Tahun 2023 Menuju Indonesia Maju, Realita Tak Sesuai Harapan

Daftar Isi

 


Dari Waktu Ke Waktu Tak Ada Perubahan, Tahun 2023  Indonesia Ada Impian Maju, Realita Tak Sesuai Harapan


Tahun Baru, Adakah Harapan Indonesia Maju ??

Penulis: Yeni Marlina, A.Ma

(Pemerhati Kebijakan Publik dan Aktivis Muslimah)


Siddiq-News.com -- Menuju Indonesia Maju, Tahun baru ada harapan, Realitanya harapan ini selalu hanya tinggal impian. Dari waktu ke waktu tak ada perubahan yang berarti. Rakyat semakin banyak menanggung beban hidup. Bahkan hingga akhir tahun 2022 menyisakan banyak problem yang belum terselesaikan. Dilansir Republika per 1 Januari 2023, selama 2022 terdapat kasus tindak pidana narkoba mencapai 40 ribu yaitu 39.709 perkara, kejahatan meningkat 7,3 persen dari tahun sebelumnya sebesar 276.507, termasuk tindak pidana korupsi yang banyak merugikan negara.


Tahun 2022 sudah berlalu. Memasuki tahun 2023 menjadi pijakan dalam merancang dan memperbaiki segala kekurangan. Presiden Joko Widodo alias Jokowi mengajak seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk menyongsong harapan dan peluang yang baru di 2023 untuk menuju Indonesia yang maju. Penggalan kalimat ini ditulis Jokowi sebagai ucapan selamat tahun baru di akun Twitter resminya @jokowi (mediaindonesia, 01-01-2023).


Generasi muda dengan berbagai polemik yang sangat mengkhawatirkan. Berbagai masalah remaja menambah kerusakan sosial masyarakat. Sebagaimana dikutip dari media Republika (30-12-2022) bahwa selama tahun 2022 Badan Narkotika Nasional (BNN) menyita 1,9 ton sabu-sabu, 1 ton ganja, 262.789 butir ekstasi dan 16,5 kg esktasi serbuk.


Sederet masalah yang tidak terpisahkan satu dengan lainnya. Masalah kemiskinan karena ekonomi berdampak perceraian, depresi hingga bunuh diri. Masalah kenakalan remaja karena lemahnya sistem pendidikan.  Ketidak-adilan hukum berdampak meningkatnya kriminalitas dan lain sebagainya. Lantas, mungkinkah harapan ada perbaikan kondisi pada tahun 2023 bisa terealisasi? Sepertinya tipis harapan jika berharap solusi pada sistem yang sama. 


Selama sistem dan regulasi pengurusan rakyat masih pakai aturan yang sama, hasilnya tidak akan jauh berbeda. Satu tahun menyelesaikan berbagai persoalan yang semakin rumit, dengan solusi buatan manusia jelas akan mengulang-ulang kegagalan serupa. Apalagi fokus para pejabat dan pemangku kebijakan sudah bias dengan agenda pemilu tahun 2024. Pertarungan politik sudah dimulai, bagaimana bisa memusatkan perhatian pada urusan umat. Pengurusan berbagai kebutuhan rakyat dipastikan akan semakin terbengkalai.


Tahun politik menuju perhelatan demokrasi Pemilu 2024 sudah di depan mata. Konsentrasi penuh untuk mengamankan posisi masing-masing sudah tercium dari berbagai konsolidasi para petinggi.


Selama penanganan berbagai krisis dan problematika yang multidimensi negeri ini masih ditangani dengan mekanisme aturan sekuler, maka tentu akan menuai kegagalan. Alih-alih menyelesaikan masalah, justru bisa melahirkan masalah baru. Solusi krisis ekonomi, diselesaikan dengan cara menambah utang luar negeri, artinya negara ini semakin mudah didikte. Belum lagi dampak riba yang bertentangan dengan syariat, utang berbasis bunga akan semakin menjerat dan bergelimang dosa.  


Krisis pendidikan, alih-alih melakukan evaluasi proses pendidikan. Yang dikembangkan malah sekularisasi dan liberalisasi pendidikan, serta moderasi beragama. Pembajakan potensi generasi secara habis-habisan, telah mengalihkan semangat cita-cita mulia mereka menjadi cita-cita berbasis materi semata.


Suara muhasabah rakyat dibungkam dengan berbagai undang-undang. Pengadilan tambah tak berpihak pada kebenaran. Hukum tumpul ke atas tajam ke bawah sudah menjadi ciri pengadilan negeri ini. Simbiosis mutualisme penguasa dan pengusaha semakin nyata. 


Wajah buruk Kapitalisme, sekulerisme tak bisa lagi ditutupi oleh topeng kebohongan. Demokrasi yang digadang-gadang memberi keadilan sangat mustahil bisa membawa perubahan. Inilah catatan penting, bagaimana negara bisa maju jika terus dilanda krisis. Tambal sulam hukum buatan manusia, tidak akan pernah menyelesaikan masalah. 


"... Dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? Yakni tidak ada yang lebih baik dari hukum Allah bagi orang-orang yang beriman." (TQS. Al-Maidah: 50)


Manusia, alam semesta dan kehidupan diciptakan oleh Allah. Maka yang layak membuat aturan hanyalah Allah, yang Maha Adil tanpa tebang pilih. Sementara jika manusia diberi peluang membuat hukum sesuai akalnya pastilah tidak sempurna. Akan melahirkan banyak masalah yang telah dibuktikan oleh sistem Kapitalis ataupun Komunis. Sistem yang lahir dari kompromi manusia ataupun kekuatan legitimasi penguasa. 


Satu-satunya sistem yang bisa membawa perubahan dan memajukan bangsa hanyalah Islam. Bukti, bisa dilihat pada masa penerapan sistem Islam. Dalam kurun waktu cukup panjang, lebih dari 13 abad Islam berjaya dan menjadi negara maju. Bahkan menebar rahmat dirasakan oleh rakyat yang hidup dalam naungan Islam. Untuk itu, hanya ada satu pilihan, menjadi negara maju hanya dengan kembali kepada penerapan aturan Allah. Syariat Islam kaffah, yang dibawa dan dicontohkan penerapannya oleh Rasulullah mampu menyelesaikan berbagai krisis. Selain Islam, jangan berharap!


"Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil alamin)." (TQS. Al-Anbiya': 107)