Diabetes Melitus Meningkat, Saat Kemiskinan Melonjak Pesat

Daftar Isi

 


Berharap ada sistem alternatif yang terlah terbukti mampu menjaga jaminan keamanan pangan bagi seluruh lapisan masyarakat. 


Sejarah membuktikan sistem Islam telah menoreh tinta emas dalam peradaban. Sistem mampu melindungi seluruh masyarakat dari segi sandang, pangan, dan papan


Oleh Devi Yulianti, S.T.

Pegiat Literasi 


Siddiq-news.com -- Kesehatan merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam kehidupan ini. Namun bagaimana jika masyarakat mengalami gangguan kesehatan, bukan hanya mengancam kalangan orang tua tapi sudah mengancam pada anak-anak? Seperti kasus yang marak akhir-akhir ini.


Diabetes Melitus memang telah lama banyak menjangkiti orang dewasa, tapi saat ini ternyata penyakit satu ini juga menyerang anak-anak.


Padahal dari sisi umur, perkembangan kesehatan usia anak-anak akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak di kemudian hari.


Dilansir dari Voaindonesia (1/2/2023), baru- baru ini Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Muhammad Faizi, mengatakan kejadian diabetes melitus pada anak makin meningkat, baik itu di dunia maupun Indonesia. Di Indonesia sebanyak 1.645 anak mengidap diabetes melitus tipe satu. Penyakit ini merupakan suatu penyakit akibat gangguan metabolisme karbohidrat yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah dalam waktu yang kronis, totalnya 1.645 pasien anak.


Pada tahun 2010 telah ditemukan prevalensi kasus diabetes melitus  terhadap anak  hanya 0,028 per 100 ribu jiwa dan pada tahun 2023 prevalensi kasus diabetes melitus menjadi 2 per 100 ribu jiwa.


Mengapa diabetes melitus pada anak mengalami peningkatan, bahkan mencapai 70 kali lipat?


Pola makan menjadi salah satu penyebab meningkatnya diabetes. Di saat tingkat kemiskinan meningkat, tentu asupan gizi keluarga pun akan terkena dampaknya. Padahal makanan sangat terkait erat dengan kesehatan.


Makanan yang terbiasa di makan anak-anak seperti snack, junk food, maupun minuman dengan pemanis buatan akan menyebabkan mereka cepat lapar. Jika mereka terus menerus mengonsumsi makanan tersebut maka produksi insulinnya akan terjadi terus-menerus hal ini yang dapat menjadi cikal bakal diabetes.


Penyebab yang lain adalah gaya hidup. Tidak bisa kita mungkiri, pesatnya perkembangan teknologi menyebabkan masyarakat menghabiskan banyak waktunya bersama dengan gadget, hal ini menyebabkan kurang bergerak. Sehingga asupan kalori yang masuk tidak terbakar tetapi menumpuk di dalam tubuh. 


Kondisi ini semakin diperparah  dengan ditemukan para pedagang "nakal" karena kemiskinan serta keterbatasan modal . Walhasil, mereka  berharap dengan modal sedikit mendapatkan untung yang besar tanpa memperhatikan lagi dampak bagi kesehatan bagi orang lain. Bahan baku olahan produk yang dijual pun tidak menjadi prioritas utama. Asal untung besar mereka tidak segan meskipun memakai bahan tak layak konsumsi 


Gaya hidup serba individualis, hedonis dan permisif ini, hanya berkembang dalam sistem kapitalisme. Di mana, uang dan materi menjadi jaminan keberlangsungan untuk seluruh aspek kehidupan. Sistem yang meniscayakan manusia bebas berbuat apa saja demi kepentingan masing-masing.


Lain kapitalisme,lain pula dengan Islam. Sslam memberikan  aturan secara menyeluruh, termasuk persoalan makanan. Menjaga kesehatan tubuh adalah bagian dari hal yang dimata Allah akan dimintai pertanggung jawaban


Maka, Islam menekankan agar pola makanan harus halal dan thayib. Jadi, perlu upaya bagaimana penyediaan makanan layak bagi masyarakat yang mengacu pada kehalalan dan keamanan makanan.


Di mana pengadaan bahan pangan halal dan thayib ini hanya akan bisa terwujud dengan pengelolaan sumber daya alam benar dengan berpondasikan akidah Islam.  Sudah terbukti berabad silam Islam dengan  sistem ekonominya akan sangat berpihak pada kemaslahatan masyarakat. Seperti mudahnya dapat bahan makanan yang sehat dan terjangkau, memperluas lapangan pekerjaan sehingga menekan angka pedagang nakal yang berniat mencari keuntungan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.


Di sisi lain, perlu adanya  sanksi atau aturan yang tegas bagi masyarakat yang membuat dan mengadakan bahan makanan berbahaya.


Semua ini, tentunya tidak akan terwujud manakala sistem yang menjadi dasarnya tidak mampu menjadi pondasi kokoh. Tentu kita berharap ada sistem alternatif yang terlah terbukti mampu menjaga jaminan keamanan pangan bagi seluruh lapisan masyarakat. 


Sejarah membuktikan sistem Islam telah menoreh tinta emas dalam peradaban. Sistem mampu melindungi seluruh masyarakat dari segi sandang, pangan, dan papan.

Wallahu a'lam bishawwab