Peringatan Hari Ibu Dalam Kapitalisme: Perempuan Produktif Wajib Hasilkan Materi

Daftar Isi

 


Penulis : Siti Mukaromah

(Aktivis Dakwah)


siddiq-news.com -- Allah telah memberikan keistimewaan kepada seorang ibu untuk menjadi pendidik generasi. Bukan menjadi bahan komoditi yang siap diluncurkan dipasaran kapitalisme.

Dikutip dari media resmi kemenpppa (21/12/2022), peringatan hari ibu adalah momentum pengakuan eksistensi kontribusi aktif kaum perempuan. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Menteri PPPA), Bintang Puspayoga menyatakan Peringatan Hari Ibu (PHI) ke-93 yang akan berlangsung pada Rabu, 22 Desember 2021 adalah sebuah momentum peringatan atas keterlibatan dan peran perempuan Indonesia sejak zaman perjuangan hingga kini.

Peringatan Hari Ibu (PHI) ke-93 Tahun 2021 mengangkat tema, "Perempuan Berdaya Indonesia Maju". Tema ini kembali diangkat dengan harapan dapat menjadi pengingat bagi seluruh pihak bahwa perempuan yang jumlahnya hampir setengah dari populasi Indonesia merupakan kekuatan sumber daya manusia Indonesia dan merupakan urusan setiap orang karena manfaatnya juga akan dirasakan secara nasional, bahkan global.

Perempuan memiliki pengaruh besar dalam perekonomian bangsa. Dikutip dari media Newsindonesia (18/12/2022) bahwa menurut hasil penelitian Pakar ekonomi dari UGM, Poppy Ismalina Ph.D, membenarkan penyokong utama perekonomian Indonesia (99,99% dan kontributor terbesar terbesar bagi PDB (60,5%), 60 persennya dikelola perempuan. Produk UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) yang dihasilkan, selain terjangkau harganya, 80%.  Perempuan dianggap berkontribusi besar dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Produk-produk yang dihasilkan dianggap sebagai sumber kebutuhan masyarakat terutama yang berada di garis bawah kemiskinan. Sehingga dari sinilah konstribusi besar perempuan memberi lapangan pekerjaan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi bangsa.

Pemberdayaan ala kapitalisme, perempuan digenjot dan digiring mendorong perempuan agar berdaya, dan harus memiliki kemandirian ekonomi. Sehingga, perempuan tidak lagi dipandang rendah dan mampu bersaing dengan laki-laki, agar tidak mudah menjadi korban kekerasan. Para pegiat gender terus menggaungkan bahwa perempuan harus memiliki kemandirian ekonomi. Agar terlepas dari kebergantungan kepada laki-laki. Sehingga meyakini dan mampu menaikkan setatus  status sosial dan bersaing dengan laki-laki sehingga persoalan masalah perempuan terselesaikan. Padahal, pemberdayaan melalui arus ide kesetaraan gender ini hanyalah menghancurkan perempuan dan keluarga. 

Program yang sedang diaruskan oleh kampanye tentang kewirausahaan perempuan melalui UMKM, juga ekonomi digital dan berbagai pelatihan kemampuan wirausaha perempuan makin ditingkatkan.

Dana suntikan UMKM pun deras digelontorkan, karena perempuan mengisi 49,5% dari populasi Indonesia, akan tetapi kapasitasnya masih rendah dibidang  digital. UMK yang dimiliki perempuan paling diuntungkan padahal, di antara UMK baru.

Perempuan dan para ibu dipaksa keluar rumah untuk bekerja. Bahkan, perempuan yang kurang produktif dengan mengurus rumah dan anak pun bisa terlibat dalam kegiatan ekonomi.

Mereka berkonstribusi aktif pada bisnis online,  sehingga mengalihkan  tugas utamanya sebagai ibu pencetak generasi bertakwa. Perempuan disebut berdaya ketika ia mampu menghasilkan materi. Inilah yang mampu meningkatkan perekonomian keluarga, dan juga negara.  Perempuan berdaya dalam sudut pandang kapitalisme adalah seseorang yang mampu menghasilkan materi.

Inilah yang selalu digaungkan oleh para feminisme atau pegiat ide kesetaraan gander. Menurut mereka sebab persoalan permasalahan perempuan bermuara dari ketidakadilan gander. Namun, mereka bukannya memberikan solusi justru keliru dan menambah persoalan baru kepada perempuan. 

Fakta baru bahwa akibat krisis ekonomi bukan hanya terdampak pada perempuan. Tetapi para laki-laki juga yang di PHK (Pemutusan Hasil Kerja)  jauh lebih banyak dari perempuan.  Persoalan upah yang rendah, diskriminasi, bahkan kekerasan kepada pekerja laki-laki pun tidak kalah banyaknya dari perempuan. Sesungguhnya, penerapan sistem ekonomi kapitalisme yang menjadi akar permasalahan, dan telah nyata dan terus menerus menciptakan kemiskinan.

Kekerasan yang terjadi di dunia kerjapun adalah ulah sistem ini, yang merasa kuat akan dengan mudah menindas yang lemah. Perekonomian para buruh terus bertengger digaris di garis kemiskinan dengan upah besi yang menjadi trademark kapitalisme.

Dalam sistem  kapitalisme, kekerasan seksual yang terjadi pada  perempuan lahir dari budaya liberal yang membebaskan tingkah laku manusia. Merendahkan derajat perempuan disejajarkan dengan komoditas yang bisa dieksploitasi kapan saja, termasuk perempuan yang didalamnya hanya dianggap sebagai faktor produksi tidak lebih derajatnya lebih tinggi dari uang.

Wajar saja jika dalam sistem ini nyawa manusia mudah melayang hanya karena uang. Sudut pandang sistem liberal kapitalisme ini melahirkan banyak kecacatan dan  problem. Misalnya, faktor kenakalan remaja. Lemahnya sistem pendidikan sekuler, masifnya budaya liberal dari media, melahirkan tingginya kenakalan remaja. Tumbuh seiring dengan hilangnya pengasuhan dari orang tua dan lalainya orang tua mereka yang sibuk bekerja.

Sistem pendidikan sekuler menciptakan individu kuat dan masifnya budaya liberal sehingga menghasilkan benteng keluarga rapuh dan hanya akan menghasilkan generasi sampah.

Dalam syariat Islam pemberdayaan ibu bukanlah menjadikan mereka produktif menghasilkan materi. Peran para ibu dalam islam wajib optimal dalam seluruh  perannya yang sesuai dengan Al-Qur'an dan as-sunah. 

Tolak ukur sudut pandang perbuatan bukan berdasarkan keuntungan dan materi, tetapi lahir dari akidah Islam yang berdasarkan halal dan haram. Sehingga peran amanah ini mampu dijalankan maksimal, niscaya persoalan permasalahan perempuan akan terselesaikan.

Seorang ibu ummun wa rabbatul bait dan sebagai manager rumah tangga. Allah Swt.  menitipkan rahim untuk mengandung dan melahirkan.  Pengasuhan dan memberikan pendidikan kepada anak-anaknya adalah perkara yang wajib. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَاَ هْلِيْكُمْ نَا رًا وَّقُوْدُهَا النَّا سُ وَا لْحِجَا رَةُ عَلَيْهَا مَلٰٓئِكَةٌ غِلَا ظٌ شِدَا دٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَاۤ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. At-Tahrim: 6)

Fungsi ibu sebagai ummun wa rabbatul bait harus menciptakan rumah yang nyaman dan kondusif. Penghuninya optimal untuk beribadah, seluruh anggota keluarga mendapatkan kasih sayang yang melimpah. Memberikan pendidikan akidah Islam kepada anak-anaknya, karenanya ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Untuk mempersiapkan generasi  bangsa yang baik dan bertakwa. 

Karena itu dibutuhkan sistem kehidupan yang memang mampu memuliakan peran ibu agar tidak lagi dieksploitasi atas nama perberdayaan ekonomi.

Sistem tersebut adalah sistem kehidupan Islam yang berasal dari Al-Khaliq, pencipta dan pengatur kehidupan islam ini terwujud dalam negara yang menerapkan politik ekonomi dan menerapkan politik Islam. Menjamin pemenuhan kebutuhan dasar bagi individu-individu dan pemenuhan yang menyeluruh. Terpenuhinya kebutuhan perempuan dalam hal makanan, pakaian dan tempat tinggal layak dalam naungan khilafah.

Waallahualam bi ash-shawwab.