Hanya Korupsi yang Bukan Ilusi di Negeri Ini

Daftar Isi


siddiq-news.com - Tanggal 11 Desember kemarin ICW (Indonesia Corruption Watch) mengadakan aksi sebagaimana tahun-tahun sebelumnya dalam memperingati 'Hari Antikorupsi Sedunia' (Hakordia). Sebagaimana penulis kutip dari media Tirto Id bahwa ICW sendiri menyebutkan bahwa Hakordia tahun ini harus disikapi dengan berkabung atas keruntuhan komitmen negara dan robohnya harapan masyarakat.


Ungkapan demikian jelas bukan tanpa sebab. Karena fakta sepanjang tahun dan tahun-tahun sebelumnya, angka korupsi bertambah dari berbagai lini dan arah. Bukan dilakukan oleh rakyat biasa, tapi para politisi dan mereka yang mengaku sebagai wakil rakyat, perpanjangan tangan agar sejahtera tercipta.


Jika kita tak buta, dan benar-benar menyanggupi untuk sekadar mau melihat fakta. Jangankan para politisi di tatanan pemerintahan pusat. Dalam tatanan pemerintah daerah pun tak kalah sengit. Entah kita yang tak benar-benar tahu atau sekadar tak mau tahu. Praktik korupsi menjadi sesuatu yang lumrah. Terjadi berulang dan menjadi siklus hidup yang sulit dimatikan.


Biaya kampanye yang mahal, mahar yang tidak murah, meniscayakan pengembalian modal katanya. Maka melahirkan banyak proyek dan rencana kerja yang dananya mengalir ke dompet pribadi. Ini sudah menjadi  rahasia publik yang sulit untuk ditutupi.


Siklus politik yang menciptakan pusaran keniscayaan korupsi tercipta inilah yang membesar dan menyentuh segala lini. Pengurusan demi pengurusan dalam pelayanan masyarakat saja banyak pungli. Hanya sedikit yang ter-blow up dan tersorot kamera. Dan ada bejibun yang aman dan baik-baik saja, tetap bergerilya melumat hak rakyat atas nama tanda terimakasih katanya.


Jika kita bertanya kenapa siklus korupsi yang tiada henti ini tercipta. Jawabannya hanya satu. Karena sistemnya merangsang pertumbuhan para koruptor untuk merajalela. Lihat saja indukannya. Tentang iming-iming menyejahterakan rakyat tetapi memodali diri dengan dana pribadi. Masa iya, mereka rela berkorban dengan harta di era kapitalis ini tanpa keuntungan setelahnya?


Logikanya, ketika ada yang berlomba, jelas ada yang ingin dicapai. Dan tidak mungkin tujuan itu untuk merugikan pribadi. Iya kan?


Ditambah pertempuran internal terhadap kepentingan-kepentingan pribadi dan kepentingan fraksi membuat tujuan awal berubah haluan. Dan melahirkan kesewenang-wenangan. Dan ini terbukti, diungkapkan secara gamblang oleh ICW kemarin. Woah banget yah.


Sistem membenarkan, meng-aminkan segalanya. Maka segala hal tercipta dengan sempurna. Sistem yang dibuat oleh manusia yang tak luput dari keterbatasannya sebagai fitrah atas dirinya. Melahirkan aturan yang juga lahir dari manusia. Sekalipun beberapa mengambil dari nash Tuhan, nyatanya itu hanya sebagai pemanis. Sebab faktanya lebih banyak aturan yang bertentangan daripada yang mengaminkan.


Aturan yang dibuat manusia ini pulalah yang menjadi gerbang ketidaktakutan para pemimpin yang bertengger di bangku kuasa untuk melanggar aturan yang ada, menabrak norma yang dibuatnya, jadilah hal demikian menjadi biasa saja. Bertumbuh, menjamur hingga hari ini.


Ditambah hukuman yang tak membuat jera, menambah kegamangan makna keadilan di negeri ini. Para koruptor setelah mengenakan setelan orange akan diantar dengan ikatan di tangan, wajah tersenyum bersama koper yang ditenteng pengawal. Berdada ria ke arah wartawan. Lalu di tahan di tempat yang sangat layak untuk disebut kontrakan.


Maaf saja, melihat beberapa cidukan Mata Najwa pada lapas para koruptor, bagi saya itu bukan penjara, melainkan tempat terindah. Why? Di tempat yang layak dengan kapasitas tempat tidur dan WC dalam, beberapa tersedia TV dan banyak buku. Mohon maaf ini lapas atau kos-kosan? Tidak lagi bekerja, tapi tetap diberi makan enak 3 kali sehari. Woah, fakta ini akan mencubit nurani pengemis dan tunawisma di jalanan sana.


Maka, yang ilusi bukanlah sistem Islam yang menjanjikan sejahtera dalam naungan Islam kafah sebagaimana mereka gaungkan. Padahal buktinya sudah banyak terukir dalam pilin-pilin lembaran sejarah. Melainkan ilusi sejahtera justru lahir dari sistem hari ini, Kapitalisme. Dibuktikan dengan menjamurnya, menjadi terbiasanya fenomena korupsi hari ini.


Lantas, benarkah yang bukan ilusi hari ini justru adalah korupsi di negeri yang kita cintai? Entahlah.


Hanya saja, perkembangbiakan koruptor yang cukup pesat bukan tanpa sebab. Menjamurnya aktivitas korupsi pun bukan tanpa sebab. Maka cara terbaik untuk menemukan solusi adalah dengan mencari sebab. Mencari akar masalah untuk menyelesaikan, memangkas, membunuh, serta melenyapkan akar masalah yang menghancurkan rakyat atas nama 'usaha menyejahterakan rakyat'.


Dan tak lain semua berakar pada sistem. Wallahu a'lam bi ash-shawwab. 


Penulis : Habibah Nafaizh Athaya

(Kontributor Media siddiq-news.com)