Penjajahan Makin Eksis dengan SDGs

Daftar Isi


siddiq-news.com -- Sustainable Development Goals (SDGs) sudah sekitar tujuh tahun menjadi proyek negara-negara yang tergabung dalam organisasi dunia PBB dalam mencapai pembangunan nasional masing-masing negara. Target yang paling menonjol adalah upaya mengurangi ketimpangan dan memacu pertumbuhan ekonomi di samping banyak target-target lain. Indonesia menjadi salah satu negara yang fokus terhadap pencapaian SDGs.


Dikutip dari media Times Indonesia, bahwa sebagai bentuk dukungan terhadap pencapaian SDGs nasional ini pada tahun 2030, Pemerintah Kabupaten Bandung melalui Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan (Bappelitbangda) mengadakan konferensi internasional pada tanggal 23-24 November 2022. Tema yang diangkat terkait kebijakan berbasis ilmiah dalam rangka pembangunan desa, yaitu melalui riset dan inovasi.


Dengan adanya hal tersebut, diharapkan hasil dari berbagai penelitian ilmiah dapat ikut berkontribusi dalam pengambilan kebijakan pembangunan. Pembangunan yang pada akhirnya melibatkan semua peran saling seperti pemerintah, masyarakat, atau komunitas, akademisi, pengusaha, dan media.


Jika dicermati, pembangunan dalam paradigma Kapitalisme tetap didasarkan pada keuntungan materi saja. Keberhasilan pembangunan semata dilihat dari fisik seperti naiknya angka pertumbuhan ekonomi dan tersedianya infrastruktur yang megah dan banyak. Adanya indikator pembangunan manusia tetap diarahkan kepada keberhasilan individu dalam memberdayakan diri secara ekonomi. Akibatnya terjadi krisis iklim, air bersih, pangan, penyebaran penyakit, pergaulan bebas, kekerasan seksual, gangguan mental, dan lain-lain sebagai dampak pembangunan ekonomi kapitalistik tidak dapat dihindarkan. Padahal berbagai krisis di atas, juga masuk dalam target-target SDGs.


Berbicara tentang pembangunan desa dalam sistem Kapitalisme hanyalah untuk meraup sumber daya alam. Daerah pedesaan jarang sekali mendapat perhatian dalam pembangunan sehingga masyarakat yang ada cenderung berkarakter pasrah, literasi rendah, dan hidup sederhana bahkan miskin. Hal ini sengaja dipertahankan agar masyarakat tidak peka terhadap perusahaan besar yang masuk untuk mencuri sumber daya alam mereka. Mereka hanya akan fokus pada pemenuhan kebutuhan dasar mereka. Kalaupun ada pedesaan yang coraknya seperti daerah perkotaan, masyarakatnya akan digiring kepada konsumerisme dan individualistis.


Kebijakan berbasis ilmiah pun dewasa ini perlu dicermati. Karya ilmiah dahulu menjadi sesuatu yang diperhitungkan karena lahir dari akademisi dengan data yang akurat dan dianggap sebagai lembaga yang objektif dalam mengkritisi suatu kebijakan. Namun hari ini, pendidikan justru diarahkan pada manfaat yang bersifat materi. Dunia pendidikan hari ini menjadi pragmatis karena mengikuti politik pasar bebas, tidak lagi memiliki idealisme. Penelitian lebih banyak diarahkan pada apa yang dibutuhkan dunia industri bukan lagi pencapaian kesejahteraan masyarakat.


Pembangunan yang dilihat hanya dari munculnya gedung pencakar langit atau infrastruktur megah ternyata harus dibayar murah oleh penjualan kekayaan alam, utang luar negeri, perjanjian dengan investor yang menimbulkan pengaruh jangka panjang yaitu penjajahan.


Ujung dari pembangunan adalah terciptanya kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat tidak bisa hanya dipandang dari sisi ekonominya saja, tetapi harus juga mempertimbangkan aspek lain seperti politik, sosial, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain.


Paradigma pembangunan dalam Islam bukan hanya demi kesejahteraan masyarakat tetapi juga Rahmat bagi seluruh alam. Quwwah ruhiyah atau motivasi yang berasal dari keimanan adalah dasar dalam pembangunan. Pembangunan mesti adil dan merata pada setiap masyarakat di setiap daerah. Distribusi menjadi persoalan pokok dalam Islam dan bukannya produksi. SDA akan dikelola sesuai konsep kepemilikan dalam Islam serta tanpa merusak lingkungan.

Penelitian dalam Islam bertujuan untuk mempermudah hidup manusia dalam rangka mengabdi kepada Allah. Negara didukung oleh riset untuk dapat menjalankan perannya sebagai pengurus urusan rakyat. Maka karakter dari riset itu sendiri harus berdaulah dan mandiri, tidak boleh didikte oleh para pemilik modal.


Allah Swt. menegaskan dalam firman-Nya, “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS Al-Anbiya [21]: 107)


Pembangunan dalam negara Khilafah mencakup seluruh aspek kehidupan. Setiap persoalan manusia dari segi apapun dipandang sebagai problem manusia secara keseluruhan. Sehingga solusi yang diberikan terhadap persoalan ekonomi misalnya, tidak akan menimbulkan efek samping rusaknya generasi atau lingkungan. Solusi yang ada adalah solusi komprehensif meliputi setiap aspek. Masyarakat akan terpenuhi kebutuhan dasar hidupnya, pendirian fasilitas sesuai kebutuhan masyarakat, tidak mengambil utang luar negeri, pendidikan dan kesehatan yang gratis, serta kekayaan alam yang tidak dieksploitasi. besar-besaran. Masyarakat dalam iklim islami ini memiliki cita-cita mulia sebagai hamba yang bertakwa dan pemimpin yang memakmurkan bumi.


Allah Swt. telah berjanji, “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS Al-A’raf: 96)


Wallahu a'lam bi ash-shawwab.


Penulis : Nisa Ulfa Zakiah, S.E.

(Mahasantri Ma'had Khadimus Sunnah Bandung)