Jebakan Paylater pada Generasi
Sistem Paylater: Kemudahan Teknologi yang Mengandung Jebakan Manis Berujung Miris. Generasi Muda Menjadi Sasaran Utamanya. Jangan Mau Terjebak Olehnya.
Paylater Sejatinya adalah Satu dari Beragam Produk Turunan Ekonomi Kapitalistis.
Penulis : Nurul Bariyah
Ibu Rumah Tangga dan Member AMK
Siddiq-news.com -- Konsumerisme dan hedonisme yang melanda generasi muda telah dimanfaatkan oleh rentenir gaya baru untuk menjerat mangsa. Kemudahan akses untuk pinjam uang, membuka peluang untuk memenuhi keinginan demi gaya hidup ala Barat.
Anak muda sekarang ini lebih memikirkan tentang penampilan, juga cenderung ingin tampil dengan barang mewah juga branded. Walau harus memaksakan kemampuan finansial mereka. Hingga akhirnya mudah terjerat dengan sesuatu yang sebenarnya berbahaya dan menjerat leher mereka sendiri. Seperti kemudahan berbelanja dengan sistem paylater yang sedang digandrungi sekarang ini.
Keasyikan melakukan transaksi pembelian dengan membayar nanti membuat mereka tergiur dan tidak memikirkan bahayanya. Pelayanan yang katanya memberi kemudahan dalam bertransaksi, lebih mudah dibandingkan dengan penggunaan kartu kredit yang memiliki syarat tertentu, paylater ini jauh lebih mudah karena tidak memiliki persyaratan tertentu bagi penggunanya.
Namun di balik itu, semakin mudah menggunakannya, maka semakin besar kemungkinan mereka tidak bisa mengontrol besarnya pembelanjaan yang mereka lakukan. Juga menyebabkan utang mereka kian bertumpuk. Bahkan menyebabkan malapetaka bagi mereka sendiri.
Kemudahan teknologi seperti paylater ini, harusnya disikapi dengan berhati-hati dan teliti. Karena harus disesuaikan dengan kemampuan keuangan kita dan tidak mengikuti hawa nafsu melakukan transaksi yang di luar batas kemampuan.
Paylater mempunyai sistem kerja di antaranya konsumen memberi barang atau jasa di merchant yang menyediakan fasilitas ini, dengan tenor pembayaran sesuai kebutuhan semisal 30 hari sampai 12 bulan. Kemudian konsumen membayar secara berkala sesuai tenor serta suku bunga yang diberlakukan. Apabila konsumen tidak teliti dan boros, maka akan terjadi penumpukan utang yang harus dibayar.
Dalam hal ini negara malah memfasilitasi jerat haram ini, dengan berbagai dalih seperti bunga rendah, tanpa syarat adanya penghasilan dan lainnya, hingga semua ini seolah diberi kemudahan. Padahal konsumen secara tidak sadar malah digiring untuk berutang dengan tawaran kemudahan yang menarik. Mereka akhirnya terbawa arus gaya hidup hedonisme demi ikut tren Barat, utang menumpuk pun seolah tidak jadi masalah.
Karena faktanya pengguna paylater justru sebagian besar adalah gen z yang notabenenya adalah usia sekolah, yang belum memiliki penghasilan. Mereka juga minim pengetahuan dan pemahaman terhadap penggunaan produk keuangan dan pengelolaan keuangan, hingga risiko penumpukan utang akan semakin besar.
Islam memandang masalah paylater ini secara gamblang. Cara transaksi yang dipakai paylater ini, terdapat unsur riba di dalamnya karena adanya bunga. Pelayanan kemudahan yang berbalut riba seperti paylater ini jelas dilarang dalam Islam. Karena riba adalah dosa besar, oleh karena itu Islam tegas melarangnya.
Dalam sistem Islam, generasi muda tentu sejak dini telah diberi pemahaman dan pendidikan tentang hukum syariat. Mereka taat dan patuh akan hukum Islam, termasuk perintah menjauhkan diri dari riba. Hal ini juga akan diantisipasi dan diawasi oleh negara, segala bentuk aktivitas yang tidak halal tentu akan dilarang.
Nabi Muhammad saw. memerintahkan agar seorang muslim menjauhi riba. Karena riba termasuk salah satu dari tujuh dosa besar. Nabi Muhammad saw. bersabda: "Jauhi tujuh hal yang membinasakan!” Para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah! Apakah itu?” Beliau bersabda, "Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah tanpa Haq, memakan harta riba, memakan harta anak yatim, lari dari medan perang dan menuduh wanita beriman yang lalai berzina." (Muttafaq 'alaih)
Islam juga mengajarkan umatnya untuk hidup sederhana, qanaah, tidak memaksakan keadaan juga tidak berlebihan dalam segala hal. Gaya hidup yang konsumtif dan hedonisme tentu tidak sesuai dengan ajaran Islam. Karena kita menginginkan kesenangan bukan hanya di dunia, tapi juga kesenangan di akhirat.
Apalagi mendapat kesenangan dengan cara yang salah, maka hidup akan menjadi susah. Dunia cuma sementara dan akan ditinggalkan, sementara akhirat adalah kekal selamanya. Maka dari itu lebih baik kalau kita fokus pada urusan akhirat dan tidak mencari kesenangan dunia saja.
Mendekatkan diri pada Allah dengan memperbanyak ibadah, melakukan perintah Allah serta menjauhi larangan-Nya. Maka hidup pun akan menjadi tenteram dan damai. Tak ada kegelisahan dan kekhawatiran karena urusan yang dilarang Allah. Wallahu a’lam bi ash-shawwab.