Pentingnya Qawwamah dalam Keluarga

Daftar Isi


Sisdiq-News.com - Keluarga terdiri dari suami, istri, dan anak-anak. Ketiga bagian dalam keluarga ini memiliki peranan yang sangat penting bagi fondasi penguat sebuah keluarga. Seorang suami bertindak sebagai qawwamun, yakni penanggung jawab, pelaksana kepemimpinan, dan pengayoman, termasuk dalam hal pemberian nafkah atas istri dan anak-anaknya. Kemudian seorang istri bertindak sebagai ummu wa rabbatul bait yang menjaga keluarga dan mendidik generasi peradaban Islam.


Faktanya, peran sebagai qawwamun kini tidak terlaksana. Pasalnya, begitu banyak masalah yang terjadi pada sistem saat ini. Salah satunya persoalan penganiayaan yang dilakukan suami kepada istrinya. Seperti yang penulis kutip dari detikbali.com (31/10/22) bahwa seorang suami tega menebas leher dan kepala istrinya menggunakan parang. Tindakan sadis itu dilakukan oleh suaminya usai mengurungkan niat berangkat ke Malaysia.


Pengambilan keputusan ini dipicu cekcok antara pelaku dan korban. Pasalnya sebagai qawwam merupakan peran suamilah untuk memberikan nafkah bagi keluarga. Ketika adu pendapat ini terjadi, pelaku sudah tidak mampu menahan emosinya hingga menebas istri. Setelah melakukan perbuatan keji seperti ini, bukannya bertanggung jawab, pelaku justru melarikan diri ke desa lain. Kejadian ini menarik perhatian masyarakat dan membuat gempar Lombok Barat.


Hal serupa juga terjadi di wilayah lain seperti di Depok. Kejadian seorang suami sekaligus sebagai ayah yang menganiaya istri dan anaknya hingga meninggal dunia. Lebih mengiris hati di saat penganiayaan ini sudah direncanakan dengan matang. Sungguh ironi kehidupan keluarga saat ini. Seharusnya keberadaan qawwamah dapat memberikan rasa aman dalam keluarga tersebut, bukannya menganiaya apalagi melakukan pembunuhan terhadapnya.


Demikianlah, kejadian seperti ini terjadi akibat diterapkannya sistem  kapitalis demokrasi. Sistem yang telah merusak tatanan kehidupan, juga membentuk gaya hidup hedonis, menuntut setiap keluarga untuk memenuhi seluruh kebutuhan yang ada dan berorientasi pada kepuasan sesaat. Terpengaruhnya keluarga dengan kehidupan yang liberal menjadikan setiap individu bebas melakukan segala hal tanpa memikirkan efek ke depannya.


Lebih parah lagi, gaya hidup seperti ini tidak hanya merusak individu tetapi juga merusak keluarga. Dimana setiap keluarga berusaha untuk melakukan yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang disebabkan oleh naiknya harga bahan pokok. Disusul dengan sedikitnya lapangan pekerjaan, menjadikan kepala rumah tangga bekerja sebagai buruh tani bahkan minimal buruh pasar. 


Sistem kapitalis, membentuk keluarga yang hanya berorientasi pada modal, investasi juga keuntungan yang besar-besaran. Jika hal ini terus terjadi, maka keberadaan sebuah keluarga hanya akan menjadi industri pencetak buruh bukannya pencetak pemimpin.


Lebih dari itu, negara sama sekali tidak menjamin kebutuhan setiap keluarga. Bahkan tidak jarang didapati individu rakyat yang luntang-lantung di jalan karena tidak punya tempat bernaung.


Akibatnya lagi, keberadaan qawwamah hilang sama sekali. Keluarga yang seharusnya diberi rasa aman, pengayoman, dan nafkah, tidak pernah dirasakan. Malah yang terjadi sebaliknya.


Oleh sebab itu, sistem kapitalis demokrasi harus segera dijauhkan dari aspek krusial pembangun generasi pejuang agama Allah yakni keluarga. Sebagai wadah untuk mencetak generasi yang beriman, bertakwa, bertanggung jawab dan memberikan rasa aman kepada agama dan negara.


Adapun Islam menegaskan bahwa keluarga merupakan fondasi pembangun peradaban. Pasalnya peran kepala keluargalah yang krusial. Sebagai pemimpin dalam keluarga, para suami/ayah haruslah mengayomi, menjaga dan bertanggung jawab dalam nafkah. Disusul dengan peran istri sekaligus ibu untuk menjaga rumah tangga dan menjamin pendidikan dasar anak yakni pendidikan Islamnya. 


Ketika peran sebagai ibu sudah terlaksana dengan baik maka bukannya tidak mungkin bagi setiap keluarga dapat mencetak generasi-generasi yang taat terhadap perintah Allah dan beriman kepada-Nya. Juga akan mampu menjadikan generasi pembangun peradaban yang gemilang yakni peradaban Islam.


Kekonsistenan peran dari laki-laki dan perempuan serta korelasi antara keduanya dapat memudahkan pembangunan peradaban Islam sehingga dapat menjadikannya peradaban yang gemilang.


Betapa sangat disayangkan, hal ini tidak akan terjadi pada sistem kapitalis demokrasi. Sistem ini membuat setiap keluarga hanya berorientasi untuk meningkatkan taraf ekonomi dan hanya mementingkan keuangan semata. Sehingga fitrah dalam diri manusia terabaikan dan tidak menunjukkan dominasi. Yang ada hanyalah bagaimana cara meraih keuntungan dan keuntungan semata.


Untuk mengembalikan peran qawwamah kepada keluarga haruslah berpegang teguh pada sistem Islam. Itu karena hanya sistem Islam yang dapat memastikan keadilan bagi semua peran yang ada dalam setiap elemen keluarga.


Di satu sisi, Rasulullah saw., para sahabat dan para sahabiah sudah memberikan contoh yang terbaik seperti apa relasi suami dan istri, siapa yang menjadi qawwam dan siapa yang menjadi ummu wa rabbatul bait. Kedua peran ini memberikan keadilan peran bagi setiap keluarga sehingga dapat mencetak generasi pembangun peradaban Islam. Wallahu a'lam bi ash-shawwab.


Penulis : ST. Nurtinda Tasrif

(Aktivis Dakwah Kampus)