi atau dijauhkan dari kita?


1. Kembali kepada Allah subhanahu wata’ala. Allah berfirman

وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).” [Al-A’raf/ 7: 168]

Dengan kita kembali kepada Allah, yaitu dengan melakukan amal sholeh, melakukan kebaikkan, berbuat baik pada orang lain, berinfaq atau bersedekah pada orang lain bertaqwa kepada Allah subhanahu wata’ala, dan menjauhi kemaksiatan maka Allah akan menjauhkan kita dari musibah dan bencana.

2. Bertaubat

Taubat secara bahasa adalah kembali, secara istilah syar’i taubat adalah kembali kepada Allah karena takut akan azab Allah, bertekad dengan sepenuh hati untuk tidak mengulangi perbuatan maksiat yang pernah dilakukan, dan selalu berusaha melakukan amal yang baik. adapun bertaubat ini mempunyai syarat-syarat agar taubatnya diterima Allah yaitu:

a. Taubat dilakukan dengan ikhlas karena Allah, bukan karena ditangkap polisi, bukan karena ketauan bermaksiat. Dan lain-lain

b. Menyesal dengan sepenuh hati dari perbuatan dosa yang pernah dilakukan

c. Segera berhenti dari perbuatan dosa yang pernah dilakukan

d. Bertekad dengan sekuat hati untuk tidak mengulangi dosa yang pernah dilakukan tersebut

e. Melakukan taubat sebelum taubat tidak diterima Allah lagi, diantara waktu tidak diterima taubat adalah

# Bersifat umum, yaitu berlaku untuk semua orang, waktunya yaitu ketika matahari telah terbit dari barat, nabi sholallahu alaihi wasallam telah bersabda

Dari Abu Hurairah, radhiallahu ‘anhu, nabi sholallahu alaihi wasallam bersabda:

مَنْ تَابَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا تَابَ اللهُ عَلَيْهِ

“Siapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari tempat terbenamnya maka Allâh akan menerima taubatnya.”[HR. Muslim]


# Bersifat khusus yaitu berlaku untuk masing-masing pribadi, waktunya yaitu ketika nyawa telah sampai di tenggorokkan, nabi telah bersabda, dari Abdullah Bin Umar radhiallahu’abhuma nabi sholallahu alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَالَمْ يُغَرْغِرْ

“Sesungguhnya Allâh menerima taubat seorang hamba selama nyawanya (ruhnya) belum sampai tenggorokan.” [HR. Ahmad, at-Tirmidzi dan Beliau berkata hadits hasan)

3. Perbanyak istighfar pada Allah, minta ampun pada Allah, taubat kita pada Allah, dengan kita beristighfar, Allah akan menjauhkan kita dari segala macam bencana dan kejahatan.

Allah subhanahu wata’ala berfirman:

“dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun” (QS. Al Anfal: 33)

Dari ayat di atas dapat kita pahami bahwa Allah tidak akan mengazab orang-orang yang selalu minta ampun pada Allah, jadi agar azab Allah jauhkan dari kita, maka biasakanlah beristighfar kepada Allah subhanahu wata’ala. Beristighfar tidak hanya di mulut saja tapi hadirkan dari hati kita, bahwa kita ini bersalah pada Allah, mintak ampun kepada Allah. Mudah-mudahan dengan banyak kita beristighfar pada Allah, maka akan dijauhkan musibah dan bencana dari kita.

4. Segera beramal sholeh 

Agar bertambah keimanan dan ketaqwaan kita pada Allah, dengan bertambahnya keimanan dan ketaqwaan pada Allah, maka Allah akan menyayangi kita, meridhoi kita. Keimanan dapat bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan, kalau kita selalu beramal sholeh, seperti mengerjakan sholat lima waktu, bagi laki-laki di mesjid, perempuan boleh di rumahnya, puasa sunat, sholat tahajud, sholat duha, dzikir kepada Allah, ini kita lakukan dengan kontiniu, maka keberkahan dan kebaikkan akan datang menghampiri kita. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اُولٰۤئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِۗ٧ جَزَاۤؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنّٰتُ عَدْنٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَاآ اَبَدًا ۗرَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ ۗ ذٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهٗ  )البينة : 7-8(

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada -Nya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya”.  [al-Bayyinah/98: 7-8].

Dari ayat ini dapat kita pahami bahwa Allah, meridhoi orang yang beriman dan beramal sholeh, kalau Allah telah ridho pada kita, pasti Allah sayang pada kita, kalau Allah telah sayang pada kita, maka kita akan dijauhkan oleh Allah dari musibah dan bencana.

5. Melakukan kebaikkan pada orang lain

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

صَنَائِعُ المَعْرُوفِ تَقِي مَصَارِعَ السُّوءِ وَالصَّدَقَةُ خَفِيّاً تُطْفِىءُ غَضَبَ الرَّبِّ

“Berbuat kebaikan akan menjaga dari kebinasaan yang buruk ; dan bersedekah secara sembunyi-sembunyi akan memadamkan murka Ar-Rabb”. [HR. Ath-Thabrani]

6. Berdoa pada Allah subhanahu wata’ala.

Berdoalah pada Allah subhanahu wata’ala, agar kita dijauhkan dari musibah dan bencana, mintaklah pada Allah perlindungan dan keselamatan, karena hanya Allah lah yang dapat melindungi kita dan memberi keselamatan pada kita. Yakinlah doa kita dikabulkan Allah. Allah subhanahu wata’ala berfirman. 

“Berdoalah kalian kepada-Ku, niscaya pasti akan Aku kabulkan

(QS. Al Mukmin: 60).

Wallahua’lam bish shoawab.