Mengapa Kita Harus Makan ?

Daftar Isi

 

Siddiq-news.com-- Allah telah memberikan manusia berbagai potensi, yaitu: potensi kebutuhan jasmani, potensi naluri, dan potensi akal.


Yang akan penulis bahas disini salah satunya Potensi kebutuhan jasmani adalah potensi yang menuntut pemenuhan yg wajib dipenuhi. Potensi ini mendorong manusia untuk melakukan aktivitas tertentu, yang sifatnya harus.


Seperti, manusia butuh makan, minum, buang air, berlindung dari hujan dan panas, semua perkara ini haruslah terpenuhi.


Artinya jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka manusia akan celaka dan bahkan bisa mati.


Dalam memenuhi kebutuhan jasmani ini cara mendapatkan nya haruslah dengan cara yang di ridhoi Allah dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw.


Seperti makan dan minum, kita memang harus makan dan minum agar bisa bertahan hidup, namun Islam juga mengatur dari mana makanan yang kita makan, halal kah zat nya, bagaimana cara kita mendapatkan nya, dan bagaimana cara kita memakannya, semua itu ada aturannya.


Karna jika makanan yang kita makan adalah makanan yang haram, dan cara mendapatkan nya dibenci Allah, maka akan berpengaruh kepada hati dan perbuatan kita.


Seperti kata imam Al-Ghazali berkata: 

“Siapa saja yang makan makanan yang haram, maka bermaksiatlah anggota tubuhnya, mau tidak mau” (Ihya 'Ulum al-Din, jilid 2, hal. 91). 


Nah, dari kutipan diatas dapat kita ketahui bahwa begitu besar pengaruh makanan ini dalam tubuh kita, maka hendaklah kita memperhatikan apa yang kita makan.


Memenuhi kebutuhan jasmani sangat penting untuk kelangsungan hidup kedepannya, karna makanan dan minum adalah sumber energi untuk kita bisa beraktivitas, beribadah, bekerja, belajar, dll.


Bahkan makanan pun dapat mempengaruhi mustajab/ tidaknya do'a kita, waw.. keren yah. 


Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ ( يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّى بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ) وَقَالَ (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ) ». ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ ».

“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thoyyib (baik). Allah tidak akan menerima sesuatu melainkan dari yang thoyyib (baik). Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya: ‘Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’ Dan Allah juga berfirman: ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah kami rezekikan kepadamu.'” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah menempuh perjalanan jauh, sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a: “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dari yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do’anya?” (HR. Muslim no. 1015)


Begitu pula Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan pada Sa’ad,

أطب مطعمك تكن مستجاب الدعوة

“Perbaikilah makananmu, maka do’amu akan mustajab.” (HR. Thabrani )


(Aniyah_Chan: Penulis)