Menguatkan Jati Diri Islam

Daftar Isi



SIDDIQ-NEWS.COM--Tidak terasa 2022 akan segera berakhir, itu artinya dalam satu tahun lagi 2024 akan segera tiba. Selain itu pada tahun 2024 nanti kepemimpinan Presiden Joko Widodo akan segera berakhir. Dari berbagai partai politik banyak yang menyalonkan diri untuk menggantikan Presiden Jokowi. Mereka sudah memulai beragam kegiatan untuk mempromosikan dirinya kepada penduduk Indonesia. Mulai dari disebarnya bantuan-bantuan sosial hingga terjun ke lapangan, blusukan menemui rakyat-rakyat kecil. 


Bukan hanya itu, dari beberapa partai politik banyak yang melakukan manuver berupa tuduhan-tuduhan kepada partai politik Islam. Hal itu disebabkan salah satunya karena mereka khawatir dengan kekalahan yang pernah dialami. Yaitu pada kekalahan Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta di tahun 2017. Partai-partai sekuler ini menuduh kalau kelompok Islam selalu melalukan "politisasi agama", memainkan "politik identitas".


Alasan mereka melakukan itu tidak lain agar muslim tidak memberikan suaranya terhadap calon presiden dan calon wakil presiden yang mendukung Islam. Mereka (partai sekuler) takut jika kekuasaan yang dipegang oleh pemimpin Islam dapat menyingkirkan rencana-rencana zalim yang telah dirancangnya.


Muslim Harus Cerdas


Dalam pemilihan calon presiden dan calon wakil presiden tentunya membutuhkan suara rakyat. Namun sebagai rakyat muslim haruslah cerdas dalam memilih pemimpin. Muslim yang cerdas tidak akan mudah terpengaruh oleh kalimat-kalimat yang digunakan oleh golongan sekuler anti-Islam. Misalnya ketika Islam dituduh melakukan "politisi agama", padahal merekalah sesungguhnya yang melakukan perkara itu.


Partai sekuler anti-Islam ini melakukan berbagai tindakan yang merupakan sebuah kebohongan atau kepura-puraan. Tindakan yang dimaksud adalah dengan melakukan kecurangan terhadap identitasnya bahkan keyakinannya. Pada faktanya setiap mendekati pemilu baik pilpres maupun pilkada, mereka yang berawal dari kaum radikal-sekuler anti-Islam, atau umat non-muslim (kasus Ahok), tiba-tiba berperilaku seolah muslim yang taat. Mulai dari cara berpakaian yang berubah, menjadi laki-laki bersarung, mengenakan peci dan perempuan berkerudung. Hingga aktivitas ibadahnya (salat, zikir hingga umrah) didokumentasikan dan disampaikan pada media dengan tujuan semata-mata ingin terlihat shalih di mata rakyat awam.


Adapun tuduhan mereka terhadap kelompok Islam mengenai "politik identitas", bertujuan agar umat muslim awam terpengaruh dengan tuduhan-tuduhannya sehingga mereka tidak berpegang teguh pada jati diri sebenarnya.


Itulah yang diharapkan oleh pihak-pihak sekuler. Mereka sesungguhnya khawatir kalah tersebab fatwa yang dikeluarkan pada tahun 2017 tentang "haram memilih pemimpin kafir". Oleh karena itu sebagai muslim mesti cerdas, agar dapat memilih pemimpin yang sebenarnya dibutuhkan oleh umat yaitu pemimpin Islam.


Kewajiban Muslim Menguatkan Jati Diri Islam


Islam diturunkan sebab adanya ayat-ayat Al-Qur'an yang disampaikan kepada Rasulullah. Al-Qur'an selain menjadi pedoman bagi umat Islam, juga sebagai petunjuk umat. Salah satu ayat Al-Qur'an yang menerangkan mengenai kewajiban menjalankan Islam secara kafah terdapat dalam Surat Al-Baqarah ayat 208:


"Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara menyeluruh dan janganlah ikuti langkah-langkah setan! Sungguh ia musuh nyata bagi kalian."


Dalam kitab Tafsir Imam Al-Qurthubi, dijelaskan bahwa Allah Swt. menerangkan kepada semua umat manusia baik mukmin ataupun kafir, bahwa Allah memerintahkan semua umat manusia untuk berhimpun dalam satu agama, yaitu Islam. Adapun dalam ayat tersebut, kata "as-silmi" yang bermakna Islam. Menurut pernyataan Mujahid dan diriwayatkan oleh Abu Malik dari Ibnu Abbas.


Masih dalam kitab yang sama, dalam penafsiran mengenai surat Al-Baqarah ayat 208 tersebut, Imam Al-Qurthubi menafsirkan kata "kafah" dengan 2 tafsiran dari "menyeluruh". Maksudnya adalah seluruh ajaran Islam. Dan yang kedua adalah menolak yang lain di luar Islam. Dari makna keduanya didapati bahwa sebagai muslim wajib menerapkan seluruh ajaran Islam, tidak ada campur tangan lain dari luar Islam. Inilah yang disebut dengan "silmi kaffah" yaitu Islam yang menyeluruh. 


Jika sudah disebutkan Islam kafah artinya adalah umat Islam mesti menerapkan syariat Islam dari berbagai aspek kehidupan. Seperti sosial, politik, ekonomi, budaya, pendidikan dan sebagainya. Seluruh aspek kehidupan harus bersumber dari Al-Qur'an dan as-sunnah. 


Misalnya saat ini sedang membahas tentang pemilu. Pemilu merupakan salah satu kegiatan dalam berpolitik. Sebagai muslim yang cerdas, kita mesti mengetahui cara berpolitik sesuai dengan ajaran Islam.


Menurut Syaikh Muhammad Taqiyuddin an-Nabhani, politik adalah mengurusi urusan umat di dalam dan luar negeri. Hal itu dilaksanakan negara dan umat bersamaan. Negara sebagai pengurus umat secara langsung baik dalam negeri ataupun luar negeri. Dan umat berperan sebagai pengoreksi negara. 


Cara negara mengurusi umat adalah dengan menerapkan sistem Islam secara menyeluruh. Dan cara umat melakukan tugasnya adalah dengan mengoreksi penerapan sistem Islam oleh penguasa jika terdapat penyimpangan.


Penerapan sistem Islam adalah wajib hukumnya. Itulah sebabnya muslim mesti menguatkan jati diri Islam dan berbangga menjadi muslim. 


Maka dari itu, muslim diperintahkan untuk menegakkan sistem Islam dan menerapkan syariat Allah dalam melakukan politik dan segala aspek kehidupan lainnya.


Pentingnya Menjalankan Dakwah


Adapun mengurusi umat di luar negeri adalah dengan cara menyebarkan Islam ke ke seluruh pelosok dunia. Jika kita sungguh-sungguh bangga sebagai umat Islam, kita mesti memperkuat jati diri Islam. Kewajiban seorang muslim adalah berdakwah atau menyampaikan suatu hal mengenai Islam. Tidak ada satu alasan untuk takut berdakwah, karena dengan cara berdakwah dan mengajak umat untuk menerapkan syariat Islam bisa menjadi jalan untuk mengalahkan beberapa calon pemimpin dari kalangan sekuler anti Islam.


Karena Allah berfirman dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 42, yang melarang kita mencampur-adukkan kebenaran dengan kebatilan. Dan juga tidak menyembunyikan kebenaran padahal kita tahu. 


Bukti dari ketakwaan terhadap Allah Swt. adalah dengan menguatkan jati diri Islam, itu merupakan salah satu ajaran dari dakwah Islam yang mesti diagungkan.


Wallahualam bissawab.


Penulis: Silmi Safirah Rojannah

Pegiat Dakwah