Desakrasilisasi Al-Qur'an Ciri Masyarakat Sekuler

Daftar Isi

 



Saatnya mencari alternatif dari sistem kapitalis sekuler hasil buatan akal manusia yang terbatas. Jalan satu-satunya kembali kepada sistem Islam yang diterapkan secara sempurna dalam seluruh sendi kehidupan.


Oleh Aisyah Abdullah

(Pegiat Literasi)


 Al-Qur'an merupakan kitab suci umat Muslim yang harus kita jaga kesakralannya. Ada adab yang harus diperhatikan ketika ayat suci dilantunkan. Allah berfirman, " Dan apabila dibacakan Al-Qur'an, dengarkanlah dan diamlah agar kamu mendapat rahmat. " (Qs. Al-Araf : 204). Namun beberapa hari yang lalu medial sosial digemparkan dengan viralnya soerang qariah sedang membaca Al-Qur'an yang disawer oleh dua orang pemuda.


Sebagaimana dilansir dari kompas.com (6/1/2023), qariah Nadia Hawasy angkat bicara usai videonya disawer saat mengaji Al-Qur'an viral di media sosial. Nadia mengaku merasa tidak dihargai dengan aksi sawer tersebut.

Namun dia tidak bisa marah saat itu karena posisinya sedang mengaji.

Jadi tidak mungkin  lansung menegur atau saya lansung berhenti dan turun dari panggung karena itu termasuk adab dalam membaca Al-Qur'an.


Sangat disayangkan melihat fakta di atas. Sebab, itu merupakan salah satu bentuk tindakan  desakralisasi agama. Di mana kitab suci Al-Qur'an kaum Muslim yang begitu sakral, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dinodai dengan tindakan menyawer seperti sedang mendangarkan lagu dangdut. Hal itu juga merupakan salah satu tindakan pelanggaran dari adab mendengarkan bacaan Al-Qur'an.


Inilah akibat sistem kapitalis sekuler yang di emban oleh negeri ini. Sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan) telah membuat keimanan umat rusak dan tidak lagi menganggap penting agama dalam kehidupan. 


Begitupun dengan standar materi yang lahir dari paham ini telah merusak pola pikir dan pola sikap kaum Muslim. Di mana  kebahagian hanya diukur dari banyaknya nilai materi (uang).


Perbuatan seperti itu akan tumbuh subur dikalangan kaum Muslim apabila tidak tindak lanjuti. Mereka akan menganggap Al-Qur’an bukan lagi kitab suci yang wajib dijaga, dimuliakan bahkan disakralkan. Namun, Al-Qur’an hanya akan mereka anggap seperti buku-buku pada umumnya.


Bentuk desakralisasi ini  sangat berbahaya Sebab umat akan semakin jauh dari petunjuk yang benar (Al-Qur'an). Mereka tidak akan lagi menjadikannya sebagai buku panduan dalam mengarunggi bahtera kehidupan. Walhasil, kaum Muslim akan menjalani kehidupan ini tidak di atur oleh sistem Islam. 


Dmpak buruknya kaum Muslim akan kembali menjalani kehidupan seperti masa jahiliyah (kebodohan, kegelapan) sebelum di turunkannya Al-Qur'an sebagai huda (petunjuk) yang membawa manusia ke alam yang terang benderang.


Di dalam Islam sendiri pun telah diajarkan  bagaimana seorang muslim bersikap ketika mendengar  lantunan ayat suci Al-Qur’an. 

Sebagimana Allah berfiman yang artinya: “Jika dibacakan Al-Qur’an, dengarkanlah (dengan saksama) dan diamlah agar kamu dirahmati.” (TQS al-A’raf: 204)


Jadi dari ayat di atas jelas sikap apa yang harus ditunjukkan seorang Muslim tatkala diperdengarkan atau mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur'an. Kaum Muslim diperintahkan untuk diam dan mendengarkannya. Imam Ahmad, menyampaikan orang yang mendengarkan ayat Al-Qur’an akan dicatat sebagai kebaikan yang berlipat ganda. 


Dari Abu Sa’id maula Bani Hasyim, dari Abbad ibnu Maisarah, dari Al-Hasan, dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah saw. telah bersabda: "Barang siapa mendengarkan suatu ayat dari Kitabullah, maka dicatatkan baginya kebaikan yang berlipat ganda. Dan barang siapa yang membacanya, maka ia mendapat nur (cahaya) di hari kiamat.”


Tatkala kita  menyimak bacaan Al-Qur’an, memahami kemudian mentadaburinya pasti akan membawa hati, jiwa dan pikiran pada  ketenangan. Apalagi jika memahami isi ayat itu, terdapat kabar luar biasa yang dibawa olehnya. Seperti kisah Rasulullah dan para sahabat misalnya, selalu menangis jika mendengar bacaan ayat suci Al-Qur’an.


Sebagaimana diriwayatkan dalam hadis, “Aku mendatangi Nabi saw. dan beliau sedang salat. Dan pada kerongkongannya ada suara seperti suara air di periuk yang mendidih. Yakni, beliau menangis.” (HR At-Tirmidzi, Ahmad, Abu Dawud, dan An-Nasa’i. Hadits ini sanadnya kuat)


Para ahlu sufah (sahabat yang tinggal di pelataran Masjid Nabawi) juga meneteskan air mata ketika mendengarkan ayat suci Al-Qur’an. Imam Baihaqi rahimahullah menukil suatu riwayat dari Abu Hurairah ra., beliau berkisah. “Pada saat turun ayat (yang artinya), ‘Apa kamu merasa heran kepada kabar ini? Kamu menertawakan dan tidak menangis?’ (QS An-Najm: 59—60). Para ahlus sufah ketika itu menangis sampai air mata menetes dari dagu mereka. Ketika Rasul saw. mendengar tangisan ahlu sufah, beliau pun ikut menangis. Kami pun menangis melihat Rasulullah menangis. Lalu Rasulullah bersabda, ‘Orang yang menangis karena takut kepada Allah tidak akan disentuh oleh api neraka.'


Isi kandungan Al-Qur'an semua berisi tentang perintah dan larangan, kisah-kisah teladan dari para nabi dan rasul serta orang-orang saleh dan salehah terdahulu. Seharusnya ketika kita mendegarkan ayat suci Al-Qur'an  membuat seseorang  semakin taat, tawadhu dan  takut melakukan perbuatan-perbuatan yang sangat dibenci Allah dan Rasul-Nya yaitu perbuatan maksiat.


Namun hanya akan jadi utopis apabila, sistem kapitalis sekuler masih diterapkan di negara ini. Karena kaum Muslim tidak akan pernah  bisa mensakralkan, menghargai, menghormati Al-Qur'an secara sempurna. Bahkan Al-Qur'an tidak akan jadikan sebagai pedoman hidup mereka. Sebagaimana yang  telah di contohkan rasulullah dan para sahabatnya yang menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup mereka. Dan mereka sangat  menjaga kemuliaan Al-Qur'an.


Saatnya mencari alternatif dari sistem kapitalis sekuler hasil buatan akal manusia yang terbatas. Jalan satu-satunya kembali kepada sistem Islam yang diterapkan secara sempurna dalam seluruh sendi kehidupan.


Wallahu a'lam bishawwab