Liberalisasi Membentuk Generasi Tanpa Visi

Daftar Isi

 


Generasi Minim Visi, Sibuk Mengejar Duniawi


Sistem Islam Membentuk Generasi Berkepribadian Mulia


Oleh Ummi Nissa

(Penulis dan Member Komunitas Muslimah Rindu Surga)


Siddiq-news.com -- Miris melihat perilaku generasi saat ini yang minim visi, sibuk mengejar kenikmatan duniawi, demi meningkatkan eksistensi dan harga diri. Gambaran kondisi tersebut, tampak dari gambaran fakta kehidupan generasi terkini. Salah satunya seperti budaya tawuran yang kerap dilakukan remaja demi membela harga diri, atau mudahnya menghilangkan nyawa hanya untuk rupiah.

Seperti dilansir oleh laman republika[dot]com (15/1/2023), seorang remaja di kota Bogor tewas akibat menghentikan secara paksa sebuah truk yang tengah melaju dari exit Tol Gunung Putri, Kabupaten Bogor. Menurut penuturan Kades Gunung Putri, Daman Huri, selama beberapa bulan terakhir pihaknya telah melakukan pengawasan melalui CCTV Exit Tol pada malam hari. Namun peristiwa tertabraknya seorang remaja dengan inisial M pada Sabtu (14/1/2023) terjadi siang hari. 

Selain itu, budaya tawuran juga menjadi karakter generasi saat ini. Dikutip dari laman kompas[dot]com (15/1/2023), Kapolres Metro Tangerang Kota, Kombes Polisi Zain Dwi Nugraha, mengatakan setidaknya ada 72 remaja yang akan tawuran diamankan dalam patroli cipta kondisi (cipkon). Selain itu, polisi juga menyita barang bukti berupa 61 ponsel, 29 unit motor dan sebotol minuman keras. 

Potret rusaknya generasi ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar. Namun telah meluas ke berbagai daerah hampir di seluruh wilayah Indonesia. Apa yang ada dalam pikiran mereka hingga mudah terjerumus pada kubangan kemaksiatan yang mengerikan tersebut? 


Pemikiran Barat Memengaruhi Pembentukan Karakter Generasi

Korban hilangnya nyawa akibat aksi brutal anak-anak pada usia remaja kerap terjadi. Pada umumnya  mereka melakukan hal yang membahayakan itu, hanya demi konten ekstrem. Semakin tinggi tingkat kebahayaan dianggap bisa cepat viral di media sosial. Hingga hal itu akan mendatangkan cuan yang melimpah. Pada akhirnya materi menjadi standar kepuasan hakiki. Makanya tidak heran jika generasi kini menguras energi dan pikiran hanya untuk membuat konten yang tidak wajar, cenderung membahayakan jiwa, demi eksistensi  dan popularitas.

Sementara budaya tawuran menjadi trend bagi sekelompok remaja untuk menunjukkan kemampuan dan eksistensi diri. Sebagai pemuda, memiliki semangat dan jiwa emosional yang tinggi memang hal yang alami. Namun, sayangnya paham liberalisasi (kebebasan) telah memengaruhi cara berpikir mereka. Sehingga  membentuk karakter generasi yang brutal, bebas (tanpa aturan) saat memenuhi potensi diri. Akibatnya saat tersulut emosi maka tawuran menjadi solusi. 

Pembentukan karakter (kepribadian) diri memang dipengaruhi oleh pola pikir dan pola sikap seseorang. Jika pemikiran remaja kini didominasi cara berpikir ala Barat serta cenderung suka dengan gaya hidup yang serba bebas, maka akan membentuk kepribadian remaja yang liberal. Bebas dalam berperilaku, bergaul, berpendapat  bahkan bebas dalam beragama. Sehingga wajar jika remaja saat ini nihil dari pemahaman agama.


Sekularisme Liberal Membentuk Karakter Generasi Minim Visi

Remaja hanyalah korban dari derasnya gelombang pemikiran dan gaya hidup Barat saat ini. Model kehidupan Barat, dapat dengan mudah diakses dari berbagai media yang menjadi corong penjajah dalam menyebarkan pengaruhnya.

Lifestyle Barat sejatinya diaruskan dari berbagai arah. Terlebih dengan berkembangnya industri 4.0 telah menjadikan digitalisasi semakin mempermudah penyebaran informasi. Tentu saja hal ini memberi pengaruh yang sangat besar bagi pembentukan karakter generasi.

Di samping itu, regulasi yang diterapkan oleh negara terkait kebijakan publik juga berasaskan pada ideologi Sekularisme Liberal. Baik di bidang pendidikan, hukum, ekonomi, politik, sosial, dan lain-lain. Inilah yang menjadi pangkal dalam membentuk karakter pemuda Muslim saat ini. Generasi Muslim diarahkan menjadi sosok pribadi yang moderat. Yaitu seseorang yang memeluk agama Islam tapi cara berpikir dan bersikapnya mengikuti gaya Barat. Hingga wajar jika remaja Muslim merasa eksis di lingkungannya dan punya harga diri itu di saat mereka berpenampilan dan mengikuti kemajuan dan kebudayaan Barat.  

Dalam sistem Sekularisme nilai-nilai agama tidak dijadikan standar dalam mengatur dari aspek kehidupan. Aturan agama hanya mengurus aturan ibadah mahdah semata. Sedangkan kehidupan umum mengikuti aturan yang dibuat oleh akal manusia berdasarkan asas manfaat atau kepentingan. 

Padahal saat agama tidak dijadikan sandaran dalam berpikir dan bersikap, maka akan membentuk karakter-karakter individu yang memiliki mental rapuh. Selain itu   terpenuhinya kepuasan materi dengan bergelimang harta, serta terpuaskannya hasrat jiwa menjadi tujuan hidupnya di dunia. Terlebih saat liberalisasi didukung oleh negara maka hal ini semakin menambah rusaknya generasi. Alih-alih menyelamatkan generasi dari akhlak yang buruk yang ada justru menjadikan kerusakan semakin luas, tidak terbatas generasi tapi meluas yakni rusaknya seluruh masyarakat.

Dengan demikian, Sekularisme liberal telah menjebak generasi dengan visi utamanya memaksimalkan diri dalam mengejar kesenangan duniawi. Minim dari visi akhirat yang sejatinya akan membentuk pribadi muslim yang tangguh dan berkepribadian mulia. 


Sistem Islam Membentuk Generasi Berkepribadian Mulia

Generasi tangguh adalah pemuda yang memiliki mental yang kuat, tahan dengan berbagai ujian dan tantangan dalam kehidupan. Ia pun memiliki visi yang jauh ke depan yakni melangsungkan kehidupan Islam demi menggapai keridaan dari Allah Swt. di dunia terlebih di akhirat. Generasi tersebut adalah pemuda Muslim yang memiliki syakshiyah Islamiyah. Mereka menghiasi dirinya dengan kepribadian Islam.

Saat berpikir, mereka menjadikan Islam sebagai landasan dalam menghukumi segala sesuatu. Sehingga halal dan haram diukur berdasarkan penilaian Islam. Saat bersikap pun mereka akan memenuhi kebutuhan jasmani dan tuntutan nalurinya dengan menyandarkan pada tuntunan syariat. Sehingga di dalam kehidupannya, mereka akan senantiasa berhati-hati dalam bersikap, berpikir sebelum bertindak serta menjauhi segala yang tidak bermanfaat, terlebih kemaksiatan. 

Generasi yang berkepribadian Islam akan lahir dari proses pendidikan yang berlandaskan pada ideologi Islam. Proses pertama yang ditanamkan adalah akidah Islam yang kokoh. Membentuk keimanan terhadap Allah sebagai Zat Yang Maha Pencipta dan Maha Pengatur dan meyakini Islam sebagai satu-satunya sistem kehidupan yang benar. Selanjutnya memahami hukum-hukum syariat serta membiasakan diri dalam kataatan yang sempurna terhadap aturan-aturan Allah.

Pembentukan generasi ber-syakshiyah Islamiyah merupakan tanggung jawab pendidikan yang perlu didukung oleh berbagai elemen di masyarakat. Mulai dari keluarga, lingkungan terlebih negara. Sebab terlaksanyanya pendidikan baik dan berkualitas membutuhkan kehadiran negara sebagai penanggung jawab berdasarkan sabda Rasul saw.: ”Imam itu adalah pemimpin bagi rakyatnya. Ia akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Al Bukhari)

Dengan  memiliki syakshiyah Islamiyah, generasi tidak hanya dibekali dengan ilmu pengetahuan seperti sains dan teknologi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Lebih dari itu, mereka juga ditanamkan tsaqafah Islam sebagai pandangan hidup yang akan membentuk peradaban Islam. Dengan terbentuknya pribadi muslim yang tangguh maka generasi akan disibukkan dalam kehidupannya dengan visi utamanya yaitu beramal dalam rangka ibadah di sisi Allah Swt.

Wallahu a’lam bish shawab.