Kekerasan dan Isu Berbasis Gender

Daftar Isi

 


Shiddiq-news.com-Kasus penganiayaan terhadap istri dan anak di Depok, Jawa Barat, yang berujung pada kematian merupakan bentuk kekerasan berbasis gender yang ekstrem.

Dilansir dari Republika.co.id. (6/11/2022), Anggota Komnas Perempuan Rainy Hutabarat memandang pembunuhan terhadap anak perempuan merupakan kekerasan berbasis gender yang ekstrem sebagai puncak dari kekerasan dalam rumah tangga.
Rainy mengatakan pembunuhan tersebut bukan tindak kriminal biasa sehingga pelaku perlu dihukum dengan pemberatan.

Ironi yang menyesak dada, bagaikan jamur yang tumbuh di musim hujan. Peribahasa ini sangat tepat untuk menggambarkan kondisi kekerasan yang makin marak terjadi di Indonesia. Kisah keramah-tamahan khas negeri ini seolah tenggelam akibat pemberitaan kasus kekerasan yang masif setiap harinya. Ada ibu bunuh anak, ada anak bunuh orang tua. Ada suami bunuh istri begitu pun sebaliknya. Kaum muda yang diharapkan mampu menjadi tonggak perubahan bangsa pun tak luput dari kasus kekerasan.
fenomena seperti ini tak seharusnya dibiarkan tumbuh subur.

Kekerasan yang terjadi tidak hanya menimpa pada yang berbeda gender bahkan yang sesama genderpun mengalami nasib jauh lebih mengenaskan.
                                                                           
Dilansir dari TVonenews.com (23/10/2022), pasangan suami istri di Kota Medan, Sumatera Utara, diduga cekcok hingga sang istri tewas bersimbah darah di pinggir jalan Mandala By Pass, Kec. Medan Tembung, Kota Medan, Sumatera Utara pada Sabtu (22/10/2022) sekitar pukul 23.00 WIB. Menurut informasi sang istri yang tewas dibunuh suaminya di pinggir jalan Mandala By Pass dengan menggorok leher bagian belakang.

Sementara itu, kasus bunuh diri yang melibatkan ibu dan anak kerapkali terjadi. Baru-baru ini menimpa warga Tulungagung, Jawa Timur.

Kasus kekerasan di atas mematahkan asumsi para pegiat gender yang terus memfitnah bahwa kekerasan terjadi karena tidak adanya kesetaraan gender. Maka mereka terus mengupayakan agar umat hari ini mendukung kesetaraan gender sebagai solusi.

Sekularisme Kapitalisme Biang Kerok Fenomena Kekerasan

Fenomena kekerasan yang terjadi di semua lapisan masyarakat ini tak boleh dibiarkan. Negara sudah seharusnya hadir mengatasi fenomena kekerasan dengan sungguh-sungguh. Ibarat bola salju, jika dibiarkan menggelinding di atas es maka ia akan semakin membesar. Memperbanyak rumah tahanan dan kamera tersembunyi bukanlah solusi yang tepat. Perlu kita pahami bahwa kekerasan terjadi akibat banyak faktor.

Pertama, adanya keinginan untuk memperoleh sesuatu yang berharga, penting, dan bergengsi.
Kedua, kontrol sosial yang sudah tidak lagi berfungsi.
Ketiga, adanya permasalahan yang muncul dan memicu terjadinya permusuhan antara individu/kelompok masyarakat.
Keempat. Tidak bisa lagi individu mengendalikan/mengontrol emosi dirinya sendiri.
Kelima, berpikir/memiliki prasangka buruk terhadap orang lain.

Paparan faktor penyebab terjadinya kekerasan di atas pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh mindset (persepsi) seseorang dalam memandang hidup. Manusia berperilaku sesuai persepsinya, dan persepsi dipengaruhi oleh pemikiran. Hakikatnya yang bercokol di tengah masyarakat adalah sekularisme kapitalisme.

Pola pikir dan pola sikap masyarakat sekularisme kapitalisme tampak pada gaya hidup yang materialistik dan jauh dari penghambaan kepada Sang Khaliq.

Ketika manusia dijauhkan dari Tuhannya, maka yang terjadi adalah kerusakan. Sebanyak apapun kamera tersembunyi dan rumah tahanan, tidak akan mampu meredakan tindak kriminalitas. Kondisi inilah yang terjadi di negeri ini.

Meluasnya kekerasan fisik disebabkan sistem hidup yang rusak dan merusak. Manusia dicetak seakan-akan hanya untuk memenuhi hawa nafsunya. Dampak lainnya, si kaya makin kaya sedangkan si miskin makin miskin. Walhasil, manusia cenderung berpikir pragmatis. Saat punya persoalan entah ekonomi maupun sosial, tak sedikit yang mengambil jalan pintas dengan cara kekerasan. Ditambah lagi, hukum pidana terhadap pelaku kekerasan di Indonesia nampak tidak memberikan efek jera. Akibatnya, keamanan warga negara tergadaikan, sungguh miris.

Solusi Sistemis Atasi Fenomena Kekerasan

Memang mayoritas rakyat negeri ini beragama Islam. Akan tetapi, Islam baru sebatas dijalankan dalam ranah ibadah spiritual. Padahal Islam diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. sebagai akidah ruhiyah (spiritual) dan akidah siyasiyah (solusi problematika hidup).

Islam adalah ajaran agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan, mulai perkara ibadah sampai ekonomi bahkan pemerintahan.

Sejarah peradaban Islam telah membuktikan, bahwa penerapan aturan Islam secara komprehensif mampu meminimalisir tingkat kriminalitas.
Sistem Islam mencetak manusia-manusia bertakwa yang terdorong untuk berbuat kebajikan. Meski manusia yang berperilaku jahat tetaplah ada. Namun fenomena kejahatan dan kekerasan tidak sebanyak yang terjadi dalam sistem hidup hari ini.

Selain itu, sistem Islam memiliki perangkat hukum yang memberikan efek jera dan pencegahan. Sebab yang membuat aturannya adalah Allah Swt Sang Pencipta dan Sang Pembuat Hukum yang tentu lebih paham tentang seluk beluk manusia. Sebagai contoh dalam perkara kekerasan yang berujung kematian. Hukuman yang layak untuk pelaku pembunuhan adalah hukuman mati. Kecuali jika ahli waris si terbunuh memaafkan. Maka hukumannya adalah diyat (denda) sebanyak seratus ekor unta dan empat puluh di antaranya sedang bunting.

Hukuman ini menunjukkan bahwa nyawa manusia sangat berharga.
Islam sangat menjaga terpeliharanya keamanan di tengah masyarakat.

"Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" (TQS. Al-Maidah ayat 50).

Fenomena kekerasan yang meluas di negeri ini butuh solusi sistemis. Yakni merubah sistem hidup yang fasad (rusak) menjadi sistem yang shahih (benar). Sedangkan satu-satunya sistem hidup yang shahih hanyalah Islam.

Penerapan aturan Islam secara komprehensif Insyaa Allah akan mampu atasi segala problematika kehidupan, termasuk perkara kekerasan dan itu adalah kenyataan yang tak terelekan.

Wallahu a'lam bishawwab

Penulis: Dian Safitri
(Kontributor Shiddiq-news.com)