Masa Depan Suram Bangsa Akibat Konsep Multipartai

Daftar Isi

 


Penulis : Leihana 

(Ibu Pemerhati Umat) 


Siddiq-news.com -- Perbedaan adalah sebuah keindahan, sebagaimana bunga-bunga yang beraneka warna tumbuh di satu taman, membuat mata yang memandang tidak mudah bosan. Namun, jika perbedaan dalam arah tujuan, mungkinkah seluruh arah itu akan sampai pada tujuan yang sama? Pada akhirnya hanya ada satu arah yang tepat untuk dapat menyampaikan kita pada satu tujuan yang benar. 


Arah jalan demokrasi selama ini belum dapat mengantarkan pada tujuan besarnya saat merdeka yaitu menyejahterakan, mencerdaskan seluruh rakyat di Indonesia. Terlebih lagi pasca reformasi, demokrasi membuka ruang luas untuk bermunculannya banyak partai. Namun, sejauh ini multipartai ini tidak menunjukkan arah yang lebih baik, bahkan justru memicu polarisasi suara rakyat dan melemahkan legitimasi kepemimpinan yang ada.Tidak banyak yang berbeda antara pemilu tahun 2019 dan 2024 mendatang karena aroma multipartai semakin kuat tercium.


Diketahui Komisi Pemilihan umum (KPU) pada 14 Desember lalu telah mengumumkan partai politik yang lolos untuk mengikuti Pemilu 2024 berjumlah 17 partai, sembilan partai di antaranya adalah yang sudah ada di parlemen, empat partai lama yang tidak mendapat kursi di parlemen dan ada empat partai politik baru yang lolos mengikuti pemilu 2024. Beragam tanggapan terhadap  keputusan KPU tersebut terutama dari partai-partai yang tidak lolos bahkan menuduh adanya kecurangan dan tidak transparannya proses verifikasi yang dilakukan KPU, Badan Pengawas Pemilu (BANWASLU) pun menyatakan adanya pelanggaran yang dilakukan KPU adalah pada tata cara dan norma saat melakukan verfikasi kelayakan partai yang lolos saja. Ada pengamat yang mengkhawatirkan adanya partai yang itu-itu saja dan minimnya partai baru yang lolos karena khawatir aspirasi dari akar rumput tidak tersampaikan. Dikutip dari BBC (15/12/ 2022), pengamat politik asal UGM Mada Sukmajati, memiliki pandangan lain bahwa fenomena partai yang itu-itu saja adalah fenomena baik, yaitu stabilitas suara politik. Menurutnya, "Ngapain ada partai baru, untuk apa hanya pemborosan saja?" 


Lolosnya banyak partai menuju Pemilu 2024 juga diduga beberapa partai telah menggunakan cara kotor yang ilegal seperti mencatut identitas KTP rakyat untuk memenuhi persyaratan lolosnya partai tersebut. Republika (16/12/ 2022) menyebut, Komisioner Bawaslu RI Lolly Suhenty menemukan 20.565 identitas warga (nama, NIK) dicatut ke dalam Sistem Informasi Partai Politik (Sipol), sebuah kanal bagi partai mengunggah data keanggotaannya. Pencatut 20 ribu lebih identitas warga itu diketahui lewat posko aduan Banwaslu dan petugas Banwaslu yang mengawasi langsung pelaksanaan verifikasi faktual. 


Verifikasi Parpol menghasilkan banyak partai yang lolos.  Banyak pihak yang berpendapat bahwa makin banyak partai dinilai makin demokratis, dan makin bermanfaat untuk rakyat. Faktanya beban biaya makin besar, yang berarti pemborosan negara. Pemborosan dana itu pun mulai dilakukan oleh para partai untuk memenuhi syarat verifikasi menghalalkan segala cara untuk memenuhi syarat lolos yang berat dan tentu berat juga biayanya. Setelah lolos tentu pemborosan anggaran negara ysng terancam karena setiap partai akan mendapatkan anggaran tersediri untuk kegiatan politiknya. 


Ternyata banyaknya partai juga tidak menjamin suara aspirasi rakyat terangkum seluruhnya. Di sisi lain justru multipartai ini makin menguatkan polarisasi di tengah masyarakat, yang berarti rawan konflik, umat terpecah belah. Dikarenakan banyaknya partai ini juga, tetap memanfaatkan polarisasi politik yang kuat di tengah masyarakt yang terjadi tahun 2019, beberapa partai masih tetap menggoreng isu-isu tokoh politik berkuasa dan oposisi untuk mendapatkan simpati, dukungan rakyat.


Sementara itu banyaknyan partai juga memungkinkan adanya tahapan pemilu, yang akan berujung koalisi antar partai. Koalisi jelas akan meleburkan partai sehingga kehilangan jati diri partai. Legitimasi pemimpin yang terpilih justru akan lemah. Pada akhirnya proses menuju multipartai itu bak omong kosong karena pada akhirnya kembali berkoalisasi pada dua kubu besar. Pada akhirnya pemimpin terpilih pun akan memiliki legitimasi politik yang lemah.


Akibatnya masa depan rakyat dan bangsa Indonesia terlihat semakin suram. Selain harus menelan pil pahit menghadapi krisis ekonomi tahun 2023, rakyat pun harus banyak berkorban, berhemat demi memenuhi anggaran politik multipartai yang sangat berat ini. Kebijakan-kebijakan ekonomi akan semakin memberatkan rakyat demi memenuhi anggaran tersebut. Subsidi dan anggaran urgen untuk kebutuhan pokok rakyat pun kian tersedot untuk anggaran politik yang mahal.


Sedangkan bagi umat Islam tak memiliki tempat bernaung karena saat ini parpol Islam tak ada bedanya dengan parpol sekuler. Parpol yang mengecap dirinya partai Islam dibatasi oleh aturan demokrasi sendiri yang sekuler, sehingga penerapan syariat Islam melalui jalan demokrasi adalah kemustahilan. Adapun partai sekuler yang mendapat suara besar umat Islam pun dapat dengan mudah menolak aspirasi umat Islam–untuk menerapkan syariat–karena sejak awal mereka adalah partai sekuler, memisahkan agama dari kehidupan politiknya.


Adapun dalam sistem Islam munculnya banyak partai politik juga diperbolehkan selama seluruh partai itu tetap menjadikan Islam sebagai landasan berpikir dan aktivitas politiknya pun bersesuaian dengan Islam. Dalam Islam politik adalah riayatusi syuunil ummat (mengatur urusan umat) sehingga aktivitas politik sebuah partai bukan berlomba mencari jumlah anggota dan simpatisan, tetapi berlomba melakukan dakwah agar pengaturan urusan rakyat sesuai dengan syariat Islam.

 

Hal itu dapat dilakukan dengan partai tersebut menjadi bagian penguasa kelak ataupun senantiasa melakukan muhasabah lil hukkam (mengoreksi penguasa) agar selalu melaksanakan wewenang kekuasaannya sesuai syariat Islam kafah. Meskipun banyak partai jika arah pemikiran, tujuan dan aktivitasnya sesuai dengan Islam tidak akan ada pemborosan anggaran karena seluruh partai memiliki landasan yang sama untuk mmperhatikan kepentingan umat di atas segalanya. 


Sebagaimana firman allah Swt., "Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran: 104)


Untuk masa depan rakyat dan bangsa Indonesia yang bersinar cemerlang tidak ada jalan lain selain kembali melanjutkan kehidupan Islam kafah di bawah naungan sistem Islam yang telah Rasul Muhammad saw. dan para sahabatnya contohkan.