Mengapa Kerap Terjadi Pengalihan Informasi?

Daftar Isi

 



Shiddiq-news.com-Kejahatan terstruktur terjadi ketika penjahat berteriak kepada orang lain sebagai penjahat demi menutupi kesalahan dirinya. Pengalihan isu dilakukan apabila berada dalam kondisi terjepit. Memiliki kekuasaan, tapi berada dalam bayang-bayang kesalahan yang terus dirahasiakan dari umum. Tidak terbayang, bagaimana sebuah kekuasaan menjalani hidup dengan ketakutan. Mengira rakyat tidak tahu segala kecurangannya, tampil percaya diri dengan media mainstreamnya. Menakuti umat dengan penangkapan pendidik dan guru umat lengkap dengan senjata topengnya. Tidak ada klarifikasi, hanya bukti segepok dokumen tanpa identifikasi.


Seperti dilansir dari surabayaonline pada (24/10/20222), terjadi penangkapan terduga teroris di Sampang dan Sumenep. Tiga orang yang ditangkap densus 88 yang diantaranya adalah guru dan kepala sekolah.


Sementara itu dikutip dari beritalima pada (24/10/2022), 

Kapolres Pamekasan AKBP Rogib Triyanto mengatkan bahwa operasi bina waspada 2022 merupakan operasi kewilayahan yang akan dilaksanakan di seluruh Polda Jawa Timur. Dalam rangka penertiban dan pembinaan bagi individu dan jaringan organisasi/kelompok radikal agama  ideologi/anti pancasila, kelompok ekstrim kanan/kiri/terorisme, separatisme, kelompok aliran agama/kepercayaan yang sesat yang meresahkan masyarakat di wilayah timur.


Kasus seperti ini patut diduga sebuah  pengalihan isu dari isu-isu yang cukup menggoyang 'orang atas'. Drama untuk menutupi kasus besar yang cukup menyita perhatian publik. Kasus FS, tragedi Kanjuruhan, polisi main narkoba hingga ijazah palsu sudah cukup menjelaskan pada kita, bahwa mereka para penguasa sedang dikuliti oleh makarnya sendiri. Memalak rakyat dengan pajak, UU ITE, kriminalisasai simbol dan ajaran Islam, sistem kesehatan yang amburadul hingga sistem sosial politik yang terkooptasi kapitalis sekuleris. Semua itu menjadi mimpi buruk yang membingungkan pikirannya. Larinya adalah menjadikan isu teroris sebagai langkah praktis menutupi aib kekuasaannya.


Selain itu, isu terorisasi ini akan menyebabkan rasa was-was dan saling mencurigai antara kaum muslimin. Bukan pembinaan sebagaimana diharapkan polda Jawa Timur dalam operasi bina waspada 2022, namun yang terjadi malah sekelompok Islam yang satu dengan sekelompok Islam yang lain timbul prasangka buruk seolah musuh. 


Padahal adopsi perbedaan pandangan cabang dalam Islam adalah sunatullah yang harus disikapi dengan legowo, saling memahami dan saling membela. Terlebih lagi soalan yang akhir-akhir ini juga dialami Muslim dunia yaitu islamofobia. Isu ini menjadi senjata orang-orang kafir  untuk menjauhkan kaum muslimin dari memahami agamanya secara utuh. Menggambarkan ajaran Islam seperti momok menakutkan yang harus ditinggalkan.


Apabila umat Islam jauh dari agamanya, rasa asing pada ajaran Islam merasuk ke pemikirannya dengan pelan tapi pasti, menolak ajarannya sendiri dan mengambil ajaran lain sebagai rumus kehidupannya. Islam hanya diambil sesuai perasaan dan sebagian-sebagian yang dirasa aman dalam lingkungannya. Walhasil, Islam sebagai mabda' dan solusi kehidupan akan terhempas dari pengurusan dunia. 


Manusia akan benar-benar berada jauh dari predikat ahsani taqwim dalam kehidupannya. Berbuat semaunya kemudian Islam sebagai rahmat tidak benar-benar terwujud dalam aktivitas. Hanya menjadi teori yang ditarik mengikuti ritme sekuler liberal.


Karena itu, penting mendalami Islam kafah. Islam yang mengatur urusan kita dengan Sang Pencipta, dengan diri sendiri juga dengan sesama. Urusan pribadi, keluarga, masyarakat bahkan negara sudah pernah ada dalam naungan ayariah kafah dan bisa kita temukan jejaknya selama 14 abad memimpin dunia. Islam tidak hanya diemban oleh pribadi-pribadi dan kelompok-kelompok saja, tapi juga negara mengembannya sebagai mabda' untuk mengatur kehidupan manusia. Tidak ada terorisasi pada kaum muslimin terlebih pendidik umat, apalagi semburat islamofobia. Semua akan ada dalam dekapan penguasa yang menjadi junnah bagi rakyatnya.


Menoleh kepada sejarah masa lalu, bagaimana Perang Dunia Satu mengajarkan pada orang-orang kafir bahwa Islam dan iman memotivasi kaum muslimin memenangkan kesombongan senjata mereka. Perang Dunia Kedua harus menjadi pelajaran untuk kaum muslimin bagaimana orang- orang kafir dengan strategi liciknya menghimpun hati dan pikiran kaum muslimin pada cinta dunia, kemudian memberi pilihan sekularisme dan komunisme sebagai hidangan instan yang merusak dari dalam, kemudian menghantarkan kaum muslimin pada titik lemahnya, terpimpin dan terjajah selama satu abad lebih.


 Maka, menyusuri jejak kemuliaan Islam dengan Islam kafah adalah upaya bangkit mengembalikan dan melanjutkan kehidupan Islam dalam institusi khilafah. Tumpuan yang harus benar-benar menjadi pilihan kita bersama. Pilar mempersatukan kaum muslimin seluruh dunia dengan akidah islamiyah. Juga sebagai upaya menyelamatkan seluruh manusia dengan aturan sesuai fitrah mereka. Demi mewujudkan cita bahagia penduduk bumi yang telah lama rindu pada kegemilangan peradabannya.


Wallahu a'lam bishawwab 


Penulis: Liza Khairina

(Kontributor Shiddiq-news.com)